“Biak itu dimana?” tanya seorang teman.
Waduh ternyata tidak semua orang tahu Biak itu dimana. Oleh karena itu sebagai warga ber-KTP Biak saya ingin berbagi beberapa hal mengenai Biak. Setidaknya, saya bisa membanggakan sebuah pulau di sebelah utara Pulau Papua yang sudah saya tinggali hampir sewindu ini. Semuanya saya bagikan sesuai urutan huruf yang ada yaitu B.I.A.K.
Biak dijuluki “Kota Karang Panas”, karena struktur geologinya yang terdiri dari bebatuan karang. Pantas memang dijuluki seperti itu, karena suhu di Biak biasanya 27º-30º C, malah bisa mencapai 32ºC kala terik.
Ada untungnya juga struktur geologinya bebatuan karang. Untuk membangun jalan menjadi mudah. Tinggal meratakan bebatuan karang kemudian langsung di-aspal. Tidak heran jalan-jalan di Biak beraspal hitam. Walau belum semua daerah di-aspal, tetapi jalan ke kampung-kampung sudah beraspal.
Papua lebih dari sekadar daerah yang penuh konflik dan terbelakang. Ada sangat banyak hal menarik di sini, salah satunya adalah Pulau Ratewi di Nabire ini.
Walau terdiri dari bebatuan karang bukan berarti Biak tidak punya lahan untuk bertani. Daerah seperti Kampung Adibai, Sunde, Sepse dan kampung lainnya di perbukitan memiliki lahan subur dan menjadi sentra pertanian Biak. Kebun-kebun penduduknya biasa ditanami durian, rambutan, salak, kasbi (singkong), petatas (ubi jalar), pinang, serta sayur-sayuran. Yang paling banyak adalah keladi. Keladi Biak terkenal di Papua, lho! Menurut orang di Pulau Numfor dan Manokwari, keladi Biak itu enak dan gurih. Jadi tidak heran oleh-oleh dari Biak itu Keripik Keladi. Kalau ingin membelinya ada di swalayan dan toko-toko oleh-oleh di Kota Biak.
Sekadar info, landasan pacu Bandara Frans Kaisepo Biak adalah salah satu dari 4 yang terpanjang di Indonesia, dengan panjang 3.517 meter. Frans Kaisepo dulunya adalah Bandara Internasional. Kalau mau ke California, USA transit dulu di Biak. Tapi sekarang sudah tak berfungsi lagi.
“Ikan di Biak itu segar-segar, rasanya manis kalau dimakan. Kalau ikan-ikan di kota-kota besar itu sudah 7x mati”, kata seorang Bapak, saat mempersilakan tamu kami dari Jakarta untuk makan. Mungkin maksud si Bapak ikan di Biak itu bebas bahan pengawet. Yah begitulah memang adanya. Amran, tetangga saya yang hobi memancing, beberapa kali datang membawa hasil pancingannya ke rumah untuk dibakar. Waktu itu hasil pancingannya Ikan Bubara yang berukuran besar. Saat dibakar di pemanggangan buatan sendiri, saya memotretnya dan seperti biasa langsung saya unggah ke sosial media dengan caption “Bakar Ikan Bubara” di Biak. Tidak lama berselang kakak ipar saya berkomentar “Wah bisa ‘makbun’ (makan bunuh) ni”. ‘Makbun’ istilah di Biak yang maksudnya makan dengan porsi banyak sampai kenyang.
Ikan-ikan di Biak selain segar dan manis, harganya juga termasuk murah untuk ukuran Papua. Seringkali orang-orang dari Jayapura saat datang ke Biak membeli kotak pendingin besar. Kotak pendingin itu akan diisi ikan-ikan yang nantinya akan dibawa pulang. Kata mereka ikan di Biak itu murah. Ikan akan banyak dijual di pasar saat laut sedang teduh.
Tentu kita tahu bahwa orang-orang Papua itu enerjik seperti yang ditampilkan sebuah iklan minuman penambah stamina dengan lagu “Sajojo”nya Black Brothers. Di Biak juga tak kalah enerjik dengan tarian “Yospan”-nya. Menari yospan membuat adrenalin terpacu. Keringat akan mengucur deras setelah mengikuti irama musik yang naik turun.
