Mendaki gunung menjadi sangat ramai dilakukan oleh anak-anak muda zaman sekarang. Tren naik gunung tersebut mulai rame semenjak film 5 CM yang dibintangi Pevita Pearce tersebut rilis di bioskop Indonesia pada 12 Desember 2012 lalu.
Mendaki memanglah menyenangkan karena dapat mengukur sejauh mana batas kemampuanmu melawan alam. Selain itu Kamu juga bisa menjernihkan pikiran dari pekerjaan yang membuatmu stres.
Ketika mendaki, tentunya Kamu harus membawa makanan dan minuman untuk bertahan hidup. Namun apakah Kamu sudah membawa turun sampah bungkus makanan atau minuman tersebut?
Tren yang terbaru, bahkan bukan hanya bungkus makanan dan minuman, namun juga kertas-kertas pesan yang dibawa pendaki untuk foto di puncak. Ini juga menjadi potensi terjadinya pencemaran gunung.
Baca ulasan menarik tentang pendaki kertas dengan klik di sini.
Membuang sampah tidak pada tempatnya merupakan sifat yang tidak terpuji dan akan merugikan dirimu maupun orang lain, apalagi kalau Kamu membuangnya ketika perjalanan mendaki ke puncak gunung. Dengan membuang sampah di gunung, secara tidak langsung Kamu sudah merusak alam yang ada di Indonesia.
Melansir dari Republika, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) yang bekerjasama dengan mahasiswa pecinta alam sudah melakukan survei timbulan sampah dan aksi bersih taman kawasan wisata gunung pada 2016 lalu. Hasilnya masih sangat mengecewakan. Terdapat 453 ton sampah yang dihasilkan oleh 150.688 pendaki setiap tahunnya, atau sampah yang dihasilkan sekitar 3 kg per pengunjung.
“Sebanyak 53 persen atau 250 ton lebih merupakan sampah plastik yang sangat sulit terurai,” jelas Direktur Jenderal Pengelolaan Sampah Limbah dan Bahan beracun Berbahaya (PSLB3) KLHK, Tuti Hendrawati Mintarsih.
Menurut Tuti, sampah-sampah tersebut berpotensi mencemari ekosistem taman nasional. Hasil tersebut masih menjadi permasalahan yang harus diwaspadai mengingat fungsi taman nasional sebagai destinasi wisata yang harus bersih dari sampah.
Sampah-sampah yang ditemukan di gunung tersebut termasuk dalam beberapa jenis sampah yang harus diwaspadai karena penguraian sampah-sampah tersebut tidak memakan waktu yang sebentar. Jika didiamkan terus-menerus maka akan menjadi penyakit bagi gunung, tidak akan ada lagi lahan yang bersih untuk berkemah. Bayangkan bagaimana nasib flora-fauna yang ada di gunung jika hal tersebut terus-menerus dibiarkan?
Berikut ini beberapa penjelasan tentang berapa lama waktu yang diperlukan untuk menguraikan sampah,
Jika Kamu sudah mengetahui bagaimana berbahayanya sampah yang Kamu buang di gunung, Kamu dapat membantu pengelola untuk mengurangi hal tersebut. Caranya cukup mudah, Kamu hanya membutuhkan sebuah trashbag dan membantu memungut sampah yang Kamu temukan selama perjalanan.
Jika hal tersebut masih merepotkan, Kamu bisa membantu pengelola cukup dengan tidak membuang sampah sembarangan saja. Jika tidak menemukan tempat sampah, Kamu bisa menyimpannya dalam saku terlebih dahulu. Kemudian ketika sudah berada di basecamp barulah Kamu buang ke tempat yang seharusnya. Dulu bahkan ada cerita tentang pendaki yang menggendong sampah sangat banyak hingga akhirnya kisah tersebut viral di sosial media.
Belum mengetahui kisah pendaki fenomenal tersebut? Lihat ulasannya dengan klik di sini.
Atau Kamu bisa bergabung dengan sebuah komunitas yang sangat peduli tentang kebersihan gunung, namanya adalah Trashbag Community. Komunitas independen ini adalah sebuah gerakan moral, yang anggotanya berasal dari berbagai macam organisasi maupun kalangan di seluruh nusantara.
Melansir dari laman resmi Trashbag Community, Komunitas yang terbentuk pada 11 November di Taman Nasional Gunung Gede Pangrango (TNGGP) Jawa Barat ini mempunyai misi dan visi yang sangat menarik.
Misinya adalah:
Sedangkan visi yang diusung adalah “Menjadikan gunung-gunung di Indonesia bebas dari sampah.”
Trashbag Community hadir untuk membuktikan bahwa sekecil apapun gerakan yang dilakukan akan bermanfaat dan akan membawa perubahan besar. Dengan adanya komunitas ini juga menjadi bukti bahwa masih banyak orang-orang yang peduli dengan keadaan hutan dan gunung di Indonesia.