Jadi Negara Teraman, Kenapa Masih Ada Turis Asing Diperkosa di Indonesia?

Turis asing diperkosa di Labuan Bajo, hal ini membuat publik bertanya-tanya, sudah layakkah Indonesia menyandang predikat sebagai 10 negara teraman di dunia? 

SHARE :

Ditulis Oleh: Echi

Indonesia baru saja berbangga karena terpilih sebagai 10 negara teraman di dunia tahun 2018. Laporan tersebut dirilis oleh perusahaan riset Amerika Serikat, Gallup.

Ironisnya, belum lama bersuka cita, kasus pemerkosaan turis asal Prancis di Labuan Bajo telah mencoreng penghargaan yang didapatkan Indonesia. Hal ini kemudian membuat publik bertanya-tanya, sudah layakkah Indonesia menyandang predikat sebagai 10 negara teraman di dunia?

Baca juga: Indonesia dinobatkan sebagai negara teraman di dunia oleh Gallup

Tentunya, Gallup tak sembarangan memberikan predikat negara teraman nomor 9 untuk Indonesia. Gallup melakukan riset mendalam dengan memberikan sejumlah pertanyaan terkait keamanan kepada 148 ribu responden dewasa yang tersebar di 142 negara berbeda selama 2017.

Pertanyaan tersebut menyangkut lokasi kota tinggal, tingkat kepercayaan pada polisi, hinga peristiwa penjambretan yang mungkin dialami selama 1 tahun ke belakang masuk ke dalam bagian penilaian.

Lebih detailnya, seperti ini pertanyaan yang diberikan Gallup kepada responden.

1. Di kota atau daerah tempat Anda tinggal, apakah Anda memiliki kepercayaan pada kepolisian setempat?
2. Apakah Anda merasa aman berjalan sendirian di malam hari di kota atau daerah tempat Anda tinggal?
3. Dalam 12 bulan terakhir, apakah Anda punya uang atau properti yang dicuri dari Anda atau anggota rumah tangga lain?
4. Dalam 12 bulan terakhir, apakah Anda pernah diserang atau dirampok?

Permasalahannya, jika Gallup mengacu keamanan suatu negara pada sudut pandang pertanyaan tersebut, rasanya memang lebih dianggap aman untuk warga lokal daripada turis asing. Lantas bagaimanakah tingkat keamanan turis asing selama liburan di Indonesia?

Ilustrasi foto turis asing diperkosa di Labuan Bajo. Foto dari babelpos.co

Jika menilik kasus yang dialami turis Prancis di Labuan Bajo, pelaku pemerkosaan merupakan seorang pria yang mengaku sebagai pemandu wisata lepas. Menurut kabar yang beredar, oknum pemandu wisata tersebut melakukan aksinya usai kunjungi obyek wisata air terjun Cunca Wulang bersama korban.

Kasus pemerkosaan turis asing ini pun mengingatkan pada kenyataan bahwa aturan standarisasi pemandu wisata di Indonesia masih rendah. Hingga pemandu wisata abal-abal telah membahayakan turis asing.

Kenyataan lainnya, tour guide atau pemandu wisata di Indonesia masih banyak yang belum tersertifikasi. Mengutip dari republika.co.id, dari 15 ribu (pramuwisata) di tahun 2016, hanya 10 ribu pemandu wisata yang baru disertifikasi.

Selama ini banyak pemandu wisata hanya mempunyai lisensi yang dikeluarkan oleh Himpunan Pramuwisata Indonesia (HPI). Namun lisensi tersebut pun tak cukup.

Seorang pemandu wisata memang harus peroleh sertifikasi pramusiwata yang didapatkan dari LSP Parindo. Dengan adanya lisensi dan sertifikasi di tangan, kualitas dan kredibilitas pemandu wisata pun sudah bisa dipertanggungjawabkan.

Ketua Asosiasi Perusahaan Perjalanan Wisata Indonesia (ASITA), Abed Frans mengatakan HPI setempat memiliki kewajiban untuk memberikan jaminan bahwa pemandu wisata yang bertugas di Labuan Bajo mengantongi sertifikat resmi dari pemerintah atau lembaga resmi.

Di sisi lain, kita sebagai wisatawan pun baiknya lebih waspada dan berhati-hati pada pelayanan jasa yang diberikan pemandu wisata. Jangan hanya tergoda karena biaya yang murah. Sebelum memilih, pastikan pemandu wisata tersebut memiliki sertifikat dan lisensi.

Baca juga: Asita kecam pelaku pemerkosaan turis asing di Labuan Bajo

Kasus turis asing diperkosa di Labuan Bajo ini bukan yang pertama. Sebelumnya, seorang turis asal Denmark mendapatkan perlakuan serupa usai berselancar di pantai Pulau Nyang Nyang, Mentawai pada April 2018 silam.

Tentunya, tak hanya memperketat dari sisi pemandu wisata jasa. Pengamanan di tempat wisata harus ditingkatkan dengan menyediakan pos keamanan wisata misalnya.

Promosi besar-besaran untuk menarik turis datang ke destinasi wisata harusnya diimbangi dengan peningkatan layanan keamanan dan kenyamanan kepada para turis. Salah satunya adalah dengan meningkatkan kualitas pemandu wisata melalui pemberian sertifikat dan lisensi yang berstandarisasi.

SHARE :



REKOMENDASI




ARTIKEL KEREN PALING BARU