Kuning, begitulah kesan ketika pertama sekali memasuki pagar Istana Maimun yang berada di jalan Brigadir Jenderal Katamso, kelurahan Sukaraja, kecamatan Medan Maimun, Medan, Sumatera Utara. Kubah istana bewarna hitam sedangkan yang lainnya di landasi oleh warna kuning sejauh mata memandang. Istana Maimun merupakan salah satu dari istana kerajaan Deli. Pembangunan Istana ini selesai pada 25 Agustus 1888 M, di masa kekuasaan Sultan Makmun al-Rasyid Perkasa Alamsyah. Sultan Makmun adalah putra sulung Sultan Mahmud Perkasa Alam, pendiri kota Medan. Fotonya ada di dekat singgasana. Sebelum masuk ke istana ini, ada tugu istana yang berisi tentang info istana Maimun dalam bahasa Belanda. Istana ini berasitektur kerajaan Moghul, India, Timur tengah, Belanda dan Melayu. Pengaruh ini bisa di lihat dari bentuk jendela, pintu, kubah masjid dan lampu-lampu serta peralatan lainnya.
Jika sedang beruntung, biasanya di Istana Maimun juga diadakan pertunjukan music melayu. Berkeliling Istana Maimun yang berwarna kuning, membawa kita ke alam melayu yang kental, lagi pula bayaran untuk masuk ke istana Maimun hanya Rp.5000 serta harus melepaskan alas kaki. Pengunjung yang datang ke istana, masih bisa melihat-lihat koleksi foto-foto keluarga sultan, perabot rumah tangga Belanda kuno, dan berbagai jenis senjata. Bangunan induk pemandangan yang tesaji adalah singgasana raja yang bewarna kuning namun dipagari tali dan di atasnya bertuliskan “dilarang duduk” biasaya pengunjung hanya berfoto di depan singgasana. Sayap Kanan terdapat tempat duduk, biasanya pengunjung melepas lelah disini setelah berkeliling istana. Atap yang jauh dari lantai membuat sejuk udara, apalagi duduk-duduk di sayap kanan istana sambil melihat orang keluar masuk istana merupakan kegiatan berwisata yang seru sambil menggali sejarah melayu.
Sebuah tempat kecil tertutup yang di dalamnya ada sebuah meriam Orang Medan menyebut meriam ini dengan sebutan meriam puntung. Jika berkunjung ke Meriam ini, ada penutur cerita tentang kisah meriah puntung ini. Pendatang hanya membayar Rp 3000 untuk mendengar cerita dan berfoto di sana. Konon katanya, selain cerita menarik tentang meriam Puntung ini, orang bisa mendengar air mengalir dari meriam tersebut.
Saat ini ada yang jualan di Istana Maimon berupa oleh-oleh Medan, dari makanan sampai ulos khas Medan, ada juga yang menyediakan penyewaan baju khas melayu dalam berbagai warna, ada yang merah, pink, kuning, biru. Pengunjung hanya membayar 10 ribu rupiah untuk bisa memakai baju adat melayu lengkap jika ingin berfoto dan langsung jadi maka harus membayar 10 ribu perfoto. Baju tersebut sering dipakai oleh bangsawan Melayu ketika jaman kerajaan dulu, bisa juga berfoto disinggasana layaknya raja dan ratu. Istana Maimon biasanya ramai dikunjungi pada sore hari dan hari libur
Ialah Masjid Raya Meda, yang terletak di Jl. Sisingamangaraja. Lokasi ke Masjid Raya Medan cukup dekat dengan Istana Maimun, hanya berjalan 20 menit dengan jalan kaki. Masjid raya medan dibangun pada tahun 1906. Gaya design arsitektur merupakan perpaduan Timu Tengah, India dan Spanyol. Mesjid ini juga dilengkapi dengan menara yang menjulang tinggi. Kamar Mandi dan tempat wudhu bersih. Di dalam tempat wudhu tersedia kulah yang airnya mengalir, disediakan pula kran-kran untuk berwudhu.
Tip-Top, restoran dengan arsitektur Eropa itu ramai dikunjungi oleh anak muda yang ingin menikmati es krim yang rasanya lezat dan manis dengan berbagai rasa. Selain es krim, restoran tip-top juga menjual berbagai makanan dari Indonesia, Belanda dan beberapa Negara di Dunia. Lagu-lagu jazz selow mengalun dengan background dan suasana khas Belanda, gambar-gambar Belanda seperti makan di Negeri Kincir angin.
Selain Tjong A Fie mansion yang menjadi tempat tinggalnya, ia juga membangun sebuah masjid lama GG Bengkok Kesawan, Medan. Masjid ini merupakan potongan kisah dari Tjong Afie seorang pengusaha, bankir dan kapitan yang sukses di bidang perkebunan di Sumatera Utara. Tjong Afie yang berasal dari Tiongkok sangat toleransi terhadap agama lain. Bisnis yang memperkerjakan lebih dari 10.000 orang ini tentu mempunyai banyak tantangan dari berbagai jenis suku, agama serta pemerintahan Hindia Belanda- Deli dan kekaisaran Cina. Tidak ada pungutan apapun untuk masuk ke masjidnya. Sementara untuk Rumah Tjong Afie harga tiketnya hanya 35.000 ribu Rupiah dan akan dipandu oleh guide.
Jika kamu ingin melihat buaya Sungai Nil atau melihat kumpulan kupu-kupu datanglah ke Rahmat International Wildlife Museum & Gallery. Cukup membayar Rp 35.000 per orang dan Rp 10.000 untuk night safari, kamu bisa merasakan sensasi berada di alam bebas dengan berbagai hewan liarnya.
Museum dan galeri ini menyimpan beragam koleksi mengagumkan terdiri dari berbagai binatang liar diawetkan yang berasal dari tempat berburu di berbagai tempat di seluruh dunia. Setiap ruangan mempunyai tema tersendiri, sekitar 2000 hewan di koleksi di sana dan di tata demikian cantiknya.
Museum ini terletak di Jl. S. Parman 309, Kota Medan, Sumatera Utara. Pemiliknya bernama Rahmat Shah, seorang pengusaha dan pemburu profesional. Rahmat adalah orang Indonesia pertama yang menerima penghargaan dan pengakuan internasional seperti The Big Five Grand Slam Awards dan World Hunting Awards.
Dinding berarsitektur rumah tradisional, terletak di H.M.Joni no. 15, Medan, itulah Museum Negeri Provinsi Sumatera Utara diresmikan tanggal 19 April 1982 oleh Dr.Daoed Yoesoef saat itu menjabat sebagai Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia. Untuk masuk ke museum ini, cukup membayar Rp 2000 per orang.
Ruangan di dalam museum disusun berdasarkan periode sejarah Sumatera Utara, dimulai dari zaman pra-sejarah, kebudayaan Sumatera Utara kuno, peradaban Hindu dan Buddha, peninggalan masa Islam, kolonalialisme, perjuangan rakyat Sumatera Utara, serta kebudayaan masyarakat yang berkembang di Sumatera Utara. Semuanya dalam bentuk benda, ada pula replika yang diatur secara apik. Untuk mengenal Sumatera Utara secara menyeluruh, Museum Negeri akan membawa kita ke masa lalu melalui ruangan dan koleksinya.