Benjamin Ladraa, seorang pria yang gemar melakukan petualangan asal Swedia ini sedang berjuang melakukan aksi kemanusiaan untuk Palestina. Dia berjalan kaki dari Swedia ke Palestina tunjukkan solidaritas kepada rakyat Palestine. Aksi yang dilakukan Benjamin ini menjadi viral dan memperoleh dukungan dari warganet.
Benjamin melaksanakan aksi ‘gila’nya ini semenjak 5 Agustus 2017 lalu. Dia akan menempuh perjalanan sejauh 48.000 kilometer dengan berjalan kaki seorang diri. Dari Swedia menuju Palestina melewati puluhan kota, banyak negara di Eropa, Turki, Yordania, dan Syria. Namun, mengingat saat ini Syria dalam kondisi perang, Benjamin mengaku akan mempertimbangkan kembali apakah harus melewati Syria atau mengalihkan jalur lain.
Mungkin, banyak di antara kalian yang bertanya-tanya, kenapa Benjamin rela melakukan aksi gila ini? Melansir dari Jpost.com, Benjamin mengatakan bahwa tujuannya jalan kaki dari Swedia ke Palestina adalah ingin menyalakan lilin kedamaian dan mengajak orang untuk lebih peduli pada Palestina agar terinspirasi melakukan sesuatu hal untuk Palestina.
Dia mengaku, aksi jalan kaki dari Swedia ke Palestina ini terinspirasi saat dia melakukan perjalanan ke West Bank, Palestina. Apa yang disaksikan selama di West Bank membuat dia syok. Tembok-tembok pembatas, tentara berjalan sambil memegang senapan mesin M-16, membuat dia trenyuh. Ditambah kisah tragis penyergapan 300 anak kecil di dalam sebuah rumah.
Dengan apa yang dilihat dan didengarnya saat itu, Benjamin merasa trenyuh dan memutuskan untuk melakukan aksi membela hak asasi manusia di Palestina.
Sepulang dari perjalanannya di West Bank, Benjamin berhenti dari pekerjaan dan menjual semua barang berharga miliknya untuk lakukan aksi jalan kaki dari Swedia ke Palestina.
Selama perjalanan panjangnya, Benjamin hanya membawa ransel dengan perlengkapan camping, bekal makanan, dan bendera Palestina. Tak lupa, dia pun membagikan foto-foto perjalanan melalui akun sosial medianya.
Namun, niat tulus Benjamin pun tak selamanya berjalan mulus. Berkali-kali dia harus dicegat polisi, digeledah dengan kasar, dan ditodong. Bahkan, saat berada di Jerman, seorang polisi menodongkan pistol di kepalanya dan peroleh perlakuan tak mengenakan.
“Saat aku sedang menikmati kopi, aku meletakkan barang-barangku di luar. Setelah itu aku melihat polisi dengan banyak pistol, mengelilingi stroller dan kemudian sontak aku ke luar untuk memberikan penjelasan,” tutur Benjamin seperti yang dilansir dari detik.com.
Alih-alih menjelaskan apa yang terjadi, Benjamin malah mendapat perlakuan yang bisa dibilang paling menyeramkan sejauh yang dia lalui.
“Aku memberi tahu bahwa ini barang-barangku, ketika aku ke luar, mereka malah berteriak dengan bahasa Jerman, kemudian memintaku untuk menunjukkan paspor, membuka semua barang-barangku. Namun, kemudian mereka menunjuk mukaku dengan pistol, aku belum pernah ditodong pistol sebelumnya”, Benjamin menjelaskan.
Hari ini, 29 Maret 2018, Benjamin telah sampai di Istanbul Turki. Dalam salah satu foto yang dibagikan di akun instagramnya, pria berusia 25 tahun ini terlihat sedang memberikan kuliah umum kepada mahasiswa di salah satu Universitas di Istanbul, Turki. Jika melihat dari tampilan layar presentasinya, Benjamin sedang memberi materi tentang “Tanah Palestina yang hilang 1946 – 2010”.
Aksi jalan kaki dari Swedia ke Palestina masih panjang. Jika sesuai dengan timline, Benjamin masih akan melakukan perjalanan selama kurang lebih 4 bulan. Apa yang dilakukan Benjamin ini harusnya menginspirasi banyak orang.
Saat ini, tim Phinemo sedang menunggu konfirmasi dari Benjamin Ladraa tentang apa yang dilakukan dan dialami selama ini.
***
Bagikan artikel ini kepada teman supaya makin banyak lagi orang-orang yang terinspirasi. Paling tidak, makin banyak orang yang mendoakan supaya tujuan Benjamin tercapai.