Membangkitkan Rasa Nasionalisme Melalui Hari Wayang Dunia 2017

Menyambut Hari Wayang Nasional puluhan jam pagelaran wayang akan diadakan Bulan November ini. Puluhan dalang dan ratusan pesinden dan pengrawit ada disini.

SHARE :

Ditulis Oleh: Vania Malinda

Wayang merupakan warisan budaya Indonesia yang diresmikan sebelum Batik, Keris, dan Reog Ponorogo. sumber

Tahun ini wayang memasuki empat belas tahun diresmikannya sebagai warisan budaya dunia yang berasal dari Indonesia oleh UNESCO. Pada 7 November 2003 silam, Organisasi Pendidikan, Ilmu Pengetahuan dan Kebudayaan PBB (UNESCO) menganugrahkan wayang sebagai World Master Piece of Oral and Intangible of Humanity.

Dalam rangka Hari Wayang, Institut Seni Indonesia (ISI) Surakarta kembali menggelar Hari Wayang Dunia ke III di Solo, Jawa Tengah. Acara yang akan digelar selama tiga hari mulai tanggal 7 November sampai 9 November 2017 ini menghadirkan puluhan dalang dan ratusan pesindhen serta pengrawit dari berbagai kota di Indonesia.

Beberapa rangkaian acara dari Hari Wayang Dunia 2017 diantaranya ialah, Lomba menggambar dan mewarnai tokoh wayang untuk kategori TK dan Sekolah Dasar, Pagelaran wayang, Pameran wayang –wayang lawas koleksi para dalang, Pameran buku wayang, dan event-event  lainnya. Untuk menikmati acara ini, pengunjung tidak dikenai biaya apapun alias gratis.

Pagelaran wayang yang berlangsung selama tiga hari  ini berlangsung di tiga tempat, yaitu di Pendopo Ageng “GPH. Joyokusumo” ISI Surakarta, Teater Besar “Gendhon Humardani” ISI, dan di Teater kecil ISI Surakarta. Menariknya, acara yang mengusung tema “Wayang dan Penguatan Kebhinekaan Bangsa” ini dimeriahkan juga oleh dalang dari Amerika Serikat.

Baca juga sisi menariknya pagelaran wayang kulit di Indonesia disini

Asal usul wayang di Indonesia

Wayang golek dari Yogyakarta. sumber

Ditinjau dari sejarah yang ada, pertunjukan wayang pertama kali muncul pada 1500 tahun sebelum Masehi. Pada masa itu wayang masih dalam bentuk yang sangat sederhana, dari rerumputan yang diikat mernyerupai sebuah karakter atau orang. Wayang dimainkan pada saat ritual pemujaan roh-roh nenek moyang dalam upacara adat masyarakat Jawa. 

Kemudian bahan pembuatan wayang juga mulai berkembang menjadi kulit binatang buruan seperti lembu atau sapi dan kulit kayu. Selanjutnya gambar tersebut ditatah dan diberi latar kain putih. Dengan bantuan sinar lampu, tercipta bayangan hitam atau siluet dari gambar tersebut. itulah seni pertunjukan wayang yang bisa dinikmati masyarakat sampai saat ini.

Pertunjukan wayang biasanya digelar pada malam hari menjelang pagi. Bukan tanpa alasan, melainkan dipercaya sang dalang bisa mengusir makluk halus. Oleh karena itu, sejak saat itu dalang merupakan profesi terhormat karena dianggap sebagai “orang pintar”.

Sejalan dengan perkembangan zaman saat ini ada banyak jenis wayang yang ada di Indonesia, bebrapa diantaranya ialah wayang kulit (terbuat dari kulit), wayang klitik (berbentuk pipih terbuat dari kayu), wayang golek (berbentuk tiga dimensi dan terbuat dari kayu), wayang suket (terbuat dari rumput), wayang orang (diperankan oleh seorang lakon/orang). 

Baca juga hal-hal yang harus kamu perhatikan pada saat nonton festival budaya disini.

Belum lengkap tanpa pesindhen dan pengrawit

Para pengrawit dan sinden pengiring pertunjukan pewayangan. sumber

Pertunjukan wayang tidak hanya soal dalang dan wayangnya, belum lengkap apabila tidak ada pesindhen dan para pengrawit. Keduanya inilah yang melengkapi pertunjukan wayang semakin menarik untuk ditonton. Pengrawit merupakan penabuh gamelan atau orang yang profesional dalam bermain alat musik gamelan. Pengrawit juga biasa disebut dengan Nayaga, mereka ialah para penabuh gamelan yang mengiringi Ki dalang dalam pertunjukan wayang. Dalam sebuah pertunjukan wayang, biasanya terdapat 10 sampai 15 penabuh gamelan. Namun Pengrawit tidak hanya mengiringi pertunjukan wayang saja, tetapi biasa digunakan pada pertunjukan tari tradisional.

Sedangkan pesindhen ialah sebutan bagi para wanita yang mengiringi musik gamelan. Pesindhen juga disebut waranggana, dimana “wara” artinya wanita, sedangkan “anggana” artinya sendiri. Zaman dahulu pagelaran wayang diiringi oleh seorang sinden (sebutan lain pesindhen), namun semakin kesini sinden pada sebuah pertunjukan wayang bisa mencapai delapan hingga sepuluh orang.

Pertunjukan wayang terbukti tidak hanya menarik hati masyarakat Indonesia, namun juga bagi orang asing. saat ini mulai muncul dalang – dalang dan pesindhen yang merupakan warga asing. Beberapa diantaranya ialah Urban Wahlstedt dalang berkebangsaan Swedia, Matthew Issac Cohen berkebangsaan Amerika Serikat, Elizabeth Karen pesindhen berkebangsaan Amerika, dan Hiromi Kano pesindhen asal Jepang. Ini hanya sebagian dari dalang dan sinden berkebangsaan asing yang ada di Indonesia.

Sebagai bangsa Indonesia kita wajib menjaga warisan budaya dunia ini agar keberadaannya terus ada dan tidak termakan oleh zaman.

Baca juga event-event November lainnya di Jawa Tengah. klik disini

SHARE :



REKOMENDASI




ARTIKEL KEREN PALING BARU