Setelah lulus dengan status cumlaude dari Emory University pada tahun 1990, seorang mahasiswa cerdas yang juga atlet, Christopher McCandless (kemudian mengubah namanya menjadi Alexander Supertramp), meninggalkan rumah, menuju Alaska.
McCandless berasal dari keluarga kaya di Washington, D.C. Ayahnya, Walt McCandless, merupakan seorang insinyur luar angkasa yang memiliki perusahaan bernama User System, Inc. Mitra kerjanya adalah ibu Chris, Billie.
McCandless tergolong pandai. Ia lulus dengan indeks prestasi kumulatif 3,72 dari jurusan Sejarah dan Antropologi dan langsung ditawari untuk menjadi anggota Phi Beta Kappa, sebuah organisasi kehormatan tertua tentang seni dan ilmu liberal di Amerika Serikat.
McCandless menolak, bersikeras bahwa gelar itu tidak ada gunanya. Keyakinan McCandless tersebut dipengaruhi oleh pemikiran Leo Tolstoy, penulis idolanya. McCandless menjadi pemuda yang sangat idealis dan cenderung menjauhkan diri dari kehidupan modern.
Sudah lama jadi impiannya, untuk hidup di alam bebas, tanpa orang lain, tanpa tahu saat itu hari apa dan sedang di mana.
Ia hanya membawa perbekalan seadanya. Wawasan survival-nya pun tergolong minim.
McCandless betul-betul bergantung pada alam sepenuhnya, sekuat tenaga bertahan di tengah kebekuan dan kesunyian Alaska, kawasan dengan cuaca dan kondisi yang berat untuk hidup.
Di Gurun Alaska, McCandless tinggal di sebuah Bus Faibanks 142, peninggalan International Harvester tahun 1940-an.
Setelah berhasil bertahan hidup di alam liar selama 113 hari, McCandless meninggal. Penyebabnya masih menjadi kontroversi hingga saat ini, apakah karena memakan makanan beracun atau karena kelaparan.
Mayatnya baru ditemukan di dalam kantung tidurnya, beberapa minggu kemudian oleh para pemburu yang kebetulan melintasi gurun, pada tahun 1990.
Kisah di atas bukan kilasan sebuah film, melainkan sebuah kisah nyata. Kisah yang saking dramatisnya, akhirnya diangkat menjadi sebuah film berjudul ‘Into The Wild’.
Sekitar 10 tahun lalu, tepatnya pada September 2007, sebuah film bertema traveling meledak di pasaran. Into The Wild, film yang mengangkat kisah nyata Christopher McCandless, sukses mendapat tempat di hati penontonnya, bahkan hingga saat ini.
Film Into The Wild sebetulnya terinspirasi dari buku karya Jon Krakauer, terbitan tahun 1996.
Buku itulah yang kemudian diangkat menjadi film oleh Sean Penn pada tahun 2007.
Sebetulnya, film mengenai Christopher McCandless tak hanya ‘Into The Wild’, namun ada juga ‘The Call of the Wild’ karya Ron Lamothe dirilis pada tahun yang sama.
Pembuatan film ini tergolong berat.
Sang sutradara, Sean Penn, harus menunggu selama 10 tahun untuk mendapatkan izin dari keluarga McCandless agar dibolehkan memproduksi film Into The Wild.
Tak hanya itu, Penn bersaing ketat dengan banyak produser untuk mendapatkan hak produksinya. Penn berusaha membuat film dari buku Krakauer itu sejak pertama kali membacanya.
“Sampul buku itu menggugah rasa ingin tahu, jadi saya membelinya, pulang, dan langsung membacanya. Dua kali. Dan sejak saat itu saya mulai mencoba untuk mendapatkan hak produksi filmnya, ” kata Penn.
Penn akhirnya menulis skenario, menyutradarai, dan turun langsung ikut produksi film sendiri, mengawal setiap langkah dari film tersebut. Bahkan, sebagian besar adegan dalam film diambil di Alaska, lokasi yang sebenarnya.
Banyak hal menarik tentang proses produksi film ini.
Jam tangan berwarna emas yang digunakan Emile Hirsch merupakan milik Christoper McCandless di kehidupan sesungguhnya. Sebelum benar-benar masuk kawasan Alaska, Chris McCandless memberikan jam tangan itu kepada Jim Gallien, warga lokal terakhir yang melihat Christoper McCandless dalam kondisi hidup. Jim memutuskan memberikan kepada Emile Hirsch sebagai hadiah.
Selain itu, sebagai bentuk totalitas Emile Hirsch memerankan McCandless, ia benar-benar membuat tubuhnya menjadi kurus dengan kehilangan 40 pounds atau sekitar 18 kilogram.
Emile Hirsch juga memerankan semua adegan, termasuk yang berbahaya seperti melawan beruang kutub, menyeberangi sungai, dan mendaki bebatuan tinggi, sendirian, tanpa stunt-man atau pengganti.
Film Into The Wild yang dibintangi oleh Emile Hirsch pun sukses besar, berhasil meraih 2 kategori Oscar, 7 penghargaan lainnya, dan masuk dalam 24 nominasi lain.