Pulau Komodo di NTT tak lagi destinasi wisata untuk kaum backpacker dan wisatawan on budget lagi. Pasalnya rencana pemerintah untuk menjadikan Pulau Komodo sebagai destinasi super premium yang eksklusif kini sedang dalam pengerjaan. Proyek pembangunan senilai Rp 69,9 miliar mulai dikerjakan di Pulau Rinca oleh Kementerian PUPR sejak Oktober 2020 lalu.
Pada tahun 2019 hingga awal 2020, rencana pembangunan destinasi wisata premium memang akan dilakukan di Pulau Komodo. Namun rencana itu mengalami perubahan hingga akhirnya dilakukan di Pulau Rinca karena dianggap lebih strategis. Tujuan pembangunan destinasi super premium ini adalah mewujudkan pariwisata berkelanjutan di Taman Nasional Komodo.
Pemerintah bersama para pengelola Taman Nasional Komodo bermaksud membuat tata kelola baru, tidak lagi mass tourism agar bisa berkelanjutan. Selama ini, kondisi Taman Nasional Komodo sangat sulit karena kendala biaya operasional. Pendapatan Taman Nasional Komodo dari mass tourism tidak mampu menutupi biaya operasional yang terlampau sangat tinggi.
Adapun biaya tersebut meliputi patroli rutin, biaya penelitian, dan upaya reboisasi. Jika terus mengandalkan mass tourism, Taman Nasional Komodo tidak akan bisa terus bertahan, dan nasib Komodo pun semakin terancam. Dengan menjadikan salah satu kawasan di Taman Nasional Komodo, Pulau Rinca, menjadi destinasi premium maka pendapatan dipastikan akan naik.
Eksklusif bukan berarti membatasi jumlah wisatawan, bisa juga dikatakan sebagai membership. Setiap wisatawan yang datang harus menjadi member dahulu dengan biaya tertentu yang berkisar di angka Rp 14 juta. Biaya ini memang sangat mahal, namun perolehan pendapatan ini nantinya akan dikembalikan untuk menjadi dana operasional, biaya konservasi, dan riset.
Secara tidak langsung, pembangunan destinasi wisata premium di Pulau Rinca melarang wisatawan miskin yang mengandalkan tiket promo dan uang pas-pasan untuk datang. Selain pro-kontra dampak lingkungan, tak sedikit wisatawan dari kalangan bawah yang merasa pemerintah terlalu mengkotak-kotakan wisatawan dan merampas hak untuk liburan.
Upaya pemerintah untuk menjadikan Pulau Rinca sebagai destinasi wisata premium tidak salah. Tidak bisa disangkal juga, selama ini Taman Nasional Komodo di NTT menjadi sumber devisa yang menjanjikan untuk negara. Menjadikan suatu destinasi menjadi eksklusif untuk orang kaya memang bukan hal baru. Beberapa negara diketahui telah menerapkan hal serupa.
Tujuannya satu, mendatangkan pemasukan sebesar-besarnya tanpa harus merusak kelestarian alam melalui sektor pariwisata. Salah satu contohnya adalah Mystique, pulau pribadi di Karibia yang membutuhkan dana hingga Rp 287 juta untuk berlibur selama seminggu. Republik Palau di Oceania juga sama, menurutnya kualitas harus lebih diutamakan dari kuantitas.
Namun demikian, sebenarnya pembangunan wisata premium tidak perlu dilakukan jika pihak terkait dapat mengelola pariwisatanya dengan baik. Berkaca dari Bali, tanpa harus menjadikannya premium, Bali telah berhasil mendongkrak pemasukannya dan sukses menekan angka kemiskinan jadi 3,91% saja. Peringkat terendah kedua di Indonesia. Indeks Pembangunan Manusia (IPM) juga tinggi, 74,3 dari 100. Urutan kelima tertinggi.