Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia Luncurkan Bookingina.com

Hadapi era digital, industri pariwisata Indonesia tak mau gagap teknologi. Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia misalnya, mereka membuat bookingina.com.

SHARE :

Ditulis Oleh: Shabara Wicaksono

Digitalisasi telah merambah semua sektor. Sumber foto

Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) secara resmi mengenalkan Bookingina.com, sebuah situs pemesanan hotel. Situs tersebut merupakan hasil kerja sama antara PHRI dengan PT Maia Putra Lestari.

Ketua Umum PHRI Hariyadi Sukamdani menjelaskan bahwa aplikasi tersebut merupakan ‘senjata’ untuk memperluas konsumen yang dijangkau. Hariyadi mengatakan bahwa Bookingina.com akan membantu konsumen memilih hotel dan juga memberikan keuntungan bagi pengusaha hotel.

Baca juga alasan mengapa booking hotel di online travel agent bisa lebih murah 

“Bagi konsumen, pesan hotel melalui situs ini akan menguntungkan karena akan mendapatkan pelayanan lebih prima. Hal ini dikarenakan komunikasi dengan pihak hotel akan lebih baik karena semua penawaran akan dikendalikan langsung oleh pihak hotel,” ujar Hariyadi.

Bagi pengusaha hotel, situs ini lebih menguntungkan karena komisi yang harus diberikan pada situs pemesanan jauh lebih rendah, yaitu hanya 12% bagi anggota PHRI, dan 15% bagi hotel yang bukan anggota PHRI. 

“Pada umumnya, komisi yang mesti dibayarkan jika merujuk pada situs serupa bisa mencapai 17 persen,” ucapnya.

Direktur PT Maia Putra Lestari, Ricky Theodores, mengatakan bahwa situs ini menggunakan sistem ekstranet yang sepenuhnya bisa dikendalikan pihak hotel.

“Bookingina.com lebih fleksibel karena pihak hotel bisa pasang diskon sendiri. Misalnya, memberikan promosi atau diskon khusus yang sesuai dengan kondisi, di mana letak geografis hotel yang terhubung dengan lokasi wisata,” tutur Ricky.

Industri Pariwisata Indonesia Tak Mau Gaptek

Digitalisasi telah merambah semua sektor, termasuk pariwisata di Indonesia. Industri seperti bidang perhotelan dan agen perjalanan wisata melakukan digitalisasi pada sektor layanan, promosi, dan pemasaran produk.

Contohnya, keberhasilan pemerintah mempromosikan berbagai destinasi wisata bisa dibilang karena  konsep digitalisasi brand Wonderful Indonesia di berbagai kanal dunia maya, terutama sosial media. Menteri Pariwisata (Menpar) Arief Yahya menegaskan, digitalisasi adalah suatu keharusan karena data menunjukkan 70% orang di dunia melakukan search dan share secara digital. Memanfaatkan kegemaran orang mengunggah foto ke sosial media, Kementerian Pariwisata (Kemenpar) juga menargetkan untuk membuat 100 destinasi wisata digital di Indonesia pada 2018.

Baca juga cara travel agent bertarung di era digital.

“Destinasi digital ini definisi gampangnya adalah yang Instagramable. Destinasi yang didesain sesuai dengan keinginan dan kebutuhan generasi milenial,” terang Arief.

Sepemikiran dengan Arief, Direktur Utama PT Angkasa Pura II (Persero) Muhammad Awaluddin menyatakan pihaknya telah melakukan digitalisasi layanan pada sebagian besar bandara yang dikelola PT Angkasa Pura II (Persero). Di antaranya adalah layanan online check in untuk efiesiensi waktu.

Sementara itu, Chief Communication Officer Tiket.com, Gaery Undarsa menegaskan, industri apapun, jika ingin relevan dengan pasar memang harus mengadopsi teknologi. Ia menjelaskan bahwa sejak pertama kali mendirikan perusahaan pemesanan tiket transportasi dan hotel online pada 2011 lalu, ia sudah menyadari bahwa kesulitan utama masyarakat untuk berlibur di Indonesia adalah minimnya informasi.

“Dengan aplikasi, masyarakat akan lebih mudah membuat perencanaan liburan dan membeli tiket. Dalam dua tahun terakhir, 60% penjualan tiket melalui mobile apps dan diproyeksikan pada tahun 2017-2018 pendapatan kami hampir 70% dari mobile,” ujarnya.

SHARE :



REKOMENDASI




ARTIKEL KEREN PALING BARU