Gunung Gamalam di Ternate, Maluku Utara merupakan salah satu destinasi impian para pendaki gunung di Indonesia. Meskipun hanya berada pada ketinggian 1.715 mdpl, Gunung Gamalama tetap jadi incaran karena pesona keindahan alamnya. Bisa dibilang, Gunung Gamalama ini salah satu gunung antimainstream.
Seperti gunung-gunung lainnya yang ada di Pulau Jawa, Gunung Gamalama di Ternate ini pun punya aturan. Sedikit berbeda, Gunung Gamalama punya aturan adat yang harus dipatuhi pendaki. Hal ini disebabkan warga Ternate masih menjaga tradisi sebagai bentuk komitmen untuk melestarikan kearifan lokal.
Aturan mendaki Gunung Gamalama yang pertama adalah membaca doa fere kie. Fere kie sendiri merupakan kegiatan ritual naik ke puncak gunung Gamalama dengan niatan untuk berziarah.
Selanjutnya, naik Gunung Gamalama disarankan dalam jumlah genap. Konon, bila Anda mendaki dalam jumlah ganjil dikhawatirkan salah seorang diantaranya akan mendapatkan celaka.
Sama seperti mendaki gunung pada umumnya, para pendaki Gunung Gamala dilarang mengucapkan kata-kata kotor. Mereka juga tidak diperkenankan membawa minuman keras.
Yang patut digarisbawahi, Anda tak diperkenankan buang air sembarangan. Apalagi buang air di dekat kompleks kuburan tua yang diyakini merupakan kuburan para wali yang menyebarkan agama Islam di Maluku Utara.
Larangan yang sama juga berlaku di dekat Mata Air Abdas, mata air yang muncul di celah batu yang airnya dipercaya warga setempat sebagai obat untuk menyembuhkan berbagai penyakit dalam.
Pesan kami, jangan sesekali melanggar aturan tersebut karena dikabarkan banyak pendaki yang sering terjatuh dan tersesat saat naik Gunung Gamalama.
Gunung Gamalama merupakan salah satu objek wisata yang terus dipromosikan Pemkot Ternate, karena gunung ini menawarkan pemandangan indah berupah hamparan perkebunan cengkih dan pala serta panorama keindahan Pulau Tidore dan Halmahera yang bisa dilihat saat berada di puncaknya.