Besok kalau sedang bermalam di hotel bertingkat, coba cek angka-angka yang ada di tombol lift-nya. Adakah lantai 13 di dalam hotel?
Selama bertahun-tahun, para pelaku bisnis perhotelan dihantui mitos hotel lantai 13. Mitos makin terasa menakutkan dengan diluncurkannya film horror ‘Friday the 13th’ pada tahun 1980. Orang-orang pengidap triskaidekaphobia atau perasaan takut berlebihan terhadap angka 13 makin bertambah.
Bagi seseorang yang menderita fobia jenis ini, angka 13 dianggap sebagai angka keramat yang memiliki daya magis tinggi. Mereka percaya, konon, siapa yang berhubungan dengan angka 13 akan berdampak pada kesialan.
Menurut Thomas Fernsler seorang ilmuwan di Pusat Sumber Daya Pendidikan Matematikan dan Sains Universitas Delaware di Newark dalam artikel National Geographic berjudul “Friday the 13th Superstitions Rooted in Bible and More”, angka 13 dianggap membawa kesialan karena posisinya setelah 12.
Bagi para ahli numerologi, 12 merupakan angka paling lengkap. Misalnya saja, dalam satu tahun terdapat 12 bulan, 12 zodiak, 12 dewa Olympus, 12 pekerja Hercules, dan lainnya.
Sedangkan angka 13 diasosiasikan dengan nasib buruk karena angka ini memiliki kekurangan yang akhirnya menimbulkan keresahan. Termasuk keresahan dalam dunia akomodasi atau pun perhotelan.
Sebuah survey yang dilakukan perusahaan jasa analis data untuk perusahaan-perusahaan dunia, Gallup, pada tahun 2007 menyebutkan bahwa 13 persen tamu hotel sangat menghindari berada di lantai 13. Walaupun hal mistis atau kesialan belum tentu menimpa mereka, tetap saja mereka merasa tak nyaman dan gelisah saat berada di lantai 13.
Mitos hotel lantai 13 ini pun akhirnya membuat banyak tamu menginginkan untuk pindah lantai kamar.
Tingginya penderita penyakit triskaidekaphobia dan mitos hotel lantai 13 yang menghantui menciptakan kesepakatan tidak tertulis antar para pelaku bisnis perhotelan. Banyak hotel mulai mengganti penulisan lantai 13 menjadi lantai 12B atau pun 14A, ya, walaupun mereka masih memiliki lantai dengan urutan ke-13 dalam bangunannya.
Hal tersebut dilakukan pihak hotel untuk meminimalisir efek triskaidekaphobia yang diakibatkan oleh mitos hotel lantai 13. Para pemilik hotel tak ingin menciptakan rasa tak nyaman pada para tamunya. Maka, menghilangkan lantai 13 dan menggantinya dengan lantai 12B atau pun 14A dianggap keputusan yang tepat.
Bayangkan saja, jika hotel tersebut kedatangan tamu penderita triskaidekaphobia, pihak hotel harus mengalokasikan dana lebih banyak untuk melakukan perawatan kepada penderita. Karena bukan tak mungkin mereka menginginkan pindah kamar, mual-mual, muntah, sesak nafas, hingg panik berlebihan.
Percaya atau pun tidak, mitos hotel lantai 13 pun pernah menggegerkan Indonesia. Tahun 2015 silam, ambruknya lantai 13-14 hotel apartemen Podmoro City di Medan menghebohkan warga. Tak ada satupun yang mau menceritakan penyebab ambruknya lantai apartemen tersebut.
Tribunnews pun sempat memberitakan insiden tersebut dalam artikelnya berjudul “Bangunan Podomoro City Runtuh di Lantai 13 dan Lantai 14”. Di sana dituliskan, para pekerja bangunan tak mau memberikan keterangan dan terkesan menghindar dari wartawan.
Meski mitos hotel lantai 13 kerap dikaitkan dengan kesialan, masih ada hotel yang mencantumkan nomor “lantai 13” dalam gedungnya. Salah satunya adalah salah satu hotel tertua di Chicago, Palmer House Hilton. Hotel mewah yang berusia 140 tahun ini masih memiliki lantai 13.
Hingga saat ini, misteri hilangnya lantai 13 di hotel ini masih sekadar mitos. Belum ada penelitian secara ilmiah yang menunjukkan kesialan akibat lantai 13. Kejadian-kejadian buruk yang menimpa seseorang di lantai 13 hotel bisa jadi hanya kebetulan belaka. Kalau kalian, percaya kesialan yang diciptakan angka 13?
