Menari Bersama Ratusan Lumba-Lumba Teluk Kiluan Lampung

SHARE :

Ditulis Oleh: Shabara Wicaksono

photo from http://www.indonesia.travel/en/destination/892/kiluan-bay

Perjalanan berburu tarian lomba-lomba ke Pantai Lovina Bali sebelumnya yang gagal karena kurangnya riset mengenai cuaca memberi pelajaran bagiku. Paling tidak sebelum kamu berkunjung ke suatu lokasi yang jauh, carilah informasi sebanyak-sebanyaknya mengenai tempat tersebut, termasuk waktu terbaik untuk berkunjung. Karena itulah, Agustus kali ini kupastikan agenda mengunjungi “Bumi Lada” di tanah Sumatera sana. Way kambas memang menarik, tapi bukan itu tujuanku kali ini. Sekilas artikel tentang parade ratusan lumba-lumba yang kubaca diinternet benar-benar menarik perhatianku.

Tak ingin mengulang kegagalan sebelumnya, aku mengumpulkan berbagai info mengenai tempat tersebut. Mengenai tranportasi menuju tempat tersebut, juga waktu yang disarankan untuk berkunjung. Atas saran seorang teman yang pernah berkunjung kesana, waktu terbaik menyaksikan parade adalah pada musim kemarau. Kutetapkan Agustus ini aku harus kesana, Teluk Kiluan.

Setiba di Pelabuhan Bakauheni, 4 jam perjalanan di travel dari Bandar Lampung memang cukup melelahkan tapi banyak bonus yang kudapat. Aku pernah membaca kutipan salah seorang traveler Indonesia, “ Suatu tempat pada saatnya tidak akan terasa baru, yang baru adalah bagaimana cara kalian memandangnya”. Sangat banyak tempat di Indonesia dengan suasana seperti ini, namun bagiku tiap tempat selalu memiliki romansanya tersendiri.

Aku sendiri bukan seorang yang ahli menilai, apakah tempat ini lebih baik dari tempat lain atau tidak, namun tiap orang bebas berpendapat bukan? Ada juga yang berpendapat bahwa rute menuju tempat wisata ini tidak begitu menyenangkan karena jalan yang berbukit dan berkelok kelok, namun bagiku yang biasa hidup dengan asap knalpot kendaraan dan gedung menjulang tinggi, merupakan suatu hal menakjubkan sejauh mata memandang ada panorama bentangan sawah dikanan dan kiri jalan. Bukit yang menjulang gagah dikejauhan menjadi latarnya.

Kebiasaan susah bangun pagiku nyaris membuat petualanganku untuk menyaksikan tarian lumba-lumba gagal. Aku baru terbangun pukul 07.00 WIB, dan ketika kupikir masih punya cukup banyak waktu itu untuk menonton parade lumba-lumba, salah seorang warga lokal memberitahu bahwa waktu terbaik untuk menontonnya adalah pukul 06.00 – 09.00 WIB, aku bergegas mencari cadik untuk membawaku ketempat yang biasa dilalui parade lomba-lomba itu.

Terlambat atau tidak samasekali. Meski sudah cukup siang, namun ternyata aku beruntung masih dapat menonton parade lumba-lumba Teluk Kiluan yang legendaris. Menyaksikan tarian lumba-lumba di alam lepas memiliki sensasi berbeda dibanding menonton atraksi mereka di gelanggang. Bayangkan, tak hanya 2-4 lumba-lumba, tapi ratusan lumba-lumba melompat riang didekat perahu cadikmu! Uang Rp 250.000,- yang kukeluarkan bersama 3 penumpang lain untuk menyewa cadik ini tak sia-sia.

Orang yang mengendarai perahu ini nampaknya begitu berpengalaman dan tahu benar mana tempat-tempat terbaik untuk kita dapt melihat lumba-lumba sedekat mungkin. Lumba-lumba itu bahkan tak takut untuk mendekat ke perahu cadik. Aku cukup beruntung ada sekumpulan lumba-lumba berada sangat dekat dengan cadikku sehingga aku dapat mengelus mereka.

Pengendara perahu cadik ini bercerita bahwa Teluk Kiluan adalah tempat migrasi lumba-lumba hidung botol dan lumba-lumba spinner. Aku percaya saja ketika bapak tersebut bercerita bahwa jumlah lumba-lumba yang melewati tempat ini salah satu yang terbanyak didunia, karena memang kenyataanya lumba-lumba yang kulihat sangat banyak, mungkin ratusan.

Berbeda dengan Pantai Lovina Bali, peluang kita untuk menyaksikan parade lumba-lumba liar di Teluk Kiluan lebih besar,asal kita riset sebelumnya. Menyaksikan parade lumba-lumba adalah masalah momen. Saranku, menginaplah 2-3 hari ditempat ini karena mungkin kita tidak bisa langsung beruntung dapat menyaksikan parade lumba-lumba ini di hari pertama.

Setelah kembali ke darat, ada pelajaran berharga yang kudapat dari petualangan kali ini. Bungkus kameramu dengan plastik atau apapun itu agar tidak terkena air laut. Terkesan sepele, namun sangat penting. Keasikan berpose bersama lumba-lumba membuatku tidak sadar terkadang air laut menciprat kekamera. Beruntung nampaknya kameraku masih dapat berfungsi sehingga perjalanan luar biasa kali ini sukses terdokumentasi.

Terpenting, ingatlah, riset dan persiapan maksimal menjadi kunci sukses tidaknya perjalananmu.

SHARE :



REKOMENDASI




ARTIKEL KEREN PALING BARU