Ini Tempat Wisata yang Jadi Contoh Destinasi Digital di Pra Rakornas 2018 Kemenpar

Pasar Karetan di Jawa Tengah dianggap sebagai contoh di Pra Rakornas 2018 Kemenpar, bagaimana mengembangkan sebuah destinasi digital.

SHARE :

Ditulis Oleh: Shabara Wicaksono

Pasar Karetan di Kendal, Jawa Tengah (Jateng), menjadi contoh destinasi digital di Pra Rakornas 2018 Kemenpar, Hotel Harris Vertu, Jakarta, Selasa, (13/3).

Pasar Karetan di Jawa Tengah. (Foto/Jatengtoday).

Baca juga: Setelah semua harus dicat warna-warni, apalagi tren wisata berikutnya?

“Bagaimana membuat tempat yang dulu sepi, sekarang ramai. Tempat yang dulunya biasa saja, sekarang masyarakatnya sadar pariwisata. Terinspirasi dari berbagai pasar di luar negeri yang unik-unik seperti mall Marceau Market Perancis, Eat & Eat Gandaria dan lain-lain,” ujar Ketua Pelaksana Pasar Karetan, Mei Kristianti dalam keterangan tertulisnya, Rabu, (14/3).

Pasar Karetan di kawasan hutan ini, disulap menjadi kawasan Instagramable. ‘Pasar zaman now’ ini juga bekerja sama dengan pemerintah daerah dan individu personal. Sosialisasi juga secara gencar dilakukan kepada masyarakat.

“Harus Instagramable, dari 360 derajat harus bagus. Itu memengaruhi orang untuk datang lagi. Dekorasi harus bagus. Agar terlihat menarik untuk foto-foto,” kata Mei.

Selain itu, sosialisasi di sosial media juga harus gencar. Mei menegaskan, followers harus banyak, dan harus asli bukan hasil dari beli.

”Pengunjung Pasar Karetan bisa mencapai 4 ribu orang saat dibuka. Kalau tidak asli, tidak akan bisa sebanyak itu,” ungkapnya.

Pengelola juga melakukan kurasi terhadap lapak-lapak yang akan berjualan di Pasar Karetan. Lapak harus sesuai dengan konsep pasar yang telah ditentukan, seperti misalnya makanan yang dijual jarang ditemui di tempat biasa.

“Ada Role and Play. Mereka tampilannya seperti apa? Dagangan lapak harus enak, dan harganya juga harus bersahabat,” tutur Mei.

Selain lapak jualan, juga harus ada aktivitas lainnya yang menarik. Seperti ada dolanan anak tradisional semacam bakiak, enggrang, serta panahan.

“Permainan-permainan tradisional itu sangat menarik bagi pengunjung keluarga. Untuk anak-anak muda, selain spot foto yang unik, bisa juga disediakan pertunjukan ringan seperti live music, tari tradisional atau workshop-workshop yang mengikuti perkembangan zaman,” paparnya.

Saat ini, omset Pasar Karetan mencapai Rp 30 juta hingga Rp 40 juta per pekan. Kalau ditotal, per tahun omset pasar ini bisa mencapai Rp 1,6 milyar-Rp 1, 9 milyar.

“Destinasi digital semacam ini memberikan efek perekonomian kerakyatan untuk masyarakat sekitarnya. Selain itu, juga memberikan wadah bagi generasi muda untuk berkreasi,” tambah Mei.

Suksesnya Pasar Karetan ini membuat Wali Kota Semarang Hendrar Prihadi menyiapkan 3 tempat lagi untuk dikerjakan dengan konsep serupa, Dua di antaranya berada di Kota Lama dan satu lainnya di Kawasan Pecinan.

Keunggulan lainnya, Pasar Karetan adalah terdapat banyak spot untuk berfoto. Hal inilah yang memaksa pengunjung selalu mengeluarkan smartphone-nya dan selalu berfoto.

Menurut Menteri Pariwisata Arief Yahya, kondisi ini berbeda dengan pasar-pasar zaman dulu, yang hanya membutuhkan lapak, tempat menata barang dagangan, bertemulah pembeli dan penjual. Di Pasar Karetan ini pasar penuh aturan.

Baca juga: Tak ingin ketinggalan zaman, promosi pariwisata Indonesia digencarkan di digital.

“Itulah digital lifestyle anak-anak muda. Selalu memikirkan impresi, objek foto Instagramable, interaktif, viral, trending topic, dan tema-tema khas online sosial media. Di mana ada objek anti-mainstream, di situ mereka berkumpul,” kata Arief.

Digital lifestyle, menurut Arief, harus interaktif, berbasis online, bercerita dengan video, gambar, sedikit teks, viral. Bukan lagi dari mulut ke mulut, karena mulut mereka adalah gadget, signal, dan wifi.

“Bagus, konsep Pasar Karetan ini. Silakan datang tiap Minggu pagi. Ajak juga keluarga atau teman-temannya,” imbau Menpar.

SHARE :



REKOMENDASI




ARTIKEL KEREN PALING BARU