Penjelasan Ilmiah Isra Miraj dalam Kacamata Sains, Sesuai Teori Einstein!

Nabi Muhammad SAW diperjalankan dari Makkah ke Palestina, kemudian ke langit dalam semalam. Mungkinkah? Simak penjelasan ilmiah Isra Miraj.

SHARE :

Ditulis Oleh: Taufiqur Rohman

Isra Mi’raj diperingati setiap 27 Rajab dalam penanggalan Hijriyah, yang pada tahun 2021 jatuh pada Kamis (11/3/2021) besok. Isra Miraj menjadi peristiwa penting yang mana Nabi Muhammad SAW menerima perintah sholat lima waktu. Nabi Muhammad SAW diperjalankan dari Makkah ke Palestina, kemudian dari Palestina ke Sidratul Muntaha dalam semalam. Apakah mungkin? Simak penjelasan ilmiah Isra Miraj.

Pada peristiwa Isra Miraj, Nabi Muhammad SAW mendapatkan mukjizat diperjalankan dari Ka’bah di Makkah (Arab Saudi) menuju Masjidil Aqsa Palestina, kemudian naik ke Sidratul Muntaha dengan waktu hanya satu malam. Padahal jarak antara kedua tempat tersebut mencapai 1.500 Km, dengan unta membutuhkan waktu perjalanan hingga berminggu-minggu.

Diceritakan, Nabi Muhammad SAW mengendarai sebuah makhluk mitologi bernama Buraq yang menyerupai hewan berwarna putih, berukuran lebih tinggi dari keledai dan lebih pendek dari baghl (peranakan antara kuda dan keledai). Buraq inilah yang membawa Nabi dapat melakukan perjalanan ke langit dan kembali lagi ke bumi dalam tenggang waktu yang sangat singkat.

Baca juga: Maulid Nabi Dilarang di Arab Saudi, Kenapa?

Bagi akal manusia yang terbatas, jelas ini seperti sebuah dusta. Tak heran jika sepulang dari Isra Miraj, Nabi Muhammad menjadi bahan ejeken dan dianggap gila oleh kaum kafir Quraisy di Makkah. Seiring perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, ternyata peristiwa Isra Miraj pada tahun 621 Masehi dapat dijelaskan secara ilmiah dengan teori relativitas Einstein yang dikembangkan pada sekitar 1907-1915.

Teori Relativitas dan Isra Miraj

Einstein dikenal sebaagai sosok ilmuwan yang menentang Islam, namun ia justru menemukan sebuah teori yang mampu memberi penjelasan ilmiah Isra Miraj dalam kacamata sains. Dalam teori relativitasnya, Einstein telah mempertegas pendapatnya bahwa tidak sesuatu yang mutlak di kehidupan. Segala sesuatu memiliki sifat yang relatif dalam gerak dan kedudukannya.

Seperti bola yang bulat, suatu saat akan menjadi pipih. Benda yang ringan akan menjadi sangat berat atau bahkan tak berbobot di saat lainnya. Jarum jam yang bergerah mengukur waktu ada kalanya menjadi lambat dan tidak bergerak sama sekali. Juga jantung yang berdetak menandai usia manusia, dapat melambat dari yang semestinya sehingga akhirnya terjadi kematian.

Baca juga: Keindahan Masjidil Aqsa yang Disinggahi Nabi Saat Isra Miraj

Penjelasan teori tersebut, bahwa perbandingan nilai kecepatan satu benda dengan kecepatan cahaya akan berpengaruh pada keadaan benda. Semakin dekat nilai kecepatan sebuah benda (v) dengan kecepatan cahaya (c), maka semakin besar pula efek perlambatan yang dialaminya (t’). Ketika benda itu menyamai kecepatan cahaya (v=c), benda itu sampai kepada keadaan nol.

Kaitannya dengan Isra Miraj, saat seseorang meluncur ke angkasa dengan pesawat berkecepatan cahaya, maka ia mengalami pertambahan usia yang lebih lambat dari yang seharusnya di bumi. Saat kembali ke Bumi, ia hanya bertambah beberapa waktu saja. Jika pesawat mampu melaju lebih cepat dari kecepatan cahaya, saat balikke bumi artinya ia kembali ke masa lalu.

Inilah yang direflesikan oleh Buraq. Nabi memulai perjalanan menunggang Buraq dengan kecepatan melebihi cahaya, maka efek yang diterima adalah percepatan. Begitu kembali ke Makkah setalah Isra Miraj, Nabi Muhammad SAW kembali ke masa lalu di titik waktu ketika beliau memulai perjalanan. Sehingga terkesan perjalanan dalam Isra Miraj berlangsung sangat singkat.

SHARE :



REKOMENDASI




ARTIKEL KEREN PALING BARU