5 Ritual Sex Aneh dari Suku Pedalamanan di Indonesia

Berikut ini telah disajikan lima jenis tradisi kedewasaan atau ritual sex nyeleneh dari suku-suku pedalaman di Indonesia.

SHARE :

Ditulis Oleh: Taufiqur Rohman

Indonesia merupakan negara multikultural yang terdiri atas ratusan suku bangsa dengan bahasa, budaya, serta adat kebiasaan yang khas. Setiap suku memiliki tradisi-tradisi adat unik yang berbeda antara satu dengan lainnya, tak terkecuali tradisi kedewasaan. Terkadang terdapat beberapa suku di Indonesia dengan tradisi kedewasaan nyeleneh yang diluar logika dan tidak bisa dicerna akal sehat. Bahkan tradisi tersebut memberikan dampak kerugian kepada pihak tertentu.

Berikut ini telah disajikan lima jenis tradisi kedewasaan atau ritual sex nyeleneh dari suku-suku pedalaman di Indonesia.

1. Sunat Jepit Bambu, Suku Atoni Pah Meto

Suku Atoni Pah Meto merupakan salah satu suku pedalaman yang ada di wilayah Timor Barat. Setiap anak laki-laki dari Suku Atoni Pah Meto yang telah memasuki usia pubertas akan disunat dengan menggunakan pisau tajam dan penjepit dari bambu. Tradisi ini sebagai tanda telah memasuki kedewasaan dan meningkatkan kepuasaan seksual. Ketika luka sunat masih basah, si anak laki-laki kemudian diharuskan melakukan hubungan seksual untuk membuang sial dan penyakit. Sayangnya perempuan yang menjadi pelampiasan hubungan seksual dari si anak laki-laki lalu akan dikucilkan oleh masyarakat Suku Atoni Pah Meto.

2. Ritual Homoseksualitas dengan Dukun, Suku Pedalaman dari Maluku

Ritual kedewasaan aneh selanjutnya datang dari salah satu suku di pedalaman Maluku. Setiap anak laki-laki dari suku ini belum dianggap dewasa jika belum digauli oleh seorang dukun yang menjadi petinggi adat. Perlu diketahui bahwa dukun yang menggauli anak laki-laki juga merupakan seorang laki-laki juga. Ritual homoseksualitas ini membuktikan bahwa hubungan seks sejenis telah ada di Indonesia sejak dahulu.

3. Duel Fisik, Suku Asmat

Anak laki-laki dari Suku Asmat di Papua yang menginjak usia pubertas akan melakukan duel fisik dengan laki-laki yang lebih dewasa sebagai simbol kedewasaan. Masyarakat Suku Asmat percaya dengan ritual ini maka kekuatan dari laki-laki yang lebih dewasa akan diwarisi oleh anak laki-laki tersebut. Ritual ini sudah semakin jarang dilakukan oleh masyarakat Suku Asmat karena dianggap terlalu berbahaya.

4. Ritual Malam Pertama, Suku Marind

Jika sewajarnya sepasang kekasih yang telah menikah akan tidur bersama untuk merayakan malam pertama, berbeda halnya dengan Suku Marind di Papua. Bagi setiap laki-laki Suku Marind meniduri istri yang baru saja dinikahi saat malam pertama akan membuatnya kehilangan dan pamornya. Menurut Suku Marind, seorang pria tidak bisa begitu saja menyerahkan diri kepada seorang wanita. Oleh karena itu saat malam pertama, laki-laki dari Suku Marind akan meniduri seorang laki-laki juga.

5. Gemblak, Suku Kuno di Ponorogo

Masyarakat suku kuno di Ponorogo memiliki ritual kedewasaan yang disebut Gemblak. Gemblak merupakan merupakan seorang pria tampan yang biasanya menjadi teman tidur warok atau tetua adat. Setelah sepasang pengantin menikah mereka akan tidur secara terpisah saat malam pertama. Mempelai wanita akan tidur bersama keluarganya, sedangkan sang laki-laki akan tidur ditemani seorang gembak untuk melayani hasratnya.

SHARE :



REKOMENDASI




ARTIKEL KEREN PALING BARU