Indonesia sebagai negara multikultural terdiri atas ratusan suku bangsa yang tersebar dari Sabang hingga Merauke. Setiap suku bangsa memiliki ciri khas bahasa, budaya, dan adat kebiasaan yang berbeda antara satu dengan lainnya. Suku bangsa yang paling banyak mendominasi wilayah Indonesia diantaranya adalah Suku Jawa, Suku Batak, dan Suku Melayu.
Berdasarkan Sensus Badan Pusat Statistik (BPS) di tahun 2010, Suku Batak merupakan suku bangsa terbesar di Indonesia. Batak merupakan rumpun suku-suku yang mendiami sebagian besar wilayah Sumatera Utara. Beberapa suku bangsa yang dikategorikan sebagai Batak adalah Toba, Karo, Pakpak, Simalungun, Angkola, dan Mandailing.
Suku Batak menjadi yang paling banyak disoroti karena sangat unik dengan bahasa, budaya, dan adat kebiasaan yang khas. Berikut ini telah diulas empat kebiasaan Suku Batak yang hanya dapat ditemui di Provinsi Sumatera Utara.
Tarian Sigale-gale merupakan tarian yang dilakukan oleh sebuah boneka kayu yang dipahat menyerupai bentuk manusia dengan pkaian adat dari Suku Batak. Boneka Sigale-gale digerakkan oleh manusia yang berada di belakangnya. Menurut legenda masyarakat Suku Batak, SIgale-gale adalah putra tunggal kesayangan dari Raja Rahat yang meninggal karena sakit. Raja sangat bersedih hati, untuk mengobati kesedihan raja maka dibuatlah sebuah boneka kayu yang menyerupai Sigale-gale.
Menggerakkan boneka Sigale-gale agar dapat menari diantara iringan musik terlebih dahulu harus dilakukan ritual pemanggilan arwah Sigale-gale dari alam kematian. Tarian Sigale-gale kini menjadi daya tarik wisatawan yang berkunjung ke Provinsi Sumatera Utara.
Lompat batu yang dikenal juga hombo batu berasal dari Desa Bawo Mataluo Nias, Kabupaten Nias Selatan. Desa ini dikenal dengan situs megalitik atau batu besar berukir, dan di dalamnya terdapat Omo Hada yaitu perumahan tradisional khas Nias. Tradisi ini merupakan ritual wajib bagi para lelaki sebagai simbol menuju kedewasaan. Setiap lelaki yang akan menikah harus mampu melompati batu setinggi dua meter melalui sebuah batu kecil sebagai pijakan.
Mangokkal Holi berarti mengambil tulang-belulang dari leluhur dari dalam kuburan lalu ditempatkan di dalam peti dan diletakkan dalam tugu khusus. Inti dan tujuan dari tradisi ini adalah untuk mempertahankan silsilah garis keturunan marga, dan juga menunjukkan eksistensi dan taraf hidup keluarga yang melaksanakannya. Suku Batak percaya dengan menempatkan bagian tubuh dari leluhur di tugu merupakan simbol bahwa mereka tidak pernah lupa dengan nenek moyangnya. Tradisi Ritual Mangokkal Holi digelar secara meriah selama beberapa hari dengan memotong beberapa hewan ternak.
Tradisi Kenduri Laut berasal dari Tapanuli Tengah, dilaksanakan satu tahun sekali pada bulan Oktober. Kenduri Laut digelar dengan seremonial yang melibatkan semua elemen dari 11 kecamatan yang ada di Tapanuli Tengah. Kenduri Laut mulai digelar pada malam kemudian berlanjut hingga siang hari. Tradisi ini menjadi wujud ungkapan rasa syukur masyarakat Batak di Tapanuli Tengah kepada Tuhan atas melimpahnya hasil laut dan pertanian.