Sejarah Leluhur Indonesia dan Alasan Suku Bangsa di Papua Berbeda

Dalam sejarah leluhur Indonesia, suku bangsa di Papua memang memiliki Ras Australomelanesid yang berbeda dengan suku bangsa lainnya di Indonesia.

SHARE :

Ditulis Oleh: Taufiqur Rohman

Secara fisik, orang-orang yang berasal dari suku bangsa di Papua memiliki karakteristik yang sedikit berbeda dengan suku bangsa lain di Indonesia. Orang Papua cenderung berbadan besar, berkulit hitam, serta memiliki rambut keriting. Mengapa bisa demikian?

Jelas, leluhur suku bangsa di Papua memang memiliki ras yang berbeda dengan suku bangsa lainnya. Dalam sejarah leluhur Indonesia terdapat dua ras yang mendiami kepulauan nusantara sejak lama, Ras Mongoloid di bagian barat dan utara; serta Ras Australomelanesid di bagian timur dan selatan. Orang Papua berasal dari Ras Autralomelanesid, sedangkan orang Melayu dari Ras Mongoloid.

Meskipun demikian, leluhur orang Papua adalah yang pertama kali tinggal dan mendiami wilayah kepulauan nusantara di masa lalu. Keberadaannya bahkan bisa ditarik mundur saat Homo Sapiens melakukan migrasi keluar benua Afrika pada 100.000-300.000 tahun lalu. Benua Afrika oleh para ahli dipercaya sebagai sumber asal dan evolusi hominid (manusia purba).

Manusia Pertama di Nusantara

Secara berkelompok dalam rombongan, mereka menyusuri garis pantai dengan terus berjalan dari Afrika hingga tiba di Asia Tenggara. Jembatan darat mereka manfaatkan untuk menyeberang Sumatera, Kalimantan, Jawa, dan bergerak ke Halmahera sampai ke Papua. Mereka inilah yang kelas disebut sebagai Ras Melanesia dan menurunkan suku bangsa Papua.

Orang-orang Papua adalah garis keturunan langsung mereka. Ciri fisiknya pun masih sama, yaitu rambut merah dan keriting. Bukti perjalanan tersebut ditemukan di kawasan Lida Ajer, Sumatera Barat berupa gigi yang berumur 73.000-63.000 tahun lalu. Ada pula alat-alat batu di wilayah timur Indonesia yang berasal dari 45.000-20.000 tahun lalu.

Dilansir dari Historia.id, Harry Widianto, kepala riset Balai Arkeologi Yogyakarta menuturkan bahwa manusia modern awal inilah yang kelak menjadi nenek moyang Ras Autralomelanesid yang segera menyebar ke seluruh Kepulauan Nusantara sejak 15.000 tahun lalu. Awalnya mereka menjelajah di sekitar Nugini, termasuk Kepulauan Bismarck di pantai timur Nugini, Samudera Pasifik, hingga Australia Tenggara.

Populasi mereka hidup dan berkembang dengan baik di Australia hingga 30.000 tahun lalu. Sebagian menetap di Australia menjadi Suku Aborigin, sebagian kemudian melakukan migrasi ke Nusa Tenggara, Jawa, dan Kalimantan pada 15.000-5.000 tahun lalu. Ras Australomelanesid menguasai wilayah kepulauan nusantara hingga 5.000 tahun lalu. Jelas, mereka menjadi ras yang besar di nusantara.

Menguasai Sebagian Besar Nusantara

Jauh sebelum kedatang Ras Mongoloid, Ras Australomelanesid lebih dahulu menguasai nusantara. Mereka hidup dan menetap di gua-gua Jawa Timur, Jawa Tengah, Yogyakarta, Sumatera, Kalimantan, Nusa Tenggara Barat, dan Timur. Tidak heran jika Peter Bellwood dalam bukunya “Prasejarah Kepulauan Indo-Malaysia” menyebut bawah Daratan Sunda, Wallacea, dan Daratan Sahul adalah kawasan Melanesia Lama.

Dapat disimpulkan, orang Papua adalah keturunan langsung dari manusia modern awal yang 70.000 tahu lalu tiba di nusantara dan menurunkan ras Australomelanesid. Sedangkan orang Nusa Tenggara adalah keturunan langsung dari orang Papua. Harry menyebut, Papua itu sulung, paling tua leluhurnya. Populasi yang mendiami nusantara tersebut terus mengalami evolusi menjadi kelompok yang beragam. Perubahan yang dialami berupa mungilnya wajah dan tulang tengkorak.

Sementara, Ras Mongoloid baru tiba di nusantara pada 5.000 tahun lalu. Secara khusus mereka disebut sebagai penutur Austronesia. Mereka berasal dari selatan Taiwan yang kemudian tinggal di bekas kediaman Ras Australomelanesid. Antara Ras Mongoloid dan Australomelanesid hidup bersama dalam damai. Beberapa mengalami percampuran ras melalui perkawinan, terutama yang terjadi di wilayah Wallacea, seperti Nusa Tenggara dan Sulawesi.

SHARE :



REKOMENDASI




ARTIKEL KEREN PALING BARU