Wonogiri, sebuah kota yang terletak di selatan Kota Solo. Kota yang mempunyai Waduk Gajah Mungkur, sebuah waduk yang dibangun dengan menenggelamkan 7 kecamatan ini, sejak bulan Maret 2015 sudah bisa diakses menggunakan kereta, Batara Kresna namanya/
Beberapa waktu lalu saya berkesempatan untuk mencicipi rasanya naik kereta tersebut. Pengalaman sebelumnya yang pernah dua kali gagal mendapatkan tiket kereta kloter pertama, membuat saya mengantisipasi dengan datang ke stasiun Purwosari sekitar pukul 04.45 WIB, 1 jam sebelum keberangkatan.
Berikut hal yang harus kamu perhatikan sebelum menaiki kereta Batara Kresna.
Menjelang pukul 06.00 WIB, suara berisik kereta bergema memasuki Stasiun Purwosari. Penampakan sebuah kereta bernuansa modern bertuliskan “Solo The Spirit Of Java”, langsung disambut langkah kaki tergesa para penumpang yang berebut ingin segera masuk.
Batara Kresna merupakan sebuah railbus yang hanya memiliki 3 gerbong dimana penumpang mendapatkan tempat duduk bukan berdasarkan nomor yang tertera di tiket, tapi berdasarkan prinsip “siapa cepat dia dapat”. Maka tak heran, penumpang berebutan masuk kereta karena khawatir tidak kebagian tempat duduk.
Kesan pertama saat saya memasuki kereta ini adalah :bersih! Lantainya tak nampak sedikitpun sampah, dindingnya putih mengkilap dan bangku-bangkunya masih terawat. Saya benar-benar tak merasa sedang berada di kereta dengan tiket hanya seharga Rp 4.000,-.
Batara Kresna ibarat kereta api reinkarnasi. Kereta ini menghubungkan kembali jalur kereta Wonogiri-Solo yang sempat mati suri selama beberapa waktu. Saya sempatkan berjalan-jalan memasuki tiap gerbong. Pada setiap gerbong, tertera jumlah tempat duduk. Gerbong pertama berisi 28 bangku, gerbong ke dua 24 bangku, sedang yang ke tiga 26 bangku. Secara keseluruhan, menurut informasi yang saya dapat dari petugas loket, kereta ini mampu mengangkut sekitar 140 orang.
Jalur rel Batara Kresna adalah dari stasiun Purwosari, dilanjutkan ke stasiun kecil: Solo Kota, Sukoharjo, Nguter, Wonogiri. Berjalan dengan kecepatan antara 10-30 km/jam, kita bisa puas menikmati tiap pemandangan dari luar kereta yang tersaji. Dari Stasiun Purwosari menuju stasiun Solo Kota, Batara Kresna akan berjalan bersisian di Jalan Raya Slamet Riyadi. Puluhan orang yang sedang ber-olahraga di car free day nampak diam mengamati saat kereta melewati jalur ini. Kaca jendela yang nampak dari luar, membuat saya merasa menjadi tontonan gratis.
Dari Stasiun Solo Kota menuju Stasiun Sukoharjo, pemandangan ramainya kota Solo, tergantikan hijaunya persawahan. Warna hijau yang terbentang rasanya membuat saya merasa tentram.
Nampak anak-anak berjingkrak-jingkrak kegirangan. Kereta yang masuk kategori kereta wisata ini memang dipenuhi rombongan keluarga yang sedang berpiknik. Rata-rata keluarga itu membawa serta anak juga keluarga besarnya. Anak-anak itu menyoraki apa saja yang terlihat unik di mata mereka, kambing-kambing yang berlari, burung-burung blekok yang berdiri anggun di area sawah, serta melambai-lambai pada tiap manusia yang terlihat dari dalam kereta.
Memasuki area Wonogiri, kita akan dibawa untuk melihat Alas Ketu, serta puncak Gunung Gandul yang nampak menyembul. Rel Kereta di Wonogiri berada di kaki Gunung gandul, lokasinya yang termasuk masih di ketinggian, membuat saya bisa melihat sedikit landskap wilayah Wonogiri Kota.
Batara Kresna beroperasi setiap hari. Berangkat pukul 06.00 WIB, Batara Kresna tiba di Wonogiri pukul 07.45 WIB. Sampai di Wonogiri, penumpang bebas menentukan langkah. Apakah mau langsung kembali lagi ke Solo dengan menunggu keberangkatan kereta pada pukul 08.00 WIB. Atau bisa berkeliling dulu ke dekat stasiun baru kemudian kembali ke Solo pukul 10.00 WIB.
Saya sendiri yang menjadikan Batara Kresna sebagai transportasi pulang kampung, lebih memilih keliling-keliling dulu saat tiba di Wonogiri. Di depan “Pasar Kota Wonogiri” yang berlokasi dekat stasiun, setiap hari Minggu selalu ada acara car free day di depannya. Berjalan-jalan di car free day sembari menikmati beragam jajanan khas Wonogiri, serta beragam jajanan unik lainnya adalah hal yang saya lakukan.
Selain ke car free day, mayoritas penumpang yang saya temui, lebih memilih mencari angkutan lantas pergi berkunjung ke Waduk Gajah Mungkur. Pulangnya, mereka lebih suka untuk naik bus saja agar puas berwisata ke waduk bersama keluarga.
Apapun pilihannya yang pasti menaiki kereta Batara Kresna adalah salah satu hal yang wajib dicoba saat berkunjung ke Solo. Batara Kresna diambil dari salah satu nama tokoh pewayangan. Tokoh wayang yang memiliki senjata “Panah Kalacakra” yang berfungsi untuk perdamaian. Ya, semoga kedamaian hati bisa dirasakan siapapun setelah naik kereta ini.