Bagaimana Menurut Kamu Terkait Pembangunan PLTP di Gunung Slamet?

Bakal dibangun PLTP di sini, setuju-kah Kamu?

SHARE :

Ditulis Oleh: Faiz Abi

Gunung Slamet. Sumber foto.

Gunung Slamet, gunung tertinggi di Jawa Tengah ini akan menjadi lahan pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi (PLTP) pada tahun 2017. Melansir dari website resmi pemerintah Kabupaten Banyumas, banyumas.go.idPLTP Baturaden akan segera terealisasi. Mulai 2017 energi listrik yang dihasilkan eksploitasi panas bumi di lereng Gunung Slamet sudah bisa diproduksi dan dijual oleh PT. Sejahtera Alam Energy (PT. SAE) selaku pemenang lelang pengembangan Wilayah Kerja Pertambangan (WKP) Panas Bumi Baturaden. 

 

Telah menghabiskan dana yang tidak sedikit

Investasi yang dikeluarkan oleh PT. SAE untuk membangun PLTP ini sudah mencapai US$ 13.206.381 pada Kamis (13/4), dan sudah sampai pada tahap eksplorasi. Saat ini sedang dibangun akses jalan sepanjang 2700 meter ke lokasi pemboran. Selain pembangunan akses jalan, PT. SAE juga sedang melakukan pengelolaan sumber mata air di sekitar lokasi proyek. Hal tersebut dilakukan karena sumber mata air ini bermuara ke Sungai Prukut yang digunakan untuk kebutuhan sehari-hari masyarakat di Kecamatan Cilongok.

PT. SAE juga telah melakukan program pemberdayaan masyarakat di sekitar lokasi. Berupa perekrutan tenaga kerja lokal untuk pengembangan proyek PLTP Baturaden ini.

Anton juga menambahkan bahwa lahan yang digunakan untuk pembangunan PLTP ini tidak semuanya dipakai. Menurutnya, meski 90% lokasi eksplorasi berada di kawasan hutan lindung, tapi tidak semua lahan akan dibabat habis. Total yang dibutuhkan untuk pengembangan PLTP ini beserta infrastrukturnya hanya sekitar 137,5 hektar dari total 22.194 hektar hutan lindung.

Protes dari para pencinta alam Indonesia

Pembangunan PLTP yang berlokasi di lereng Gunung Slamet dan berada di kawasan hutan lindung ini mendapat protes keras dari masyarakat sekitar dan pemuda pencinta alam di seluruh Indonesia. Pembangunan PLTP ini dianggap terlalu egois karena tidak memikirkan dampak yang akan terjadi jika dilakukan pengeboran di lereng gunung.

Akibat yang sudah dirasakan oleh masyarakat sendiri berupa keruhnya air sungai dari rentang waktu November 2016 sampai Februari 2017. Padahal Sungai Prukut adalah sumber air utama kehidupan masyarakat Cilongok. Selain itu, air keruh ini juga menyebabkan banyak ikan mati.

Selain keruhnya air, banyak hewan yang turun ke pertanian warga dan merusaknya karena ekosistemnya terganggu. Hewan-hewan tersebut seperti babi hutan dan kera. Melansir Tribun, Ketua PAC Pemuda Pancasila Kec. Cilongok, Cipto Teguh, juga meminta bahwa proyek ini dihentikan saja. Permintaan Teguh ini berdasarkan pengamatan mereka secara langsung karena ketika mengadakan pendidikan dasar (Diksar), mereka melihat bahwa tingkat sedimen lumpur akibat pembabatan hutan di puncak sangat parah. 

Puncak bukit yang semula dipenuhi pohon besar berubah menjadi hamparan untuk jalan. Saat hutan gundul, pasti akan terjadi erosi dan banjir besar-besaran yang berdampak ke masyarakat di bawahnya, katanya. 

Penebangan pohon yang kemudian dijadikan sebagai lahan PLTP tentu membuat ekosistem yang ada menjadi rusak. Ekosistem yang rusak tersebut dapat berakibat longsornya tanah di sekitar Gunung Slamet. Semakin banyaknya pengeboran yang dilakukan, pondasi tanah sendiri juga semakin rapuh. 

Gunung Slamet juga terkenal dengan jalur pendakiannya yang adem, dengan ditebangnya pohon-pohon tersebut, tentu akan membuat gunung jadi gundul dan kurangnya oksigen segar. 

Tidak hanya Pemuda Pancasila dan para pencinta alam saja yang menyuarakan protesnya. Melalui sebuah petisi yang meminta dan menolak PLTP dilanjutkan, beberapa masyarakat yang peduli terhadap Gunung Slamet juga sudah memberikan tandatangannya untuk petisi ini. Petisi ini ditujukan kepada Presiden Indonesia Joko Widodo, Gubernur jawa Tengah Ganjar Pranowo, dan Kementerian ESDM Ignasius Johan. Sampai Senin (14/8) sudah terdapat 21.751 orang yang menyetujui petisi ini.

***

Meskipun pemerintah berusaha memenuhi program yang sudah direncanakan, yaitu 10.000 MW Tahap II dengan pembangunan PLTP di lereng Gunung Slamet, namun banyak masyarakat yang menolak pembangunan tersebut karena merusak ekosistem yang ada di Gunung Slamet. Masyarakat yang peduli pada alam Indonesia ini tidak menyetujui pembangunan tersebut karena dampak yang diberikan bisa terlalu berbahaya. Nah kalau menurut Kamu, pembangunan ini perlu dilanjutkan apa tidak? Ikut polling di bawah ini yaaaa.

Setujukah Kamu dengan pembangunan PLTP di lereng Gunung Slamet ini?

View Results

 Loading …
SHARE :



REKOMENDASI




ARTIKEL KEREN PALING BARU