Bom Surabaya membawa dampak kurang baik bagi pariwisata Indonesia. Hingga artikel ini dibuat, sudah ada 5 negara yang mengeluarkan travel advice ke Indonesia. Negara tersebut adalah Inggris, Amerika Serikat, Hong Kong, Singapura, dan Australia.
Padahal, wisatawan mancanegara asal Singapura dan Australia termasuk dalam daftar negara dengan jumlah kunjungan turis asing terbanyak di Indonesia.
Menanggapi kejadian dan teror bom Surabaya ini, Ketua Asosiasi Tour Travel Agent Indonesia (ASITA) Asnawi Bahar menilai hal tersebut sangat kontraproduktif dengan citra positif juga pencapaian target pariwisata.
“Dengan kondisi kejadian ini, sangat kontraproduktif terhadap upaya kita meningkatkan citra positif terhadap pariwisata Indonesia,” terang Asnawi dilansir dari Kompas.com.
Memang benar apa yang diungkapkan Asnawi. Selama ini para pelaku bisnis pariwisata, dan orang-orang yang peduli dengan pariwisata Indonesia begitu gigih mempromosikan wisata nusantara ke luar negeri.
Seperti para anggota ASITA misalnya. Selama ini, mereka bersama para tour-travel anggota asosiasi selalu berupaya menjaga kondusifitas pariwisata Indonesia dengan berbagai cara. Salah satunya dengan kegiatan travel mart B to B ke berbagai kota dan negara untuk mempromosikan dan menjual paket wisata Indonesia.
Namun, jerih payah tersebut runtuh dengan adanya serangan teror yang dilakukan orang-orang tak manusiawi.
Memang belum ada data yang menyatakan adanya kemerosotan omset bisnis pariwisata di Indonesia. Namun, faktor keamanan merupakan hal yang sangat penting bagi pariwisata.
Kita ambil contoh saat terjadinya letusan Gunung Agung. Saat itu, BPS mencatat jumlah kunjungan turis ke Indonesia di Oktober 2017 sebanyak 1,16 juta kunjungan. Realisasi tersebut turun 4,54 persen dari bulan sebelumnya yang mencapai 1,21 juta kunjungan turis.
Jika masalah keamanan terkait teror bom ini tak segera ditangani, bisnis pariwisata Indonesia akan kehilangan marketnya khususnya market luar Indonesia. Hal ini tentu sangat merusak usaha meningkatkan pariwisata Indonesia.
“Upaya yang dilakukan para biro perjalanan sudah maksimal, agar target pemerintah untuk menjadikan pariwisata sebagai ujung tombak perekonomian nasional bisa tercapai. Namun, jika kondisi seperti ini tetap terjadi, tentu sangat kontraproduktif,” jelas Asnawi masih dikutip dari sumber yang sama.
Kondisi seperti ini harus segera dipulihkan. Keamanan harus makin ditingkatkan mengingat sebentar lagi Indonesia akan menjadi tuan rumah ASEAN Games 2018 dan IMF World Bank.