Sejak zaman Belanda berkuasa hingga kini, dunia perkeretapian di Indonesia memang telah banyak berubah. Mulai dari rute, jenis kereta, sistem operasional, hingga bentuk tiket kereta api juga ikut berubah. Uniknya, bentuk tiket kereta api dari masa ke masa ternyata mengalami beberapa kali perubahan.
Penasaran seperti apa perubahan bentuk tiket kereta api dari masa ke masa di Indonesia? Berikut ulasannya:
Tiket Edmondson merupakan tiket kereta api jenis pertama yang digunakan di Indonesia. Bagi Anda yang sudah naik kereta dari tahun 90án pasti sudah tak asing dengan jenis tiket ini.
Terbuat dari karton dengan ukuran sekitar 6 cm x 3 cm dan mudah disimpan di dalam saku. Model tiket Edmondson pertama kali diperkenalkan pada 1840 di Inggris. Pencetusnya adalah Thomas Edmondson yang saat itu menjabat kepala stasiun di Newcastle dan Carlisle.
Tiket Edmondson didesain dengan warna yang berbeda untuk membedakan tujuan dan kelas kereta. Di Indonesia, tiket Edmondson digunakan pada era Hindia Belanda oleh maskapai kereta api NIS (Nederlands-Indische Spoorweg Maatschappij) pada 1897 untuk rute Semarang-Solo-Yogyakarta.
Pada 1873 digunakan untuk tiket lintas Batavia-Buitenzorg, dan pada 1878 juga digunakan oleh maskapai SS (Staats Spoorwegen) untuk rute Surabaya ke Pasuruan. Setelah kereta api diambil alih oleh Negara Republik Indonesia, karcis Edmondson tetap digunakan hingga berhentinya pencetakan tiket Edmondson pada Oktober 2009.
Tahun 2009 PT KAI mengubah bentuk tiket kereta api Indonesia dengan kertas berukuran 20 cm x 7 cm. Tiket ini memiliki background gambar lokomotif dan sudah dilengkapi dengan jadwal keberangkatan dan jam tiba di stasiun tujuan. Di tiket kereta api ini, belum ada kolom untuk nama penumpang.
Tak lama kemudian, mdel tiket ini kembali mengalami perubahan menjadi lebih modern. Berubahnya logo perusahaan dengan background (behind text) gambar lokomotif serta memiliki hologram di sisi kanan. Tiket jenis ini sudah dilengkapi dengan nama calon penumpang, kereta api, nomor gerbong, dan nomor tempat duduk.
Tahun 2012, PT KAI kembali merubah desain tiket kereta api. Perubahan ini bertujuan untuk meminimalisasi kejadian kriminal yang terjadi di stasiun.
Adapaun perubahan yang dilakukan adalah dengan manambahkan keterangan pada tiket menjadi lebih banyak, yakni adanya nomor identitas (KTP/SIM/Paspor) dan adanya QR code untuk memverifikasi tiket. Dari segi desain, tiket juga mengalami sedikit perubahan. Yaitu adanya garis pemisah antar detil tiket.
Setelah tiket ini berlaku, penumpang yang akan masuk ke peron harus menunjukkan identitas sesuai dengan identitas yang tertera pada tiket kereta yang dipesan.
Ini adalah bentuk tiket kereta api terbaru yang masih berlaku hingga kini. Sejak tahun 2016, PT KAI menerapkan model tiket kereta api yang baru. Bentuknya lebih kecil dari model sebelumnya. Tiket ini berwarna oranye dan menggunakan kertas tipis.
Pada tiket ini terdapat QR code lebih kecil dan memanjang, namun informasi yang tertera pada tiket tidak berbeda dengan versi sebelumnya. Penumpang yang melakukan pembelian tiket di luar stasiun, misalnya di minimarket, kantor pos, dan agen perjalanan bisa melakukan check in di mesin check in mandiri yang terdapat di stasiun.
Proses pencetakabn bisa dilakukan 12 jam atau paling lambat 10 menit sebelum keberangkatan. Setelah sampai stasiun, penumpang melakukan check-in dengan mengetikkan kode booking pada bukti transaksi pembelian tiket di mesin check-in mandiri.
Dalam waktu sekejap saja, penumpang sudah bisa mendapatkan cetak tiket boarding pass lengkap dengan informasi nama kereta api, tujuan, dan jadwal keberangkatan. Saat boarding, calon penumpang harus menunjukkan identitas sesuai yang tertera pada boarding pass untuk memverifikasi kecocokan identitas.