Tradisi Kejam Wanita Suku Pedalaman yang Bikin Kita Bersyukur Jadi Wanita Indonesia

Tradisi kejam wanita suku pedalaman ini menjadi pengingat bahwa kita orang Indonesia harus bersyukur tinggal di Indonesia.

SHARE :

Ditulis Oleh: Wike Sulistiarmi

Kaum Hawa adalah kaum yang sering mendapatkan perlakukan spesial jika dibandingkan dengan kaum Adam. Bisa dibilang, wanita adalah kaum terlindungi yang haknya selalu didahulukan. Namun berbeda dengan para wanita suku di pedalaman dunia yang ternyata harus melakukan tradisi mengerikan di sisa waktu hidupnya.

Anda mungkin tidak akan tega membacanya karena tradisi kejam wanita suku pedalaman ini benar-benar menyakitkan. Berikut ini daftarnya:

Tradisi menyayat perut simbol kecantikan

Mengerikan. Foto/merdeka

Etnis Tiv yang tinggal di Nigeria memiliki tradisi kejam untuk wanita yang mengharuskan mereka yang telah mendapatkan haid untuk menyayat perut sebagai tanda kedewasaan.

Bukan hanya satu sayatan, melainkan empat sayatan di sekitar pusar. Sayatan itu berupa garis memanjang dan dipercaya sebagai peningkat kesuburan si gadis dan bisa mendatangkan jodoh bagi mereka.

Baca juga: Tradisi Potong Jari di Papua, Sebuah Simbol Kesetian yang Mendalam

Khitan sebagai tanda kedewasaan

Mengerikan dan menyakitkan. Foto/merdeka

Khitan umumnya dilakukan oleh para pria. Namun khitan juga dilakukan oleh para kaum wanita di Uganda oleh suk Sabiny.

Pada prakteknya, khitan wanita dilakukan dengan cara memotong klitoris wanita. Tujuannya untuk menekan hasrat si gadis ketika telah bersuami. Meskipun sederhana, namun khitan wanita ini konon sakitnya sepuluk kali lipat khitan pria apalagi suku ini tak mengenal obat bius menghilang rasa sakit. Pun pada prakteknya tidak dilakukan secara higienis.

Tak hanya dilakukan oleh Suku Sabiny Uganda, tradisi ini juga telah menghantui para wanita Timur Tengah, Afrika dan sebagian Asia.

Tradisi ‘menyetrika’ payudara sebelum beranjak dewasa

Lihatlah, wanita in disetrika payudaranya. Foto/plus.sme.sk

Mengerikan dan kejam. Di Kamerun, tradisi menyetrika payudara adalah hal yang biasa. Padahal, payudara adalah mahkota wanita dari seluruh dunia.

Para orangtua wanita biasanya akan mulai melakukan setrika payudara sejak anak-anak perempuannya berusia 9 tahun. Mereka menggunakan batu yang telah dipanaskan untuk menyetrika payudara anaknya itu. Setelah itu, mereka akan menggilingnya dengan kayu berbentuk panjang.

Tak hanya itu, setelah ritual itu selesai, mereka akan membalut dada sang anak dengan karet elastis dengan sekencang-kencangnya untuk menekan pertumbuhan payudara. Sangat menyakitkan!

Ritual menyakitkan ini konon dilakukan agar anak-anak tidak terkena pelecehan seksual yang kerap terjadi pada wanita-wanita setempat. Mengerikan. Padahal praktek ini bisa menimbulkan infeksi, kista, hingga kerusakan jaringan.

Baca juga: Ngeri dan Bikin Ngilu, Begini Tradisi Kerik Gigi Suku Mentawai Sebagai Simbol Kecantikan

Berendam di lautan selama haid

Berendam berhari-hari. Foto/CATERSNEWS.COM

Ini adalah kebiasaan suku pribumi Nootka di wilayah Kepulauan Vancouver Kanada. Mereka para wanita haid yang memasuki kedewasaan diharuskan untuk menjalani ujian fisik membuktikan ketahanan wanita. Tradisi yang kerap dilakukan adalah berendam di lautan ketika haid.

Mereka akan dipaksa telanjang dan berendam di tengah lautan selama berhari-hari. Cara ini dilakukan agar mereka para gadis mampu bertahan saat merasakan sakitnya ketika melahirkan.

SHARE :



REKOMENDASI




ARTIKEL KEREN PALING BARU