Belanjakan Rp241 Triliun pada 2017, Wisatawan Nusantara Jadi Kekuatan Pariwisata Nasional

Wisatawan nusantara merupakan kekuatan pariwisata nasional, karena setiap tahun jumlahnya terus meningkat. Targetnya pada 5 tahun mendatang, ada 275 juta perjalanan yang dilakukan wisatawan nusantara.

SHARE :

Ditulis Oleh: Shabara Wicaksono

Pada tahun 2017, menurut Laporan Akuntabilitas Kinerja Kementerian Pariwisata Indonesia, devisa negara dari sektor pariwisata adalah sebesar USD 16 Miliar. Hal baik ini menjadi pertanda baik bagi perkembangan dunia pariwisata Indonesia ke depan, hingga dapat diperkirakan jika devisa yang didapatkan dari sektor pariwisata Indonesia bakal berada di urutan pertama menyusul nilai devisa yang diberikan oleh minyak sawit mentah (CPO) yang sebelumnya menjadi penyumbang nilai devisa terbanyak.  Dari angka tersebut, menurut Deputi Bidang Pengembangan Pemasaran Pariwisata Nusantara, Esthy Reko Astuti, yang kami mintai keterangan, wisatawan nusantara punya peran yang cukup besar.

Wisatawan nusantara menjadi kekuatan pariwisata nasional. (Foto: Cantiknya Desa Wisata Kemetul Semarang saat sunset, oleh @ratnasaridina04).

Baca juga: Wisata halal Jakarta, demi Jakarta yang spiritual.

“Tahun 2017, jumlah wisatawan nusantara yang mengadakan perjalanan sebanyak 265 juta, dengan pengeluaran sekitar Rp 241,08 triliun,” terang Esthy, Kamis, (8/3).

Esthy menambahkan,  wisatawan nusantara merupakan kekuatan pariwisata nasional, karena setiap tahun jumlahnya terus meningkat.

“Targetnya nanti pada 5 tahun mendatang mencapai angka 275 juta perjalanan yang dilakukan wisatawan nusantara,” ujar Esthy.

Sementara itu, terkait strategi promosi wisata daerah, menurut Esthy, Indonesia sangat kaya baik dari sisi budaya maupun alamnya, terutama bahari.

Dari data yang ada, 60% wisatawan lebih menyukai wisata budaya, 35% sisanya menyukai wisata alam, dan 5% wisata buatan. Melihat hal itu, Esthy mengajak tiap daerah untuk mengenali apa potensi di daerahnya.

Tambahnya, setelah melihat potensi yang ada, semua harus dikemas menyesuaikan pangsa wisatawan yang ingin disasar, tidak bisa disamaratakan. Semisal jika ingin menarik wisatawan mancanegara, harus dilihat lagi lebih dalam, wisatawan dari negara mana. Hal tersebut berkaitan dengan uniknya karakteristik wisatawan dari tiap negara. Begitupun untuk wisatawan nusantara.

Selanjutnya, menentukan, saluran promosi apa yang cocok untuk menyasar wisatawan dari pangsa tersebut.

“Nyatanya masih banyak masyarakat kita yang tidak mengenal destinasi dalam negeri, seperti Singkawang di Kalimantan. Indonesia sangat kaya akan destinasi menarik di daerah, baik dari sisi bahari juga budaya, itulah yang harus terus dipromosikan,” ujarnya.

Dirinya menambahkan, wisata itu bukan sektoral, melainkan borderless.

“Berdasarkan data, hampir 40% wisatawan lebih tertarik ke destinasi Bali, 35% mengunjungi Jakarta dan 25% berkunjung ke Batam. Dari sisi pemasaran, tentunya kita harus fokus dari pintu masuk destinasi mana mereka datang. Namun Bali tidak hanya Bali saja karena pariwisata itu tidak sektoral tapi borderless. Kita tidak bisa hanya mempromosikan Jawa Timur atau Bali saja. Kalau wisatawan yang datang dari negara-negara Eropa hanya mengunjungi Bali dalam waktu yang cukup lama, tentu mereka akan bosan. Karena itu perlu dikembangkan destinasi wisata lain yang ada di Jawa Timur, NTB, NTT, dan lainnya,” terang Esthy.

Baca juga: Saat ‘anak jaman now’ mempromosikan Labuan Bajo.

Jika para wisatawan nusantara ini berbelanja produk dalam negeri saat berwisata, hal tersebut tentu berdampak baik bagi pertumbuhan ekonomi Indonesia.

Berdasarkan data Bank Indonesia (BI), neraca jasa perjalanan kuartal IV/2017 mencatat adanya surplus sebesar US$1 miliar. Realisasi neraca jasa perjalanan tersebut dipengaruhi turunnya penerimaan jasa perjalanan sebesar 13,3% quarter-to-quarter (qtq). Pembayaran jasa perjalanan bahkan mengalami penyusutan yang lebih besar, yakni 18,5% qtq.

Sementara itu, jumlah wisman yang berkunjung menyusut menjadi 2,88 juta orang dari kuartal III/2017 yang mencapai 3,5 juta orang. Kondisi tersebut disebabkan erupsi Gunung Agung di Bali pada November-Desember 2017.

SHARE :



REKOMENDASI




ARTIKEL KEREN PALING BARU