Mengapa Bencana Gempa Menerus Terjadi di Indonesia? Ini Jawabannya

Bencana gempa mengguncang beberapa daerah di Indonesia selama beberapa pekan terakhir ini. Beragam kerugian baik infrastruktur, finansial bahkan jiwa ditimbulkan akibat rentetan gempa tersebut. Mengapa bisa terjadi?

SHARE :

Ditulis Oleh: Himas Nur

Bencana gempa mengguncang beberapa daerah di Indonesia selama beberapa pekan terakhir ini. Beragam kerugian baik infrastruktur, finansial bahkan jiwa ditimbulkan akibat rentetan gempa tersebut.

Hal ini kemudian menimbulkan tanda tanya besar, seberapa kuatkah potensi bencana alam ini terjadi di Indonesia?

Baca Juga: Mengenang Keindahan Gili Trawangan Lombok Sebelum Terdampak Gempa, Ini Potretnya

retakan akibat gempa bumi. (Foto/Kabar Banyuwangi)

Penjelasan ahli perihal bencana gempa di Indonesia

Para ahli mengatakan, apabila dilihat secara geologi, baik dari lempengan dan patahan yang ada, gempa memang sudah pasti akan terjadi di Indonesia. Indonesia berada di pertemuan tiga lempeng utama dunia, yaitu Eurasia, Indoaustralia dan Pasifik.

“Wilayah Indonesia juga sangat kaya dengan sebaran patahan aktif atau sesar aktif. Ada lebih dari 200 yang sudah terpetakan dengan baik dan masih banyak yang belum terpetakan sehingga tidak heran jika wilayah Indonesia itu dalam sehari itu lebih dari 10 gempa yang terjadi,” ungkap Daryono dari BMKG (Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika) melalui BBC. 

Sejumlah patahan aktif tersebut adalah patahan besar Sumatra yang membelah Aceh sampai Lampung, sesar aktif di Jawa, Lembang, Jogjakarta, di utara Bali, Lombok, NTB, NTT, Sumbawa, di Sulawesi, Sorong, Memberamo, disamping di Kalimantan.

Indonesia juga dikenal berada di dalam Cincin Api Pasifik (Ring of Fire) yaitu daerah ‘tapal kuda’ sepanjang 40.000 km yang sering mengalami gempa bumi dan letusan gunung berapi yang mengelilingi cekungan Samudra Pasifik. Sekitar 90% dari gempa bumi yang terjadi dan 81% dari gempa bumi terbesar terjadi di sepanjang Cincin Api ini.

“Mungkin kalau kita melihat ke dunia, itu kelihatan bahwa Indonesia itu sangat merah dibandingkan dengan yang lain. Jepang, misalnya merah juga, Filipina saya pikir merah juga. California itu merah juga karena disitu ada zona San Andreas Fault yang besar dan bergerak sangat cepat,” ujar Danny Hilman Natawidjaja, peneliti utama bagian geologi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) dilansir BBC.

Bisakah diantisipasi?

Situasi Lombok pascagempa. (Foto/Ahmad Subaidi)

Langkah pencegahan dan antisipasi mesti diambil mengingat Indonesia memiliki potensi rawan bencana gempa. Namun benarkah langkah tersebut sudah konkret dan berjalan dengan semestinya?

Baca Juga: Tips Menyelamatkan Diri dari Gempa Bumi Saat Melakukan Pendakian

Tahun 2017, Indonesia telah merevisi peta seismic hazard dimana seluruh wilayah sudah dizonasi dan dikuantifikasi terkait seberapa besar potensi guncangan seismiknya.

“Berdasarkan peta itu seorang ahli sipil bisa mendisain struktur tahan gempa yang cocok untuk seluruh wilayah di Indonesia. Kalau semua orang, semua bangunan mengikuti, mematuhi peraturan yang ada, saya pikir nggak ada masalah kapan ada gempa terjadi karena yang paling berbahaya waktu gempa itu bukan gempanya tetapi bangunan yang roboh,” ujar Danny Hilman Natawidjaja dari LIPI.

Segala sistem dan peralatan terkait deteksi dini gempa telah ada, namun bagaimana dengan kesiapan zonasi dan upaya penyelamatan warga?

Rupanya hal tersebut masih jauh panggang dari api, baik dari warga yang masih sedikit mengetahui adanya ancaman gempa maupun penanggulan dari pemerintah setempat belum nyata terasa.

“Mereka juga tidak tahu bagaimana cara untuk menanggulangi kalau itu terjadi,” ujar Hening Parlan dari Lembaga Lingkungan Hidup dan Bencana.

Problema ini tentunya menjadi tanggung jawab kita bersama. Tak hanya melakukan penanguulang setelah bencana terjadi, namun juga melakukan upaya preventif. Dimulai dari mengedukasi warga perihal daerah atau wilayah rawan bencana, teknologi deteksi dini gempa yang di-upgrade setiap saat, hingga upaya pemerintah sebagai tulang punggung penentu kebijakan yang ada.

SHARE :



REKOMENDASI




ARTIKEL KEREN PALING BARU