900 Koleksi Museum Sultra Dicuri, Keris Sakti dan Katana Kuno Hilang!

Pencurian benda bersejarah kembali terjadi, sekitar 900 koleksi Museum dan Taman Budaya Sulawesi Tenggara atau Museum Sultra hilang dicuri.

SHARE :

Ditulis Oleh: Taufiqur Rohman

Pencurian benda bersejarah kembali terjadi, sekitar 900 koleksi Museum dan Taman Budaya Sulawesi Tenggara atau Museum Sultra hilang dicuri pada Selasa (26/01/2021). Dari 900 koleksi museum yang hilang, 600-an di antaranya merupakan benda-beda logam milik para raja di masa lampau. Sisanya adalah gong, koleksi keris sakti, dan katana peninggalan Jepang.

Kepala UPTD Museum Sultra, Dody Syahrulsyah menuturkan bahwa ada tiga pedang jenis katana yang hilang. Jika ditelisik dari nilai sejarahnya, harganya dapat mencapai ratusan juta per buahnya. Kasus pencurian ini telah ditangani oleh pihak kepolisian setempat. Namun hingga kini belum ada informasi terkait penangkapan pelaku yang diduga lebih satu orang.

Baca juga: Museum Kematian di Surabaya

Kasus pencurian koleksi museum Sultra bukanlah kali pertama terjadi, dan seharusnya menjadi pelajaran bagi organisasi perangkat daerah terkait agar mengevaluasi kebijakan prosedur/SOP tentang menjaga, mengelola, dan merawat benda-benda koleksi di museum. Pengelolaan museum di Indonesia memang kurang baik, banyak koleksi tidak terawat dan rusak.

Museum Sultra yang tampak kumuh dan tak terawat (Kompas/Riza Salman).

Kasus Pencurian di Museum

Pencurian benda cagar budaya koleksi museum sudah terlalu sering di Indonesia. Beberapa pihak menduga hal ini terjadi karena pengelolaan museum yang kurang profesional dan pendanaan yang tidak memadai. Dari 430 museum di Indonesia, hanya 30% yang masuk dalam kategori museum tipe A yang memiliki jaringan serta menajemen yang baik.

Koleksi museum tidak hanya memiliki nilai sejarah yang tinggi, sebagian juga terbuat dari berlian dan logam mulia yang berharga mahal sehingga menarik perhatian pencuri. Contoh kasus terjadi pada Mei 1961, terdapat 11 berlian serta perhiasan koleksi Museum Nasional di Jakarta berhasil digarong oleh para perampok bersenjata yang menyamar menjadi polisi.

Baca juga: Tokoh-Tokoh Indonesia di Museum Madame Tussauds

Pencurian tersebut sangat menghebohkan kala itu, dan bukan termasuk kejahatan biasa karena perhiasan yang dicuri tidak dapat dinilai dengan uang. Setelah buron beberapa tahun, pada 1968 pemimpin komplotan itu berhasil ditangkap dan diketahui telah menjual perhiasan kuno tersebut dengan nilai Rp 2,5 miliar atau setara Rp 230 miliar uang sekarang.

Kusni Kasdut, perampok perhiasan kuno di Museum Nasional (instagram.com)

Namun sayangnya, setelah peristiwa pencurian besar tersebut tidak juga membuat keamanan di museum diperketat. Tahun 1979, sejumlah uang logam kuno hilang dari Museum Nasional. Tiga piring kuno dari Tiongkok juga hilang di Museum Mulawarman pada tahun yang sama. Pencurian koleksi bersejarah dari museum terus terjadi di tahun-tahun mendatang.

Berturut-turut pencurian terjadi di Museum Puri Bali pada 1985, Museum Candi Dieng pada 1987, Museum Pangeran geusan Ulun di Sumedang pada 1987, dan Museum Joang di Jakarta pada 1988. Berbagai koleksi di museum seperti lukisan, arca, hingga mata tombak kuno telah hilang dicuri. Sampai sekarang semua koleksi yang hilang tersebut tidak pernah kembali lagi.

Baca juga: Museum Virus Corona di Wuhan, China

Seiring dengan kemajuan teknologi, seharusnya sistem keamanan museum di Indonesia bisa ditingkatkan. Karena keterbatasan dana, jelas museum di Indonesia mustahil menerapkan sistem keamanan yang canggih. Sejumlah museum di luar negeri dilengkapi teknologi canggih berupa alarm otomatis yang akan langsung menyala apabila terdapat benda yang diambil paksa.

SHARE :



REKOMENDASI




ARTIKEL KEREN PALING BARU