Tentang Misool dan Ciptaan-Nya

Mengutip kata Pramoedya Ananta Toer, kenalilah tanah air kalian sendiri, karena memang di situlah kita akan hidup dan berkembang.

SHARE :

Ditulis Oleh: Djonet Sugiarto

Suasana di pelabuhan. Dokumentasi penulis

Pagi itu begitu cerah dan ombak nampak tenang. Mentari hangat menyapa KM Fajar Indah setibanya saya di Pelabuhan Pos 35, Misool, Raja Ampat. Puluhan speed boat berkeliaran di pelabuhan Pos 35. Ada yang datang untuk menjemput sanak saudara, ada yang datang untuk menawarkan jasa menyebrang ke pulau selanjutnya.

Pulau Misool merupakan salah satu dari empat pulau besar di Kepulauan Raja Ampat. Luas wilayahnya adalah 2.034 kilometer persegi. Daerah ini terletak di daerah Raja Ampat dan berbatasan dengan Laut Seram. Daerah ini juga terletak di kepala burung Papua Barat dan di antara Kota Sorong dan Pulau Seram.

Misool merupakan salah satu dari empat pulau terbesar yang ada di Raja Ampat. Menurut cerita masyarakat lokal, dahulu jauh sebelum manusia mulai memadati pesisirnya, terdapat tujuh butir telur yang ditemukan seorang wanita. Kemudian empat diantaranya menetas menjadi seorang pangeran yang menduduki tahta di masing-masing kepulauan besar di bagian kepala burung Papua Barat. Yaitu Salawati, Waigeo, Batanta dan Misool yang kemudian dikenal dengan Empat Raja, atau Raja Ampat.

Misool sendiri terbagi menjadi empat bagian yaitu, Misool Timur, Misool Selatan, Misool Barat dan Misool Utara. Pulau Misool juga termasuk daerah segitiga karang dunia. Jadi tak heran jika disini banyak ditemui ikan-ikan yang begitu cantik. Di Misool bagian selatan terdapat laut lepas. Oleh karena itu juga dapat dijumpai fauna laut yang besar seperti lumba-lumba, paus dan pari manta.

Dermaga Fafanlap. Dokumentasi penulis

Di Misool terdapat kampung tua yang begitu eksotis. Daratannya tidak berpasir putih namun memiliki sumber mata air tawar yang begitu melimpah di kampung ini, Fafanlap namanya. Fafanlap sendiri berasal dari bahasa Misool yang artinya papan yang di pinggir. Ratusan kepala keluarga dari berbagai suku di Nusantara tinggal di kampung ini.

Di Pulau Misool tidak ada pasokan listrik PLN, sehingga masyarakat masih menggunakan genset untuk mengaliri listrik dirumahnya, yang akan dinyalakan saat malam tiba.

Fafanlap kini sudah ‘menetaskan’ beberapa kampung, diantaranya, Yellu, Usaha Jaya, Harapan Jaya, Dabatan dan Kayarepop. Ratusan kepala keluarga hidup di pulau ini. Mata pencaharian mereka rata-rata adalah sebagai pemancing tradisional. Ada juga yang bekerja sebagai buruh di Perusahaan Mutiara 35, yang konon mutiara berasal dari laut Raja Ampat ini adalah yang terbaik kedua di dunia.

Untuk menuju ke Pulau Misool kita bisa menggunakan maskapai penerbangan dari Jakarta menuju Sorong selama kurang lebih 4 jam. Dari Sorong , kita bisa menjelajahi Misool dengan berbagai macam pilihan, di antaranya ikut tur dengan kapal pesiar, atau backpacking. Untuk pilihan backpacking, kita bisa menggunakan KM. Fajar Indah yang berangkat setiap Jumat malam dan KM. Fajar Baru setiap senin malam dari Pelabuhan Rakyat, Sorong. Biaya tiket perjalanannya adalah 200 ribu rupiah per orang, jika ingin mendapatkan kamar, biasanya ABK kapal menyewakan kamar seharga 300 ribu rupiah. Lama perjalanan menuju pulau Misool kurang lebih delapan jam. Sesampainya di Pulau Misool kita bisa sewa rumah penduduk lokal untuk melepas lelahnya perjalanan.

