Gempa Lombok yang terjadi pada Minggu (29/72018) lalu memengaruhi kunjungan wisatawan mancanegara atau wisman ke destinasi wisata yang ada di Lombok, Nusa Tenggara Barat.
Hal tersebut diungkapkan oleh Menteri Pariwisata Arief Yahya kala diskusi di Gor Siono, Gunungkidul, Yogyakarta pada Selasa (31/7/2018) dilansir Kompas.
“Kita belum tahu, tetapi seperti yang sudah terjadi waktu Bali itu, Gunung Agung kita kehilangan satu juta (wisman). Namun karena ini Lombok tentunya tidak sebesar Bali. Perbandingan (kunjungan) Lombok dan Bali 5 banding 1. Kalau di Bali (jangkanya) panjang waktu itu, ini semoga sudah selesai, mungkin 10 persen impact-nya,” tutur Arief.
Pihaknya akan melakukan Mitigasi Plan jika terjadi bencana di lokasi destinasi wisata. Pada kasus para pendaki yang terjebak di Gunung Rinjani, Kementerian Pariwisata sudah melakukan koordinasi terkait penanganan wisatawan asing yang turut terjebak dalam lokasi tersebut.
“Total 174 wisatawan Thailand yang masih ada di atas Rinjani kemarin dilaporkan turun dan sudah diantar ke Mataram dan dipulangkan ke Thailand, namun kita ikut berduka wafatnya seroang wisman dari Malaysia akan diantar PHRI Lombok, semua kita bantu,” terang Arief.
Perihal beberapa negara yang mengeluarkan Travel Advice berkait dengan bencana beberapa hari yang lalu ini, Arief mengaku tidak masalah.
Kementerian Pariwisata akan mengikuti segala prosedur yang terkait dalam peraturan The World Tourism Organization (UNWTO), yakni wilayah yang dilanda bencana alam dilarang untuk berpromosi.
“Travel Advice adalah mengingatkan, bukan peringatan kepada warga negaranya agar berhati-hati untuk ke tujuan tertentu dan itu kita menghargai seperti itu,” ucap Arief Yahya.
Pihaknya mengaku bersifat netral. Netral itu berarti dengan menyatakan bandara beroperasi, hotel beroperasi, tetapi tidak mengajak orang untuk datang.
Perihal Mitigasi Plan, Kemenpar juga telah menyiapkan beberapa upaya. Pertama kalau terjadi bencana, sesegera mungkin mengumumkan jika di destinasi tersebut terjadi bencana.
Kedua, harus memberikan pelayanan darurat kepada yang terkena, dan ini sudah dilakukan seperti mengantar jenazah wisman Malaysia.
Ketiga, memberikan kepastian kalau terjadi lagi akan bagaimana. Seperti Bali saat bandara ditutup, maka hari pertama akan digratiskan.
“Lalu kalau terjadi orang terjebak di situ (bandara), dia akan diantar ke terminal terdekat bisa ke Banyuwangi atau Surabaya atau ke Lombok, tergantung anginnya. Kemarin yang kita lakukan darurat,” ujar Arief mengakhiri.