Tradisi Baratan Jepara, Pesta Rakyat Menyambut Bulan Suci Ramadhan

Baratan merupakan tradisi turun temurun masyarakat Jepara untuk menyambut datangnya bulan sudi Ramadhan. Nama Baratan memiliki makna kesemalatan.

SHARE :

Ditulis Oleh: Taufiqur Rohman

Baratan merupakan tradisi turun temurun masyarakat Jepara untuk menyambut datangnya bulan sudi Ramadhan. Nama Baratan diambil dari Bahasa Arab yaitu baraah yang berarti kesemalatan, atau barakah yang berarti keberkahan. Baratan digelar setiap tahun ketika 15 hari menjelang Ramadhan, tepatnya pada malam Nisfu Syaban.

Pada malam ini akan dilakukan prosesi pembersihan masjid atau mushola. Setiap rumah akan menyalakan penerangan seperti lilin, obor, atau impes waluapun sudah tersedia listrik. Pemuda dengan membawa obor berjalan mengelilingi desa. Hal ini merupakan bentuk filosofis dari malam Nisfu Syaban, yang mana pada malam tersebut catatan amal perbuatan setahun yang lalu akan ditutup dan diganti dengan yang baru.

Baratan digelar di Kecamatan Kalinyamat karena sangat erat kaitannya dengan Ratu Kalinyamat, Bupati Jepara pertama. Menurut cerita, tradisi Baratan juga menjadi peringatan kematian Sultan Hadirin, suami Ratu Kalinyamat yang dibunuh Arya Penangsang di Mayong. Saat kesakitan, Sultan Hadirin dibopong oleh Ratu Kalinyamat menuju Desa Purwogondo.

Para pemuda membawa impes berkeliling desa dalam tradisi Baratan (Wikipedia.com).

Sebagai bentuk belasungkawa warga setempat kemudian menyalakan teng teng gung berupa lampion disepanjang jalan pesakitan Raden Hadirin. Tradisi ini terus dilesatrikan hingga saat ini. Tadisi Baratan oleh Pemerintah Kabupaten Jepara dikemas agar bisa dinikmati oleh masyarakat luas. Yang dulunya hanya kegiatan berkeliling desa, kini dikemas lebih menarik dengan karnaval yang menghadirkan sosok diorama Ratu Kalinyamat dan pasukannya.

Prosesi tradisi Baratan dimulai di Masjid Al-Makmur, Desa Kriyan, Kecamatan Kalinyamatan yang diawali dengan sholat Maghrib berjamaah. Setelah itu dilakukan doa bersama dan dilanjutkan bancaan dengan nasi puli sebagai hidangan utama. Kegiatan dilanjutkan dengan karnaval yang diikuti oleh berbagai kesenian dan kalangan masyarkat. Karnaval dipimpin langsung oleh sang Ratu Kalinyamat dan diikuti oleh pasukannnya.

SHARE :



REKOMENDASI




ARTIKEL KEREN PALING BARU