Dampak Negatif Pariwisata yang Mulai Terabaikan, Namun ¨Mematikan¨

Saat pariwisata berkembang, kelestarian alam pun mulai jadi sasaran kerusakan. Tak hanya itu, apa saja yang bisa jadi dampak negatif pariwisata? Ini ulasannya.

SHARE :

Ditulis Oleh: Rizqi Y

Berkembangnya pariwisata di suatu daerah memang dipastikan mampu menaikkan derajat ekonomi masyarakat sekitarnya. Namun, tak bisa pula dipungkiri jika dampak negatif pariwisata juga pasti akan dirasakan di daerah tersebut. Saat pariwisata berkembang, kelestarian alam pun mulai jadi sasaran kerusakan.

Mari kita ambil contoh pariwisata di Bali, di mana sepanjang enam kilometer garis pantai yang mencakup pantai populer seperti Jimbaran, Kuta ,dan Seminyak disesaki berton-ton sampah. Tahukah Anda? Setiap harinya, ada sebanyak 700 tenaga pembersih dan 35 truk yang membuang sekitar 100 ton sampah.

Baca juga: Sampah Plastik Siap Membungkus Bumi, Begini Cara Perusahaan Pariwisata Dunia Mengatasinya

Sampah di Pantai Bali, salah satu dampak negatif pariwisata. Foto: mongabay.co.id

Di saat yang bersamaan, target kunjungan wisata Bali dinaikkan menjadi 7 juta orang tahun ini. Mau tak mau, dampak negatif pariwisata tentu akan makin terlihat di lingkungan Bali.

Melansir dari beritagar.id, Viebeke Lengkong yang merupakan salah satu pegiat komunitas lokal di Bali pun ikut angkat bicara soal pariwisata di Bali.

Apakah kami ingin turis terus menerus mendatangi Bali? Saya rasa tidak. Bali saat ini sedang krisis, air tanah mengering. Lalu nilai tambah apa yang dapat kami berikan pada turis?” ujar Viebeke Lengkong.

Saat tris justru membunuh Venesia, dampak negatif pariwisata yang tak terelakkan. Foto: thelocal.it

Bali tentu bukanlah satu-satunya destinasi yang terkena imbas dampak negatif pariwisata. Thailand, Kamboja, Kuba, Islandia, Venesia, Barcelona, hingga Spanyol bahkan juga pernah mengalami masa-masa di mana pariwisata menjadi momok yang ¨mengerikan¨.

Thailand telah menutup Koh Tachai Island dari kunjungan turis, akibat krisis sampah dan sisa-sisa makanan yang menghancurkan ekosistem di sana. Spanyol bahkan hingga membuat coretan untuk menolak pariwisata. Coretan “turis silakan pulang”, “pariwisata adalah pembunuhan”, dan lain sebagainya bertebaran di sudut kota mulai San Sebastian, Bilbao, Mallorca sampai Barcelona.

Tingginya angka kunjungan turis tak lepas dari pengaruh semakin mudah dan murahnya biaya untuk traveling. Sekretaris Jenderal Organisasi Pariwisata Dunia (United Nation World Tourism Organization) Taleb Rifai menyebut jumlah pergerakan wisatawan di seluruh dunia mencapai 1,2 miliar orang setiap tahun. Jumlah ini dikatakan akan terus meningkat hingga mencapai perkiraan 1,8 miliar orang pada tahun 2030 mendatang.

Tak hanya berpengaruh pada lingkungan, dampak negatif pariwisata juga akan mulai menyambangi penduduk lokal. Mereka tentu akan tersingkirkan jika pengembangan daerah wisata tidak memihak mereka.

Misal yang terjadi di Tanzania, Afrika bagian Timur pada tahun lalu. Akibat proyek pemerintah dalam mengembangkan sektor pariwisata di Taman Nasional Serengeti, maka mengakibatkan 6.800 penduduk lokal suku Masai kehilangan rumah akibat penggusuran.

Baca juga: Perkembangan Platform Dunia Pariwisata yang Harus Diketahui Pelaku Bisnis Wisata

Meski demikian, bukan berarti tak ada cara untuk menjauhkan pariwisata dari citra negatif. Karena faktanya, pariwisata tetap bisa berdaya bagi lingkungan dan penduduk lokal.

Mengurangi dampak negatif pariwisata dengan berbagai program yang positif. Foto: kompasiana.com

Beberapa cara yang telah dilakukan berbagai negara misalnya dengan menjalankan program ekowisata. Dengan program ini wisatawan diajak untuk melestarikan lingkungan alam yang mereka kunjungi. Program ini sudah mulai berjalan baik di negara-negara Amerika Latin seperti Meksiko, Panama dan Kosta Rika.

Malaysia juga punya cara untuk mendorong partisipasi warga dalam rencana manajemen pariwisata. Di daerah Melaka dan George Town, mereka didorong untuk menciptakan visi bersama untuk memajukan pariwisata di kota-kota mereka. Warga juga terlibat dalam rencana membangun kembali bangunan tradisional, sekaligus melestarikan budaya dan sejarah kota mereka sambil memberikan manfaat keuangan kepada masyarakat setempat.

Intinya butuh sinergi yang baik antara pemerintah, masyarakat, juga traveler untuk menciptakan citra baik bagi pariwisata.

SHARE :



REKOMENDASI




ARTIKEL KEREN PALING BARU