Ngeri, Para Gadis di Kamerun Punya Tradisi Menghilangkan Payudara Saat Usia Belia

Saat para gadis di Kamerun memasuki usia puber atau umur 11 - 15 tahun, para ibu mulai melakukan tradisi menghilangkan payudara menggunakan berbagai cara. Yang paling populer dengan memanfaatkan batu atau pun spatula panas.

SHARE :

Ditulis Oleh: Echi

Ketika banyak wanita di dunia menginginkan bentuk payudara yang lebih besar, di Kamerun, Afrika, payudara para gadis malah dengan sengaja dihilangkan oleh ibu kandungnya.

Tradisi menghilangkan payudara tersebut dilakukan untuk melindungi anaknya dari pelecehan seksual dan percobaan perkosaan.

Tradisi menghilangkan payudara. (Foto/ liputan6.com)

Saat anak gadis mereka mulai memasuki usia puber atau umur 11 – 15 tahun, para ibu mulai menghancurkan payudara menggunakan berbagai cara. Yang paling populer dengan memanfaatkan batu atau pun spatula kayu panas.

Ibu mereka bahkan berani menjamin, cara ini bisa membuat puterinya memiliki semangat untuk sekolah daripada menikah.

Setelah payudara dirusak, organ sensitif tersebut ditekan dengan karet elastis sekencang-kencangnya. Supaya dada mereka tak terlihat. Untuk diketahui, para wanita di Kamerun merasa malu ketika bentuk dada mereka harus terlihat.

Baca juga: Sikerei, tabib Mentawai yang bisa meramal masa depan

Tradisi menghilangkan payudara ini sudah terjadi selama turun temurun di mana saat melakukan hal tersebut, para anak perempuan tersebut tak pernah protes. Mereka hanya mematuhi dan memercayai apa yang disampaikan ibunya.

“Bagaimanapun, kata-kata budaya, tradisi atau kepercayaan tertentu seperti ini tidak masuk akal. Tubuh perempuan dianggap tidak aman, bahkan di negara mereka sendiri,” ungkap Leyla Husein, seperti diberitakan Dailymail.

Meski selalu patuh akan tradisi yang ada, mereka pun bukannya tak merasa kesaktian. Setiap kali mereka meronta, ibu mereka selalu mengatakan bahwa hal ini dilakukan demi kebaikan diri mereka sendiri.

Tak bisa melawan dan hanya memendam perasaan terluka, para anak gadis di Kamerun banyak yang merasakan trauma mendalam. Mereka kebingungan tentang alasan mengapa ibunya “menghancurkan” payudaranya.

Salah satu korban dari pemaksaan penghilangan payudara ini adalah Manuella. Seorang gadis berusia 9 tahun asal Kamerun. Payudaranya ditekan menggunakan karet elastis selama kurang lebih satu tahun.

Tradisi menghilangkan payudara. Foto / vice.com

Melansir dari vice.com, Manuella mengatakan bahwa terkadang dia tidak bisa bernapas karena adanya karet elastis yang diikatkan pada payudaranya. Dia mengaku sangat gerah dan kepanasan. Akibatnya, terdapat beberapa bintik di bawah karet pengikat tersebut. Manuella pun mengaku takut dan tak mengerti mengapa ibunya melakukan hal itu.

Baca juga: Kisah miliarder yang pilih asingkan diri di pulau terpencil setelah perusahaannya bangkrut

Sometimes, I can’t breathe because the bandage is so tight. It scares me. I’ve had it on for a year. It’s really hot, so I get spots everywhere underneath it. I don’t understand why my mom does this.” –Manuella, 9 tahun.

Afrika Selatan memang rentan kasus pemerkosaan. Pada tahun 2016 silam, negeri pelangi ini menempati posisi kedua sebagai negara dengan tingkat pemerkosaan paling tinggi. Kira-kira, 25% pria di sana mengaku telah memerkosa.

Tingginya kejahatan seksual yang dilakukan kepada para wanita di Afrika Selatan menjadi alasan mendasar mengapa para ibu memilih untuk melukai anak perempuannya sendiri daripada melihat mereka diperkosa pria-pria jahanam.

Sayangnya, berusaha merusak payudara dapat membawa dampak buruk bagi kesehatan tubuh. Sebuah yayasan perempuan di Inggris telah mengungkapkan fakta mengejutkan. Menurutnya, menyetrika atau berusaha menghilangkan payudara bisa merusak jaringan pada payudara. Akibatnya tubuh akan mengidap kanker, tumor, infeksi, gatal, hingga tak bisa mengeluarkan ASI.

SHARE :



REKOMENDASI




ARTIKEL KEREN PALING BARU