Kuil Angkor Wat Kamboja dan Hubungannya dengan Kerajaan Jawa

Angkor Wat dibangun oleh Raja Khmer Suryawarman II pada awal abad ke-12 di Yasodharapura. Pembangunan Angkor Wat ditujukan sebagai tempat ibadah.

SHARE :

Ditulis Oleh: Taufiqur Rohman

Jika anda penggemar film petualangan Tomb Rider yang dibintangi oleh Angelina Jolie pasti sudah tak asing dengan candi kuno ini. Dalam salah satu sekuelnya, Tomb Rider mengambil latar di Angkor Wat yang merupakan sebuah kompleks candi kuno di Kamboja. Angkor Wat dibangun oleh Raja Khmer Suryawarman II pada awal abad ke-12 di Yasodharapura. Pembangunan Angkor Wat ditujukan sebagai tempat ibadah untuk Dewa Wisnu sekaligus tempat menyimpan abu jenazah Raja Khmer Suryawarman II.

Angkor wat menempati lahan seluas 162,6 Ha dan menjadi simbol Negara Kamboja yang ditampilkan dalam bendera nasional. Angkor wat memadukan dua jenis arsitektur Candi Khmer yaitu rancangan candi gunungan dan rancangan candi berserambi. Angkor wat merupakan lambang dari Gunung Meru (Khayangan Dewa-Dewi Hindu) yang dikelilingi tiga undak bangunan serambi persegi panjang dengan pagar luar sepanjang 3,6 km berikut parit dengan panjang lebih dari 5 km. Tengah candi terdapat lima menara yang menjulang tinggi dan membentuk tatanan quiquncia (tatanan lima objek yang menjadi lambang tapak dara).

Jika dilihat lebih seksama, arsitektur angkor wat menyerupai arsitektur candi-candi kuno di Jawa seperti Borobudur dan Prambanan. Perbedaan angkor wat dapat terlihat dari atap batu yang menghubungkan satu menara dengan menara lain. Para ahli berpendapat jika pembangunan angkor wat sangat erat kaitannya dengan Dinasti Syailendra di Jawa yang menguasai Asia Tenggara pada abad ke-7 Masehi.

Berdasarkan buku Nusantara: Sejarah Indonesia yang ditulis Bernard H.M. Vlekke menjelaskan bahwa sejak Dinasti Sanjaya berkuasa telah terjalin kerjasama dengan raja-raja funan di Kamboja. Anak Sanjaya yang bernama Wishnu atau Panangkarana menikah dengan seorang putri dari Kerajaan Funan di Kamboja. Dari pernikahan tersebut lahir dua orang anak, anak bungsu yang bernama Shri Maharaja Shailendravamca menjadi raja paling berkuasa di Asia Tenggara. Shri Maharaja Shailendravamca inilah yang mendapat gelah Syailendra dan mengawali pembangunanCandi Borobudur setelah masuk Agama Budha Mahayana.

Penulis buku Asia Tenggara Masa Hindu Budha yaitu George Coedes mengisahkan bahwa pada abad ke-8 Masehi, Raja Jayavarman II memimpin pelapasan Kerajaan Funan dari ikatan Kerajaan Jawa. Namun karena pengaruh jawa yang begitu kuat hingga mempengaruhi gaya arsitektur candi-candi Kerajaan Funan di Kamboja.

SHARE :



REKOMENDASI




ARTIKEL KEREN PALING BARU