Mastercard-CrescentRating sebagai lembaga rating wisata muslim dunia merilis hasil Global Muslim Travel Index (GMTI) untuk 2018. Lagi-lagi, Malaysia kembali menjuarai indeks wisata halal dunia kedelapan kalinya secara berturut-turut. Tahun ini Indonesia naik ke peringkat dua bersanding dengan Uni Emirat Arab. Hasil tersebut berasal dari riset tahunan dengan mengukur berbagai parameter wisata halal dari 130 destinasi di seluruh dunia.
Dari 130 negara ini ada dua kelompok kategori, yaitu Organisasi Kerja Sama Islam (OKI) dan negara non-OKI. Malaysia sendiri menduduki peringkat satu untuk kategori OKI dengan skor 80,6. Indonesia dan Uni Emirat Arab berada dalam posisi kedua dengan skor 72,8. Sedangkan untuk kategori non-OKI, Singapura masih menduduki posisi pertama sama seperti tahun sebelumnya.
Tahun ini Taiwan dan Jepang juga mengalami kenaikan peringkat. Hal ini menjadi tanda bahwa mereka telah berusaha menyesuaikan layanan guna menarik serta memenuhi kebutuhan wisatawan Muslim.
Untuk hasil yang cukup memuaskan khususnya bagi wisata Indonesia, Menteri Pariwisata Arief Yahya menyampaikan terima kasih. Ia juga memaparkan berbagai program percepatan wisata halal di Indonesia yang sudah dilakukan dan yang akan dilakukan ke depannya.
Tahun depan Arief Yahya menargetkan bahwa Indonesia akan mampu menduduki peringkat satu wisata halal dunia dan menggeser Malaysia. Sampai saat ini meski Indonesia sendiri merupakan negara mayoritas muslim dan banyak kuliner halal, namun masih banyak pengelola wisata kuliner yang enggan mengurus sertifikasi halal. Sehingga hal ini menjadi kendala pada pencapaian peringkat pertama wisata halal dunia.
Berikut ini adalah peringkat pasar wisata muslim dunia hasil Global Muslim Travel Index (GMTI) untuk 2018 dalam kategori OKI:
Sedangkan untuk peringkat wisata halal dunia kategori Non-OKI adalah:
Seluruh 130 destinasi di GMTI 2018 dinilai berdasarkan beberapa kriteria, dengan metrik pengukuran baru yang ditambahkan dalam penelitian tahun ini termasuk Crescent Rating Growth-Innovation Model.
Metrik tersebut termasuk kriteria-kriteria seperti akses terhadap infrastruktur, bagaimana negara-negara tujuan wisata berkomunikasi dengan target pengunjungnya, serta lingkungan dan pelayanan. Setiap kriteria kemudian dihitung untuk menentukan keseluruhan skor indeks.