Rakornas Pariwisata I Tahun 2018 baru saja dilaksanakan pada tanggal 22 – 23 Maret 2018 lalu. Rakornas yang digelar di Bali Nusa Dua Convention Centre selama dua hari tersebut menghasilkan rumusan, di mana Menteri Pariwisata Indonesia Arief Yahya akan mendukung pembangunan wisata digital Indonesia di 34 provinsi dan 10 nomadic tourism di 10 destinasi Bali Baru.
Nomadic tourism sebagai salah satu hasil rumusan menjadi hal dipertanyakan bagi para awam yang baru pertama kali mendengar. Apa itu nomadic tourism? Bagaimana konsepnya?
nomad /no·mad / 1 n kelompok orang yang tidak mempunyai tempat tinggal tetap, berkelana dari satu tempat ke tempat lain, biasanya pindah pada musim tertentu ke tempat tertentu sesuai dengan keperluan kelompok itu; 2 v cak (hidup) berkelana, tidak menetap
Menelisik makna kata nomadic dari KBBI, nomadic yang berasal dari kata nomad ini berarti sekelompok orang yang tak memiliki tempat tinggal tetap. Mereka hidup berpindah dari satu tempat ke tempat lain pada saat musim tertentu sesuai dengan keperluan kelompok.
Dari hasil Rakornas di Nusa Dua, Bali, pada Jumat (23/3), nomadic tourism adalah gaya berwisata baru di mana wisatawan dapat menetap dalam kurun waktu tertentu di suatu destinasi wisata dengan amenitas yang portable dan dapat berpindah-pindah.
Selain itu, gaya berwisata ini pun sangat cocok bagi suatu destinasi wisata yang sangat potensial namun daya dukung amenitas masih rendah. Maka, nomadic tourism ini akan menjadi solusi sementara yang sifatnya permanen bagi wisata tertentu di Indonesia.
Dengan kata lain yang dimaksud nomadic tourism adalah wisata temporer baik akses maupun amenitasnya yang akan diterapkan untuk menjangkau destinasi alam potensial di kepulauan yang sulit dijangkau, seperti Maluku misalnya.
Menteri Pariwisata Arif Yahya dalam siaran tertulisnya menambahkan bahwa nomadic tourism itu mudah dan murah. Hanya perlu ada atraksi pariwisata yang menarik, maka pengadaan akses dan amenitas bisa dilakukan dengan menggunakan bahan baku yang bisa dipindah. Misalnya pembangunan glamp camp atau dengan live on board, caravan, dan home pod.
Caravan ini merupakan hotel yang didesain menggunakan mobil karavan. Hotel ini pun bisa berpindah-pindah secara harian atau pun mingguan untuk mencari spot destinasi wisata terindah. Dengan adanya hotel Caravan, wisatawan bisa memanfaatkannya untuk menikmati keindahan alam namun sangat minim penyediaan amenitas.
Sedangkan tren wisata dengan cara glamping (glamour camping) memang sudah diperkenalkan ke pariwisata Indonesia. Hampir sama halnya seperti camping pada umumnya, namun akomodasi camp yang diberikan dipastikan sangat nyaman senyaman bermalam di hotel berbintang.
Konsep nomadic tourism yang ditawarkan Kementrian Pariwisata adalah Home Pod. Secara konsep, Home Pod ini menawarkan konsep bermalam berpindah-pindah juga seperti Caravan. Yang membedakan, jika hotel Caravan akan berpindah setelah sehari atau semingguan, maka Home Pod bisa bertahan 6 bulan atau pun setahun. Home Pod ini merupakan rumah telur yang memiliki kerangka keras dengan berat hampir 2 ton yang bisa dipindahkan.
Untuk menjalankan program yang dicanangkan Kementrian Pariwisata ini kemungkinan akan menemui beberapa kendala seperti perizinan penggunaan caravan, izin penggunaan Taman Nasional, dan bagaimana memetakan lokasi tempat diaplikasikannya konsep pariwisata nomadic tourism ini. Namun, segala kendala tersebut telah dikomunikasikan dengan pihak-pihak terkait. Harapannya, masing-masing sektor bisa mensupport pariwisata Indonesia.
Nomadic Tourism ini sendiri bukanlah gaya berwisata yang baru. Style liburan ala nomadic traveler ini sudah diterapkan di beberapa negara seperti Mongolia dan Maldives.