Keajaiban dunia, begitulah julukan yang disematkan untuk Cordoba di era tamadun Islam dari seorang penulis barat bernama Stanley Lane-Pool. Tak ada satu kota pun yang dapat menyamai Cordoba kala itu, Cordoba adalah seluruh keindahan yang menjadi satu. Meskipun Islam tidak lagi berjaya di Cordoba, namun beberapa peninggalan dari masa lalunya bisa disaksikan.
Cordoba adalah sebuah kota di Andalusia, berada di sebelah barat Spanyol. Cordoba berdiri di sepanjang tebing Sungai Guadalquivir. Sejarah peradaban Islam di Cordoba Spanyol dimulai pada 169 SM. Dahulu kota ini bernama Iberi Baht, dibangun oleh kekaisaran Romawi. Cordoba begitu terkenal setelah menjadi ibukota kekaisaran Romawi di bawah pimpinan Kaisar Lotheo . Julius Caesar, salah seorang panglima militer Romawi juga sempat menaklukannya pada tahun 45 M.
Lima abad setelahnya, Cordoba berada di bawah kekuasaan Bizantium saat pemerintahan Raja Goth Barat. Cordoba memasuki era baru ketika Islam datang ke wilayah Eropa pada 711 M atau 93 H. Di bawah pimpinan Tariq bin Ziad, tentara Islam dari Dinasti Umayah yang membawa misi dakwah berhasil merebut Cordoba dan wilayah Spanyol dari kekuasaan Goth Barat, Kekaisaran Visigoth.
Penaklukan Cordoba oleh pasukan Tariq bin Ziad dilakukan atas perintah Musa bin Nusair, seorang gubernur Afrika Utara, di bawah pemerintahan Walid bin Abdul Malik atau Walid I (705-715 M) dari Dinasti Umayah yang beribukota di Damaskus. Selain Cordoba, tentara Islam juga menguasai wilayah lain di Spanyol, seperti Toledeo, Seville, Malaga, dan Elvira.
Cordoba menjadi ibukota kekhalifahan Dinasti Umayah setelah kerajaan tersebut kalah oleh Dinasti Abbasiyah, pusat kekuasaan turut bergeser dari Damaskus ke Baghdad. Dinasti Umayah yang terusir lalu membangun lagi kekuasannya di Spanyol. Cordoba dipilih sebagai pusat kekuasaan Dinasti Umayah sejak pemerintahan Abdurrahman Ad-Dakhil atau Abdurrahman I.
Memang hampir tidak ada bangunan megah yang tersisa di Cordoba, namun warisan ilmu pengetahuan dan peradaban dari masa kejayaan Islam juga memiliki nilai yang tinggi. Masjid Agung Cordoba menjadi satu-satunya bangunan bersejarah di Spanyol yang masih tersisa, meskipun sudah tidak lagi difungsikan sebagai sebuah masjid.
Masjid Agung Cordoba atau dikenal dengan Mezquita dan Masjid-Katedral Cordoba ini pada awalnya adalah gereja peribadatan Visigoth. Setelah ada dalam kekuasan Islam Dinasti Umayah kemudian sebagian bangunannya beralih fungsi menjadi masjid, sedangkan sebagian lain masih menjadi gereja. Benar, dalam satu bangunan digunakan sebagai tempat ibadah dua agama. Tentu saja, ini menjadi wujud toleransi yang luar biasa.
Sayang, pemerintahan Dinasti Umayah yang pluralis tidak berlangsung lama. Tahun 784 M, Khalifah Abdurrahman I membeli sebagian bangunan lain yang difungsikan sebagai geraja dan menjadikkannya sebagai masjid pada 787 M. Pembangunan dan perluasan pun terus berlangsung hingga khalifah-khalifah Dinasti Umayah setelahnya.
Seiring dengan melemahnya posisi Dinasti Umayah di Spanyol, pasukan kristen menyerang Semenanjung Iberia yang menjadi wilayah kekuasaan Dinasti Umayah dan menyulut terjadinya peristiwa besar Reconquista. Dalam peristiwa tersebut, Dinasti Umayah kalah dalam Pertempuran Covadonga di pegunungan Iberia dan tentara Kristen lalu mendirikan kepangeranan Kristen di Asturias.
Dinasti Umayah yang kalah pun harus angkat kaki dari Spanyol. Cordoba berada di bawah pimpinan Ferdinand III memutuskan untuk mengambil alih Masjid Agung Cordoba dan mengembalikannya ke fungsi semula. Masjid Agung Cordoba kembali menjadi gereja dengan katedral gothik yang dimasukkan ke bagian tengah gedung. Sekarang seluruh bangunan dipakai sebagai katedral diosese Cordoba di Spanyol.