Tren Wisata Halal Berkembang Pesat di Negara Non-Muslim, Kok Bisa?

Tidak hanya di negara muslim, negara dengan mayoritas penduduk non-muslim pun mengalami perkembangan tren wisata halal yang cukup progresif.

SHARE :

Ditulis Oleh: Taufiqur Rohman

Dalam beberapa tahun belakangan, wisata halal menjadi tren yang terus berkembang di sejumlah negara. Wisata halal dapat didefinisikan sebagai bagian dari industri pariwisata yang ditujukan khusus untuk wisatawan muslim sehingga pelayanannya merujuk pada aturan-aturan agama Islam. Misalnya hotel tidak menyediakan makanan atau minuman beralkohol.

Lebih jauh dari itu, setiap sendi industri pariwisata juga harus memakai konsep islami. Utamanya dalam ketersediaan warung makan/restoran halal dan tempat beribadah selama perjalanan wisata. Namun ada satu hal yang sedikit janggal, tren wisata halal terbaik justru berkembang pesat di negara-negara non-muslim, seperti negara-negara di Asia Timur. Kenapa?

Wisata Halal di Negara Non-Muslim

Khusus negara yang penduduknya mayoritas muslim, Global Muslim Travel Index (GMTI) menempatkan Indonesia di peringkat pertama untuk kategori destinasi wisata halal terbaik pada tahun 2019 lalu. Indonesia unggul dari 130 destinasi di seluruh dunia. Indonesia dan Malaysia mendapatkan skor yang sama 78, sehingga keduanya duduk bersaing di peringkat teratas.

Tidak hanya di negara muslim, negara dengan mayoritas penduduk non-muslim pun mengalami perkembangan industri pariwisata halal yang cukup progresif, terutama di negara-negara Asia Timur. GMTI bahkan menempatkan Taiwan di posisi tiga sebagai negara tujuan wisata muslim terbaik di negara non-muslim. Taiwan menjadi destinasi ramah muslim.

Taiwan masuk urutan tiga dunia destinasi wisata halal terbaik (muslimobsession.com).

Taiwan telah memudahkan pelancong muslim untuk berwisata ke wilayah negaranya dengan menyiapkan hotel, restoran, dan tempat wisata halal. Banyak hotel bintang tiga dan 200 restoran yang sudah bersertifikat halal. Beberapa fasilitas umum juga telah memiliki mushola tersendiri. Janggal, kenapa Taiwan yang bukan negara muslim mengikuti tren wisata halal?

Rupaya, Taiwan dan sejumlah negara di Asia Timur cukup visioner. Alasan mereka menggaungkan tren wisata halal adalah karena jenis pariwisata ini memiliki potensi sangat besar dari sisi ekonomi. Pernyataan ini terungkap dalam laporan World Travel Market di London pada 2017. Tulisan lain dari The Econnomist menyebut prospek besar juga berada di jasa pelayanan.

Seperti diketahui bahwa Islam menjadi agama paling dinamis di dunia yang terus mengalami peningkatan signifikan setiap tahunnya. Sehingga wisatawan muslim akan terus bertambah dari waktu ke waktu. Tahun 2014, pengeluaran pasar muslim global mencapai 11% dari total seluruh wisatawan global yang mencapai USD 142 miliar. Angka yang fantastis.

Kedepannya jumlah itu akan mengalami peningkatan, pada tahun 2020 diproyeksikan naik dua kali lipat dengan jumlah USD 223 miliar atau 13% dari total pengeluaran global. Melihat angka-angka besar ini, negara di Asia Timur tertarik mengembangkan wisata halal. Terlebih kini kiblat wisata dunia mulai beralih ke Asia Timur berkat naiknya industri hiburan di sana.

Satu-satunya masjid di Korea Utara (lintasterkini.com).

Hanya Korea Utara yang Tak Ramah Muslim

Diantara semua negara di Asia Timur, hanya Korea Utara yang tidak ramah muslim. Bagaimana tidak, negara ini hanya memiliki satu masjid. Itupun berada di kawasan Kedutaan Besar Iran di Pyongyang. Islam memang tidak didiskriminasi di Korea Utara. Namun menjadikan Korea Utara sebagai tujuan wisata bagi seorang muslim mungkin harus dipertimbangkan lagi.

Hanya ada satu masjid, tidak ada jaminan halal di warung makan/restoran jelas akan menyulitkan. Selain itu, mengunjungi Korea Utara bukanlah hal mudah. Terdapat sederetan peraturan aneh nan unik jika ingin selamat berangkat hingga pulang lagi ke Indonesia. Taiwan, Tiongkok, Jepang, dan Korea Selatan adalah pilihan paling tepat untuk menjadi tujuan liburan.

SHARE :



REKOMENDASI




ARTIKEL KEREN PALING BARU