Pertama kita akan di ajak menari “Mari kemari, kawanku semua, kita yo si panca bersama,..” Kedua kita di ajak terbang dan berlayar “..irama bagai burung elang di awan-awan, seperti perahu yang berlayar ho..ho…” Ketiga kita di ajak menikmati Pantai Asaibori di Pulau Numfor, “Asaibori yenbepyoper (pasirnya putih), asaibori yenbepyoper..” di lagu inilah puncak adrenalin sangat terasa, seakan kita berada di lantai dansa! Terakhir, kamu akan diajak menuju Surabaya, “Laju-laju perahu laju, laju sampai ke Surabaya, tinggal nona selamat tinggal, asal nona tahan dan sabar,” irama lagu ini seperti mengajak kita melambaikan tangan.
Apa saja yang bisa dilakukan di Jayapura, Papua jika hanya memiliki waktu 6 jam? Coba baca panduan ini agar kamu tak melewatkan destinasi-destinasi indah di Jayapura.
Selain energik, anak-anak Biak juga mudah tertawa. Sebelum Mongol terkenal di acara “Stand up Comedy” di televisi, orang-orang di Biak lebih dahulu melakukan hal yang serupa. Sepertinya sudah budaya. Namanya MOB (cerita humor) Papua. Waktu pertama kali tiba di Biak, saya disuguhi Mob oleh Pak Paul teman kantor. Alhasil saya tertawa terpingkal-pingkal sampai mengeluarkan air mata karena lucunya. Itulah alasan mengapa saya katakan orang-orang Biak mudah tertawa. Tak percaya? Datanglah ke Biak untuk membuktikannya.
Menurut orang-orang di Biak, keindahan laut Biak tak kalah dengan Raja Ampat. Buktinya di tahun 90-an pariwisata Biak lebih dahulu terkenal dari Raja Ampat. Salah satu destinasinya yaitu keindahan bawah laut Gugusan Kepulauan Padaido. Sampai sekarang saya masih melihat turis-turis mancanegara rela datang jauh-jauh dan merogoh kocek tebal untuk menikmatinya.
Kalau bicara pantai, tidak usah ditanya lagi. Biak punya pantai yang bagus-bagus, pasir putihnya begitu lembut, biru laut dan langitnya hampir sama. Saat cuaca teduh, air laut di Pantai Biak datar layaknya cermin. Belum lagi Pantai Wari di Biak utara dengan cekungannya mirip kuali.
Ingin merasakan sensasi berfoto di atas tebing dengan ombak yang melebihi tinggi badan kamu serta panorama Samudra Pasifik tiada batas? Ada di Tanjung Sor, Biak Utara. Orang-orang di sini biasa menyebutnya Batu Gong. Karena saat ombak masuk ke lorong tebing terdengar suara seperti bunyi Gong.
Ingin melihat sunset? Tidak usah pergi jauh-jauh dari kota Biak. Pergi saja ke Pantai Water Basis dan Pelabuhan BMJ.
Pernah nonton film The Pacific? Film perang dunia ke 2 ini pastinya seru untuk ditonton. Walau pengambilan lokasinya tidak di Biak, tetapi perang pasifik yang sebenarnya meninggalkan bekas di Biak. Seperti Goa Jepang yang tidak jauh dari kota, Monumen PD (Perang Dunia) II di Pantai Parai, Goa Lima Kamar di dekat Kali Ruar dan landasan pesawat terbang bekas tentara Amerika di Pulau Owi, Biak Timur.
Setelah berwisata Pantai dan berwisata Sejarah, pergilah ke Air terjun Warsa dan Air Terjun Karmon di Biak Utara, lalu melihat surga tersembunyi di balik Hutan Samares, Biak Timur yang disebut “danau terbiru” se-Indonesia itu.
Hobi menikmati keindahan anggrek? Atau mendengarkan cuitan burung? Di Biak ada Taman Burung dan Anggrek yang berada di daerah Kampung Ruar.
Cerita perjalanan tak selalu tentang destinasi. Baca tulisan perjalanan yang inspiratif dari Windy Ariestanty ini mengenai Kampung Sawenduy di Papua.
***
Setelah menikmati kunjungan ke Biak serta melihat keindahan alamnya, yakinlah pasti kamu akan kembali.
Karena orang Biak punya semboyan: BIAK (Bila Ingat Akan Kembali).