kaya1/ka·ya/ a: mempunyai banyak (mengandung banyak dan sebagainya)
Pernah nggak sih kamu berkenalan dengan orang yang baru saja ketemu saat naik gunung ataupun sedang backpacking? Pasti pernah kan ya? Nah, semakin kamu sering traveling, kamu jadi punya banyak teman. Malahan, banyak teman saya yang mengaku kalau teman yang dikenal diperjalanan, kini menjadi teman dekat dan partner traveling. Wih, seru!
Coba deh sekarang kamu ingat-ingat lagi, pernah nggak kamu mengalami masalah saat traveling? Kecopetan lalu ketinggalan pesawat mungkin?
Jika sudah terjadi seperti itu, kamu sendirilah yang menyelesaikannya. Entah bagaimana caranya, akhirnya kamu berhasil mengatasi persoalan pelik itu. Secara tidak langsung, kamu telah melewati ujian hidup untuk menjadi seseorang yang lebih sabar dan berbesar hati menghadapi masalah.
Sudah tidak bisa dipungkiri bahwa traveling bisa membuat seseorang memiliki banyak pengetahuan. Contoh hal yang paling simple adalah saat pembuatan rencana perjalanan atau itinerary.
Membuat itinerary itu nggak mudah lho. Kamu harus banyak melakukan riset dan menggali informasi sebanyak-banyaknya. Nah, yang tadinya kamu nggak tahu apa-apa, sekarang kamu jadi tahu kan? Yah, bisa dibilang kalau kamu ‘dipaksa’ membaca informasi seputar destinasi tujuan untuk membuat itinerary. Meski demikian, toh kamu juga kan yang untung, kamu menjadi banyak tahu sekarang.
Berapa taman nasional yang kamu kunjungi? Suku mana saja yang sudah kamu jumpai? Bahasa mana saja yang sudah kamu kuasai? Keluar dari zona nyaman membuatmu kaya pengalaman. Pengalaman traveling adalah cerita yang nggak akan hilang dan sesungguhnya, pengalaman adalah dongeng terbaik untuk anak-anakmu kelak.
Sepertinya hampir tidak mungkin melewatkan untuk mencicipi makanan khas pada daerah yang kita kunjungi. Meski kamu memilih menu makanan yang sudah umum (bukan makanan khas), tapi tetap saja cita rasanya berbeda.
Sebagai contoh adalah mie ayam. Racikan bumbu mie ayam Jogja tentu beda dengan mie ayam Jakarta. Mie ayam jogja lebih manis dengan kuah yang pekat dan kental. Nah, dari satu kota dan satu makanan saja sudah punya 2 diferensiasi rasa.
Baru traveling keliling pulau saja, kamu bisa belajar banyak bahasa daerah. Ketika kamu jalan-jalan di Bandung, kamu akan sering mendengar kata sapa “teteh”, di Bangka orang akan menyapa kamu “ayu”, sedangkan di Jawa Tengah “mbak” menjadi kata sapaan untuk perempuan yang akrab di telinga.
Gimana kalau keliling dunia? Berapa kata yang akan kamu pelajari? Tak terhingga.
Contohnya, saat kamu mengunjungi Sumba, kamu akan dijamu dengan sirih dan harus memakannya. Karena itu adalah bentuk penghormatan kepada tamu. Sepele, tapi kamu nggak akan tahu bagaimana rasanya bila tidak membuktikannya sendiri.
Sekarang, orang-orang mulai menganggap traveling sebagai kebutuhan. Buktinya, bisnis di bidang traveling mulai ramai di pasar. Nah, kamu bisa memanfaatkan itu untuk mencari uang sambil traveling.
Pekerjaan di bidang traveling yang bisa menambah isi dompetmu misalnya penulis, fotografer, videografer, dan penyedia jasa open trip. Bila menjalani profesi itu dengan konsisten, bukan tidak mungkin kamu jadi orang kaya dari jalan-jalan.
Jadi, ketika ada seseorang yang menjudge kamu boros karena traveling terus, mungkin mereka tidak memahami arti kata kaya yang sesungguhnya.