Pendaki yang hilang di Merbabu sejak tanggal 30 Maret 2018 lalu berhasil ditemukan dalam keadaan meninggal dunia. Meski bukan warga negara Indonesia, tragedi ini mengundang sejumlah duka bagi para pendaki Indonesia. Banyak pendaki yang ikut berbela sungkawa atas musibah yang terjadi pada Andrey Voytech.
Sejak dinyatakan hilang, proses pencarian Andrey cukup memakan waktu yang lama. Bahkan seluruh jalur pendakian Gunung Merbabu sempat ditutup untuk mempermudah pencarian survivor. Hingga akhirnya, pada pencarian di hari ke tujuh, korban ditemukan tewas di salah satu jurang Gunung Merbabu.
Berikut ini fakta penting tentang Andrey Voytech, pendaki yang hilang di Merbabu dan ditemukan telah meninggal dunia.
Berdasar informasi yang beredar, Andrey Voytech mendaki seorang diri pada Jumat dini hari (30/3) sekitar pukul 03.00 WIB. Pendaki yang hilang di Merbabu ini ternyata sudah sempat sampai di puncak pada hari yang sama.
Pukul 07.43 tanggal 30 Maret, Andrey sempat mengirim pesan pada temannya dan mengatakan bahwa dirinya sudah tiba di Pos 2. Lalu sekitar pukul 13.57 Andrey Voytech sempat berfoto selfie di Puncak Kentheng Songo dan mengirimkan foto tersebut pada temannya.
Korban mulai hilang kontak sekitar pukul 16.47 WIB setelah sebelumnya memberi kabar jika dirinya sedang berada di tengah hutan. Di sinilah beberapa pendaki yang sempat bertemu bercerita bahwa Andrey Voytech sedang bermain dengan beberapa monyet hutan di Gunung Merbabu.
Operasi pencarian dilakukan oleh tim gabungan yang terdiri dari Basarnas, Korca, Pinoes Rescue, Granat Rescue, SAR MTA, SAR Bumi Serasi, Prima Paca, Sar Rajawali, Babinkamtibmas, dan petugas Taman Nasional Gunung Merbabu. Guna menyisir semua area yang diperkirakan dilalui Andrey, sebanyak 120 personel SAR gabungan dibagi menjadi enam Search and Rescue Unit (SRU).
Dari enam SRU yang telah dibentuk ini disebar di empat titik pencarian dari sekitar Pos 1 hingga Pos 2 pendakian. Salah satu area sisir adalah jalur pendakian Thekelan menuju Pos I mengambil jalur kanan arah Chuntel. Kemudian jalur Thekelan menuju Pos I mengambil jalur kiri atas tebing dan SRU III mengambil jalur Thekelan menyusuri Watu Tadah melalui bawah tebing.
Setelah lima hari melakukan pencarian, tim SAR sempat memperluas area pencarian. Area pencarian saat itu diperluas hingga pos 2 jalur Thekelan, namun tetap belum membuahkan hasil.
Untuk mempermudah proses pencarian survivor, akhirnya jalur pendakian Gunung Merbabu ditutup untuk sementara waktu. Jika sesuai rencana, jalur pendakian Gunung Merbabu ditutup mulai tanggal 5 – 7 April 2018. Jalur yang ditutup di antaranya jalur Selo, jalur Thekelan dan jalur Wekas, jalur Cunthel dan jalur Suwanting.
Tim SAR rencananya akan menghentikan pencarian apabila hingga hari ketujuh pendaki yang hilang di Merbabu tak juga ditemukan. Beberapa orang sempat beranggapan bahwa hilangnya Andrey Voytech termasuk dalam kasus yang tidak logis. Bahkan ada juga yang berpikir jika pendaki ini sengaja menghilang dan telah pulang ke negaranya.
Namun setelah diselidiki Andrey Voytech masih meninggalkan barang-barangnya termasuk tiga buah paspor di hotel. Jadi kecil kemungkinan bahwa dirinya telah kembali ke negara asalnya.
Ada berita yang menyebutkan bahwa Andrey Voytech berasal dari Selandia Baru, namun ada juga yang mengatakan dia berasal dari Slovakia. Ternyata semuanya benar, sebab Andrey Voytech ternyata punya tiga kewarganegaraan sekaligus. Hal ini didukung oleh ditemukannya tiga pasport dari negara yang berbeda.
Faktanya pendaki yang hilang di Merbabu ini memiliki tiga buah paspor yang dikeluarkan oleh Selandia Baru, Kanada dan Slovakia. Dan sampai saat ini pihak Basarnas Jateng masih menyatakan bahwa pendaki tersebut berasal dari Slovakia.
Tim SRU 1 berhasil menemukan pendaki yang hilang di Merbabu pada tanggal 7 April 2018 dalam kondisi meninggal. Korban ditemukan di area Kalimenek tepatnya di aliran sungai pada pukul 08.40 WIB. Korban diduga terjatuh dari ketinggian 13 meteran dan mengalami benturan hebat di dasar sungai tersebut. Meski demikian Tim SAR belum bisa mengetahui penyebab Andrey terjatuh.
Setelah korban ditemukan, jalur pendakian pun resmi dibuka kembali pada Minggu 8 April 2018. Musibah ini menjadi pelajaran bagi para pendaki agar terus berhati-hati dalam kegiatan pendakian. Persiapkan kondisi tubuh dan bekal yang cukup, baik dari logistik maupun ilmu untuk bertahan hidup di alam.