Makanan lawas atau yang telah ada sejak zaman dahulu, selalu memberikan nuansa dan cita rasa tersendiri ketika menyantapnya.
Tak hanya perihal bahan-bahan apa yang ada di dalam makanan tersebut, melainkan juga kenangan yang terekam dalam setiap adonannya.
Salah satu makanan lawas yang menarik untuk dibahas kali ini adalah Geco. Makanan ini merupakan kuliner khas Kabupaten Cianjur, Jawa Barat.
Geco sebenarnya berasal dari singkatan ¨Tauge-Tauco¨. Bahan utama dari pembuatan makanan ini adalah tauco khusus Cianjur yang dibungkus karakas (daun pisang yang sudah tua) dan taoge segar yang direbus setengah matang.
Geco ini kemudian ditambahkan dengan bahan-bahan pelengkap lain seperti ketupat, potongan kentang kecil, potongan telur rebus, mie aci (sejenis mie yang terbuat dari kanji), cuka lahang (cairan fermentasi dari pohon enau), kecap manis dan sambal cabai rawit.
Tauco pada Geco dibuat seperti saus yang diracik menggunakan bawang putih, cabai merah, ketumbar dan sedikit kemiri, kemudian disiramkan ke bahan-bahan yang tadi telah disebutkan.
Bila Anda bertandang ke Cianjur, maka baiknya mencicipi makanan lawas ini di warung Geco milik Mang Iding di Pamoyanan, Kecamatan Cianjur, Kabupaten Cianjur, Jawa Barat 43211.
Warung ini sudah jalan sejak 18 tahun yang lalu. Kendati ada penjual Geco lain di seluruh Cianjur, namun hanya Geco yang diraciknya yang dikenal sebagai legenda. Itu wajar, jika mengingat racikan Geco yang dikenal saat ini merupakan karya sang kakek yang bernama Noedji.
Ceritanya, sekitar tahun 1930, Noedji yang merupakan penggemar tauco melakukan eksperimen dengan mencampur bahan-bahan yang sudah disebutkan di atas dengan siraman saus taco yang dibuatnya.
Melihat respons yang luar biasa itu, Noedji memutuskan untuk berhenti menjadi buruh tani dan berpindah sebagai pedagang makanan hasil eksperimen-nya itu. Dengan cara dipikul, ia lantas menjajakan geco secara berkeliling.
Capai memikul dagangan kemana-mana, pada tahun 1981 ia mulai membuat sejenis kedai sederhana di sekitar pertigaan Masjid Agung Cianjur. Keberuntungan pun terus berlangsung hingga ia wafat 19 tahun kemudian. Bisnis keluarga lalu dilanjutkan oleh Mang Iding hingga kini.