Sungai Musi Palembang rupanya menyimpan banyak cerita yang menyertai, baik cerita sejarah, legenda, bahkan pula cerista misteri dan miitos-mitos yang bersemayam di dalamnya.
Ada salah satu kisah misteri paling populer di kalangan warga Palembang, yakni adanya mitos Hantu Banyu (air) serta ikan yang sosoknya menyerupai naga.
“Boleh percaya atau tidak, namun Hantu Banyu itu memang ada. Dari cerita warga yang melihat, bentuknya seperti manusia dan siamang, rambutnya panjang dan berlendir,” kata Sejarawan Palembang, Ali Hanafiah, kepada Liputan6 di kantornya di Museum Sultan Mahmud Badaruddin (SMB) II Palembang, Rabu (06/01/2016).
Ali menjelaskan bahwa pada rumah di pinggiran Sungai Musi Palembang biasanya biasanya ada tangga kayu yang langsung mengarah ke sungai.
Pada tangga kayu tersebut biasanya ada lendir yang ditemukan. Itu digunakan hantu banyu untuk menjebak orang agar terpeleset ke dalam sungai, dan si hantu sudah menunggu di bawah.
“Namun umumnya yang menjadi korbannya adalah para pendatang. Jika tidak ada pendatang baru, warga sekitar yang menjadi korbannya. Percaya atau tidak, namun setiap tahun sering ada korbannya,” terang Ali.
Banyak kasus kematian misterius di Sungai Musi Palembang, mulai dari tenggelam, terpeleset ataupun hanyut saat berenang dan memancing.
Ciri dari korban Hantu Banyu sendiri adalah mayatnya akan timbul dari dalam sungai di mana tempatnya hilang saat 1 hingga 2 hari kemudian.
Posisi korban Hantu Banyu saat ditemukan yaitu duduk menunduk melipat kaki ke depan dengan posisi tangan memeluk kaki.
Kondisi kepala bagian belakang ada yang berlubang. Konon katanya, lubang di kepala tersebut dibuat Hantu Banyu untuk mengisap otak dan isi kepala korban.
Satu lagi yang menjadi misteri di Sungai Musi Palembang adalah adanya ikan yang sosoknya menyerupai naga. Konon katanya, ada naga yang bersemayam di Sungai Musi dan beberapa kali menampakkan diri di atas permukaan sungai.
“Di sungai Musi bukan ada Naga, tapi iwak (ikan) Tapa Tembago. Namun, memang mirip dengan naga. Bentuknya seperti ikan patin, tapi lebih pipih, warna coklat kehitaman, perutnya lebih lebar, ada kumisnya dan jika terkena matahari, punggungnya akan mengkilap seperti kuningan,” terang Ali.
Ali menjelaskan bahwa sosok naga tersebut diyakini oleh sebagian warga hadir saat ada musibah besar yang menimpa Palembang. Contohnya adalah kebakaran hebat di 27 Ilir, 28 Ilir dan 29 Ilir sekitar tahun 1967.
Kala itu, para warga melihat penampakan ‘naga’ tapa tembago di permukaaan. Para warga pun menganggap penampakan naga ini sebagai wangsit dan fenomena alam.