Museum Batik Danar Hadi Bisa Jadi Tempat Belajar Batik di Surakarta

Anda ingin belajar tentang motif dan sejarah batik? Museum Batik Danar Hadi di Surakarta dapat memenuhi keinginan Anda dengan 1000 koleksi batik yang ada.

SHARE :

Ditulis Oleh: Astrid S

Batik telah menjadi identitas masyarakat Indonesia. Namun, menurut sejarah, batik awalnya berasal dari tanah Jawa. Jika Anda masih penasaran akan sejarah batik di Nusantara, Anda bisa berkunjung ke Museum Danar Hadi yang berada di Jalan Brigjend Slamet Riyadi, Laweyan, Surakarta.

Di sini, Anda tak hanya akan belajar mengenai salah satu budaya Jawa yang sudah mendunia, namun juga melihat berbagai koleksi batik hingga lebih dari 1000 jenis. Bahkan museum ini telah mendapatkan Rekor MURI sebagai museum dengan koleksi batik terbanyak di dunia.

Baca Juga: Butuh Referensi Liburan Akhir Pekan? Kunjungi 5 Wisata Solo Ini

Adalah Haji Santosa Doellah yang membawa kecintaan terhadap batik terus terpelihara hingga menjadi sebuah museum. Beliau merupakan pengusaha asal Solo akhirnya mendirikan Batik Danar Hadi sejak tahun 1967.

Santosa telah berkecimpung di dunia perbatikan sejak umur 15 hingga akhirnya bisa mendirikan perusahaan batiknya sendiri ketika berumur 26 tahun. Kecintaan terhadap budaya menggambar di atas kain ini serta keprihatinan Bapak Santosa terhadap minimnya upaya generasi muda untuk terus melestarikan batik akhirnya membuat museum ini lahir.

Berbagai batik dipajang dengan indah agar bisa detailnya bisa dilihat oleh para pengunjung. (IDN Times)

Terdapat tiga tujuan yang hendak dicapai dengan adanya Museum Batik Danar Hadi ini. Di antaranya yaitu melestarikan dan mengembangkan seni batik, wisata edukasi, dan menambah objek wisata di kota Solo sebagai kota budaya. Pada tahun 2000, akhirnya museum ini berdiri dan diresmikan oleh Ibu Megawati Soekarnoputri, Wakil Presiden Republik Indonesia, kala itu.

Saat hendak memasuki gedung museum, Anda akan merasa berada di Solo tempo dulu. Gedung yang ditempati sebagai museum batik ini dikenal bernama Ndalem Wuryaningratan. Awalnya gedung ini merupakan rumah dari Pangeran Wuryaningratan, anak dari Susuhan Pakubuwono X. Namun, pada tahun 1977, Bapak Santosa membeli rumah ini dan mengubahnya menjadi museum tanpa menghilangkan unsur Jawa dan Eropa pada gedung ini.

Gedung museum masih memancarkan struktur Eropa dan Jawa dari masa lampau. (Baca)

Saat memasuki gedung museum ini, Anda akan disuguhi oleh 11 ruangan yang memamerkan koleksi-koleksi batik kuno milik Bapak Santosa. Ternyata museum ini pun memiliki tema, yaitu “Batik Pengaruh Zaman dan Lingkungan”, yang membagi batik yang ada di museum menjadi sembilan jenis batik. Jenis-jenis tersebut dibagi menjadi Batik Belanda, Batik Cina, Batik Djawa Hokokai, Batik Pengaruh India, Batik Kraton, Batik Pengaruh Kraton, Batik Sudagaran dan Batik Petani, Batik Indonesia, serta Batik Danar Hadi.

Baca Juga: Pecinta Batik? Kalian Harus Datang ke Festival-Festival Batik Ini

Para pengunjung bisa melihat pengrajin yang sedang menggambar batik menggunakan canting. (usemayjourney)

Setelah puas melihat ragam jenis batik yang indah dan belajar tentang sejarahnya, Anda tak boleh pulang dulu. Anda juga bisa melihat cara pembuatan batik secara tulis atau menggunakan canting. Cara ini merupakan cara awal pembuatan batik yang digunakan sejak dulu dan harga batiknya cukup fantastis. Pengunjung juga bisa belajar cara membuat batik menggunakan canting dan lilin bersama para pengrajin yang sudah ahli.

Batik adalah warisan budaya yang sudah diturunkan oleh nenek moyang kita. Meskipun budaya ini sudah diakui oleh dunia, hal tersebut tak boleh membuat kita berhenti untuk terus melestarikan batik. Menjaga eksistensi batik juga dapat menumbuhkan kebanggaan kita sebagai orang Indonesia dengan budayanya yang indah.

SHARE :



REKOMENDASI




ARTIKEL KEREN PALING BARU