7 Bir Tradisional Indonesia yang Populer dan Mendunia

Meskipun bir identik dengan alkohol, beberapa jenis bir tradisional di Indonesia justru sama sekali tidak memabukkan bahkan memiliki manfaat kesehatan.

SHARE :

Ditulis Oleh: Taufiqur Rohman

Jauh sebelum bir modern dikenal luas, berbagai daerah Indonesia telah lama mengenal bir lokal tradisional sendiri yang dihasilkan dari proses fermentasi buah-buahan dan tumbuhan. Bir tradisional Indonesia begitu populer, berdasarkan data diketahui sebanyak 38,7% konsumen minuman keras lebih memilih bir lokal tradisional baru kemudian anggur merah, wiski, dan lainnya.

Meskipun bir identik dengan alkohol, beberapa jenis bir tradisional di Indonesia justru sama sekali tidak memabukkan bahkan memiliki manfaat untuk kesehatan. Berikut ini adalah jenis-jenis bir tradisional Indonesia.

1. Cap Tikus – Sulawesi Utara

(manado.tribunews.com)

Cap Tikus adalah salah satu merk bir tradisional Indonesia yang berasal dari tanah Minahasa. Kadar alkohol yang terkandung dalam Cap Tikus dapat mencapai 40%. Hal ini terjadi karena teknik penyulingan Cap Tikus sangat baik sehingga dapat dihasilkan kadar alkohol tinggi yang sangat berkualitas. Cap Tikus merupakan produk alkohol yang telah dilegalkan oleh pemerintah daerah Sulawesi Utara.

2. Brem – Bali

(minews.id)

Brem merupakan minuman beralkohol yang berasal dari Bali yang telah dilegalkan peredarannya sejak Februari 2020 lalu melalui Perturan Gubernur Bali Nomor 1 Tahun 2020 bersama dengan arak dan tuak. Brem begitu populer di kalangan masyarakat maupun wisatawan mancanegara bahkan dianggap sebagai salah satu oleh-oleh khas Bali. Sebenarnya konsumsi Brem pada awalnya dipakai untuk upacara adat.

3. Bir Jawa – Yogyakarta

(beergembira.com)

Bir Jawa merupakan minuman tradisional khas Yogyakarta yang terbuat dari berbagai rempah-rempah pilihan yang menyehatkan. Meskipun bernama Bir, namun Bir Jawa ini sama sekali tidak memabukkan dan tidak mengandung alkohol. Bir Jawa diciptakan oleh Sultan Hamengkubuwono VII yang sering melihat pasukan Belanda minum bir hingga mabuk. Sri Sultan pun lalu membuat bir versinya sendiri yang tidak memabukkan.

4. Sopi – Flores

(floresplus.net)

Sopi adalah bir tradisional Indonesia khas dari Flores dan Maluku yang terbuat dari enau atau aren yang difermentasikan di dalam batang pohon bambu selama sekitar 10 hari. Sopi bercita rasa manis, masyarakat kadang menambahkannya dengan berbagai rempah dan akar-akaran. Sopi menjadi simbol kebersamaan, biasanya disajikan dalam momen-momen khusus, seperti ritual keagamaan atau upacara adat.

5. Swansrai – Papua

(genpi.co)

Swansrai berasal dari Papua yang hanya disuguhkan untuk tamu-tamu yang dianggap penting dan sangat terhormat. Proses penyajiannya juga sangat unik, karena tidak menggunakan gelas melainkan tempurung kelapa. Swansrai dihasilkan dari fermentasi air buah kelapa yang sudah sangat tua. Sama seperti arak atau tuak, kadar alkohol yang terkandung dalam Swansrai cukup tinggi, yaitu berkisar 20-30%.

6. Bir Pletok – Jakarta

(herstory.co.id)

Bir Pletok juga bir tradisional yang sama sekali tidak mengandung alkohol. Asalnya dari masyarakat Betawi di Jakarta. Proses pembuatannya dari berbagai rempah-rempah, seperti jahe, daun pandan wangi, dan serai. Warna merah pada Bir Pletok berasal dari kayu secang yang digunakan. Biasanya disajikan dalam kondisi hangat. Bir Pletok memiliki banyak manfaat kesehatan, seperti memperlancar peredaran darah.

7. Ballo – Sulawesi Selatan

(makassar.tribunews.com)

Ballo adalah minuman tradisonal khas dari Tana Toraja yang biasanya disajikan dalam gelas bambu sebagai suguhan dalam pertemuan atau ritual keagamaan. Ballo terbuat dari getah pohon lontar yang difermentasikan beberapa hari. Terdapat dua jenis varian, yaitu yang memiliki rasa manis dan ringan dengan kadar alkohol pada Ballo hanya 10% saja. Satu lagi varian yang lebih keras dengan rasa asam.

SHARE :



REKOMENDASI




ARTIKEL KEREN PALING BARU