Arab Saudi Stop Umrah, Bagaimana Perekonomiannya Dapat Bertahan?

Penutupan kegiatan ibadah umrah memberikan dampak besar bagi sektor perekonomian Arab Saudi karena sejak 2016 hanya bergantung pada haji dan umrah.

SHARE :

Ditulis Oleh: Taufiqur Rohman

Minggu lalu, Pemerintah Arab Saudi mengeluarkan kebijakan kontroversial karena untuk pertama kalinya selama 1400 tahun sejarah Islam, kegiatan umrah dihentikan menyusul ancaman wabah Covid-19 di wilayah Timur Tengah. Dikutip dari Channel News Asia, semua kegiatan umrah di Mekkah dihentikan sampai waktu yang belum ditentukan. Masjid Nabawi di Madinah hingga saat ini juga masih terlarang untuk dikunjungi jemaah.

Penangguhan pelaksanaan ibadah umrah berlaku untuk jemaah dari Arab Saudi dan 23 negara asing, termasuk Indonesia. Berdasarkan penuturan Menteri Dalam Negeri Saudi melalui rilis resmi Saudi Press Agency, penangguhan ibadah umrah dilakukan untuk membatasi penyebaran Covid-19 masuk ke Masjidil Haram di Mekkah dan Masjid Nabawi di Madinah, mengingat kedua masjid tersebut menjadi tempat bertemu dan berkumpulnya para jemaah dari seluruh penjuru dunia.

Unggahan video dari Saudi Gazette di sosial media Twitter menunjukkan situasi Masjidil Haram pada 5 Maret lalu tampak sepi dan kosong karena sedang dilakukan sterilisasi. Pemandangan yang sangat langka, mengingat Masjidil Haram hampir sepanjang waktu tak pernah sepi oleh umat muslim yang melaksanakan ibadah umrah maupun haji, bahkan sejak agama Islam pertama kali menyebar dari Arab Saudi.


Dampak Perekonomian Arab Saudi

Penutupan kegiatan ibadah umrah memberikan dampak besar bagi sektor perekonomian Arab Saudi. Seperti diketahui, selama puluhan tahun Arab Saudi menggantungkan pemasukannya pada migas di posisi pertama dan haji-umrah di posisi kedua. Namun sejak tahun 2016 lalu Arab Saudi dengan berani mengubah arah kebijakan ekonominya dengan bergantung pada pelaksanaan haji dan umrah setelah kejatuhan harga minyak.

Selama satu tahun, sebanyak 18.3 juta jemaah yang datang ke Arab Saudi untuk melaksanakan umrah dan sekitar dua juta untuk ibadah haji. Pada tahun 2020, jumlah jemaah diprediksi akan meningkat hingga 2.7 juta jemaah. Hal ini semakin dipertegas dengan Visi 2030 Pangeran Mahkota Mohammed bin Salman yang menargetkan 30 juta jemaah pada 2030.

(harianhaluan.com)

Sektor pariwisata Arab Saudi melalui penyelenggaraan umrah dan haji memberikan kontribusi sekitar US$ 12 miliar. Angka ini bernilai 53% dari total keseluruhan pendapatan pariwisata Arab Saudi yang dapat mencapai US$ 22.6 miliar. Selama ini haji dan umrah memiliki potensi signifikan untuk meningkatkan perekonomian dan menciptakan banyak lapangan kerja bagi masyarakat Arab Saudi.

Abdullah Katib, seorang pakar ekonomi memperkirakan pendapatan tahunan hanya dari haji sekitar US$ 5.3-6.1 miliar, dari US$ 12 miliar total pendapatan umrah dan haji. Artinya, pendapatan Arab Saudi dari pelaksanaan umrah hampir setara dengan pendapatan dari pelaksanaan haji. Dengan menghentikan penyelenggaraan umrah, Arab Saudi diperkirakan akan kehilangan sekitar seperempat pendapatan dari bidang pariwisata. Angka yang sangat besar, dan dapat menurunkan nilai GDP negara cukup signifikan.

Tahun 2020 menjadi tahun yang berat bagi Arab Saudi menyusul jatuhnya harga minyak dunia. Negara ini tidak memiliki banyak pendongkrak fiskal. Hingga kini belum diketahui apakah penangguhan umrah ini akan berdampak pada pelaksanaan haji di bulan Juli mendatang. Jika Arab Saudi tak bergantung pada migas dan menangguhkan umrah, lalu akan seperti apa perekonomian Arab Saudi?

SHARE :



REKOMENDASI




ARTIKEL KEREN PALING BARU