Pulau Vulkanik Satonda, Danau Purba dan Misteri Pohon Berbatu di Dalamnya

Keunikan Pulau Vulkanik Satonda tidak hanya ada pada Danau Purba air asinnya saja, tapi juga pohon berbatu misterius yang konon lambang harapan.

SHARE :

Ditulis Oleh: Echi

Pulau Vulkanik Satonda Sumbawa menjadi salah satu destinasi yang harus Anda kunjungi minimal sekali sebelum mati. Mengapa? Karena di pulau ini Anda akan menemukan danau purba dengan keunikan airnya yang sangat asin.

Pulau Vulkanik Satonda terletak di lepas pantai utara Pulau Sumbawa. Pulau ini masuk dalam wilayah Kabupaten Dompu, 3 kilometer dari Selat Sanggar di Laut Flores dan secara administratif berada di wilayah Desa Nangamiro di Kecamatan Pekat.

Baca juga: Fakta Gunung Tambora, gunung dengan kawah paling luas di Indonesia

Keindahan pulau vulkanik ini makin cantik saat dinikmati dari Puncak Gunung Tambora yang lokasinya sekitar 30 km. Banyak yang mengatakan rasanya tidak lengkap untuk mendaki Gunung Tambora tanpa berkunjung ke Pulau Satonda juga.

Pulau Satonda, Pulau Vulkanik dengan tingkat keasaman pH 7,08 – 8,27

Tingginya kadar keasaman di air danau Satonda ini membuat banyak orang bisa mengapung dengan mudahnya. Foto dari Barry Kusuma

Di tengah pulau Satonda terdapat danau purba yang berisi air tawar. Uniknya, air tawar di danau memiliki tingkat kebasaan (alkalinitas) yang tinggi bila dibandingkan dengan air laut.

Kebasaan air tawar tersebut dipengaruhi kedahsyatan letusan Gunung Tambora sehingga sebabkan air tawar berubah menjadi asin. Disebutkan, danau dengan kedalaman hingga 69 meter  ini memiliki tingkat keasaman mencapai pH 7,08 – 8,27.

Dua ilmuwan Eropa bernama Stephen Kempe dan Josef Kazmierszak pada 1984, 1989, dan 1996 telah membuktikan tingkat kebasaan air asin danau Satonda.

Kedua ilmuwan tersebut berpendapat, Danau Satonda muncul bersamaan dengan terbentuknya kawah vulkanik tua yang berumur lebih dari 10.000 tahun lalu, lebih tua dari Gunung Tambora. Letusan Tambora pada 1815 yang berada dekat dengan Pulau Satonda mempengaruhi perubahan litologi dan biotik.

Yang menarik adalah bahwa riak air danau seolah bergerak seiring pasang-surutnya air laut yang mengepung Pulau Satonda itu sendiri. Sungguh suatu fenomena alam yang mengesankan.

Tingginya tingkat alkalinitas pada danau menyebabkan tak banyaknya ikan warna-warni yang hidup di dalam sana. Hanya ada beberapa jenis ikan berukuran kecil yang mengandung kadar garam yang cukup tinggi.

Perahu-perahu para wisatawan yang bersandar di Pulau Satonda. Foto dari Barry Kusuma

Selain ikan, perairan Danau Satonda adalah rumah bagi alga merah yang tumbuh subur di karang-karang indah. Dengan temperatur air 28,3ºC–39,0ºC, danau ini dianggap memiliki kemiripan dengan kondisi laut zaman purba. Bahkan hasil penelitian yang dilakukan para ilmuwan menemukan fosil karang dan alga di dalam danau.

Segala keunikan yang dimiliki perairan Satonda ini pun diakui pemerintah. Pada 1998, pemerintah Indonesia melalui Menteri Kehutanan mengeluarkan SK Nomor : 22/Kpts-VI/1998 tanggal 7 Januari 1998. Disebutkan bahwa Pulau Satonda dan Perairan di sekitarnya merupakan Taman Wisata Alam Laut yang memiliki luar 2.600 Ha yang terdiri dari daratan (453,70 Ha) dan perairan (2146,3 Ha).

Bila Anda memutuskan berlibur di Pulau Satonda, tak hanya keunikan danau purba air asin yang Anda temui, tapi juga lanskap alam pantainya.

Baca juga: Keunikan Pantai Kerbau Dompu di mana kerbau-kerbau penuhi pantai

Pantai pasir putih dan misteri bebatuan yang digantung di Pohon Kalibuda

Bebatuan misterius yang hiasi Pohon Kalibuda. Foto dari detik.com

Di kalangan turis Indonesia, Danau Satonda memang belum populer. Rata-rata, wisatawan asing yang memutuskan singgah di Pulau Vulkanik ini selepas jelajahi Taman Nasional Komodo. Beberapa kegiatan yang bisa dilakukan di pulau ini misalnya berjemur di pantai, menyelam menikmati keindahan bawah lautnya, snorkeling, atau keliling pulau dengan perahu.

Uniknya lagi, bila menengok ke tepian danau, Anda akan menemukan beberapa jenis bebatuan yang digantung menggunakan tali pada dahan dan ranting pohon Kalibuda. Konon, masyarakat lokal Sumbawa yang melakukan hal tersebut.

Batu-batu yang bergelantungan di pohon itu diyakini sebagai batu harapan yang bisa mewujudkan impian. Namun, seiring berjalannya waktu, bukan hanya batu, tapi juga karang, botol kaca, bahkan sandal.

SHARE :



REKOMENDASI




ARTIKEL KEREN PALING BARU