Kebanyakan turis yang berplesir ke Pulau Misool adalah para penyelam, karena kekayaan bawah lautnya yang begitu mempesona. Tetapi jangan salah, tempat ini juga menarik untuk turis yang bukan penyelam, di sini banyak pantai – pantai berpasir putih yang indah, gugusan pulau-pulau karst nan mempesona juga flora-fauna endemik seperti maleo, aneka burung kakatua dan nuri, serta beragam jenis anggrek.
Misool tak pernah habis akan keindahannya.

Cantik, nggak kalah dengan Wayag. Dokumentasi penulis

Tak lengkap rasanya jika ke Misool tidak berkunjung ke Puncak Harfat Jaya. Nama Harfat Jaya sendiri diambil dari nama tokoh masyarakat lokal, yaitu Harun Sapua dan Fatma. Keduanya adalah pemilik homestay Harfat Jaya yang berdiri di kampung Harapan Jaya. Karena kegelisahannya akan indahnya ciptaan Nya, Harun Sapua bersama warga kampung akhirnya mencari tempat supaya bisa membuat foto lanskap yang tak kalah indah dengan ikon Raja Ampat, yaitu Wayag. Untuk menggapai puncak Harfat Jaya dibutuhkan waktu kurang lebih selama 30 menit.

Tak jauh dari Puncak Harfat, kita bisa jumpai puncak yang juga tidak kalah indahnya, Puncak Love namanya. Di mana kita dapat melihat laguna berbentuk hati atau love dari atas puncaknya. Untuk mencapai Puncak Love dibutuhkan waktu kurang lebih 30 menit untuk menggapainya. Jangan lupa persiapkan tenaga yang cukup, karena trek yang terjal hampir 90 derajat membuat tenaga semakin terkuras.

Selain wisata alam, Pulau Misool juga menyajikan wisata sejarah. Terdapat lukisan cap tangan bersejarah di dinding batu karang karang. Lukisan bersejarah ini banyak ditemui di beberapa tempat di nusantara, salah satunya di Pulau Misool. Kita harus berada di atas speed boat untuk melihatnya karena lokasinya yang berada dekat dengan permukaan laut. Berbagai macam lukisan tangan disini, diantaranya berbentuk telapak tangan, lumba-lumba, tulang ikan. Menurut perkiraan, usia cap tangan ini sekitar 50 puluh ribu tahun dan menjadi bagian dari rangkaian petunjuk jalur penyebaran manusia dari kawasan barat Nusantara menuju Papua.

Pulau Misool menyimpan segudang cerita. Persaudaraan yang begitu hangat terasa di sana. Hubungan antara manusia dengan laut pun di sana begitu bijaksana. Masyarakat Misool mempunyai tradisi budaya leluhur yang bernama bukasasi. Sasi berasal dari kata Maluku yang artinya “larangan”. Adat sasi merupakan kebudayaan Maluku yang sudah diwariskan oleh nenek moyang mereka selama berabad-abad. Sasi adalah perintah larangan untuk mengambil hasil pertanian maupun lautan. Biasanya pelarangan penangkapan hewan laut itu bisa mencapai 24 bulan.

Melihat Misool membuat kita sadar, bahwa ada surga terlahir di tanah air kita ini. Saat banyak yang berlomba berkunjung ke negeri tetangga, mengapa kita tidak coba mendaratkan diri di Misool. Surga Misool bukan hanya bawah lautnya, tetapi juga tanahnya Kamu tak akan pernah menyangka kalau Tuhan menciptakan setitik surga di sini.

***

Misool meninggalkan kenangan. Dokumentasi penulis

Mengutip kata Pramoedya Ananta Toer, kenalilah tanah air kalian sendiri, karena memang di situlah kita akan hidup dan berkembang. Cintailah alam sekelilingmu! Jadi tunggu apalagi, ayo ke Misool.

SHARE :



REKOMENDASI




ARTIKEL KEREN PALING BARU