Pemerintah Kota Batu serius garap tiga Desa Wisata di tahun 2018. Desa Pandanrejo, Desa Sidomulyo, dan Desa Sumberejo adalah tiga desa yang akan dikaji terkait potensi wisata untuk dikembangkan.
Ngukir Wisata Alam di Kota Batu. Foto dari akun IG @irsyaricha
Bukan hanya dikembangkan, tiga desa ini juga diarahkan Dinas Pemerintah Kota Batu untuk mampu mengelola wisata dan tidak bergantung pada pemerintah. Semisal Desa Sidomulyo dengan wisata petik apel dan petik bunga.
“Harus mandiri, kami mengarahkan desa itu harus mampu mengelola desa wisata dengan melihat potensi di wilayahnya masing-masing. Kalau sudah ada petik apel, kembangkan lagi, semisal dijadikan wisata produksi keripik apel,” ujar Kepala Dinas Pariwisata Kota Batu, Imam Suryono , Jumat (26/1) seperti yang dilansir dari TribunMalang.
Pengelolaan desa wisata juga harus menggunakan anggaran Alokasi Dana Desa (ADD) dan Dana Desa (DD). Imam menegaskan bahwa desa harus mampu mengelola anggaran yang diberikan. Dalam hal ini Pemkot berperan memberikan masukan ke setiap desa bahwa desa wisata sebenarnya bisa dibangun menggunakan anggaran ADD dan DD.
“Tahun ini benar-benar lebih kami tekankan pemanfaatan anggaran. Karena untuk mengembangkan desa wisata. Semisal, diberi paket wisata, sehingga pengunjung itu tahu oh selain wisata petik apel ternyata ada petik lainnya. Nah itu dikelola menggunakan dana yang mereka punya. Menggali potensi,” ungkap Imam.
Wisata petik apel menjadi kegiatan wajib saat ke Kota Batu. Foto oleh winda_amieedanish
Usulan ini sebenarnya baru diprogramkan di tahun 2018 ini, hal ini berkaitan dengan target wisatawan di tahun 2018 yaitu 5 juta pengunjung. Di tahun 2017 sendiri jumlah wisatawan yang datang ke Kota Batu telah melewati target, yiatu mencapai 4,2 juta pengunjung.
Sementara itu, beberapa waktu yang lalu wisata baru juga dibuka di Kota Batu, namanya Ngulir Wisata Alam (NWA) di Dusun Ngukir, Desa Torongrejo, Kecamatan Junrejo dan sudah dikelola oleh ADD.
Meskipun masih baru dibuka sekitar 2 minggu, namun wisata ini masih perlu dikembangkan. Pengelola NWA, Erita Dian Safitri mengatakan bahwa konsep yang diusung memang desa wisata dan memberdayakan masyarakat sekitar.
“Kami awalnya memanfaatkan lahan yang kosong. Untuk pengelolahannya kami dibantu dengan dana dari desa. Masih baru, makanya kami mengusulkan ke desa bahwa kami punya potensi wisata alam,” Ujar Erita
Berdiri di lahan seluas 2 hektar, nantinya NWA ini akan dibentuk konsep wisata edukasi seperti lahan stroberi, durian, sawo hutan, dan cepeda. Tiket masuknya lumayan terjangkau, yakni hanya Rp10 ribu.
