Erupsi Gunung Krakatau, Kiamat Bagi Kehidupan di Bumi

Erupsi Gunung Krakatau merupakan salah satu letusan gunung berapi yang paling dahsyat karena telah menewaskan lebih dari 36.000 korban jiwa.

SHARE :

Ditulis Oleh: Taufiqur Rohman

Gunung Krakatau adalah gunung berapi aktif di Kepulauan Krakatau, Selat Sunda, antara Pulau Jawa dan Sumatera. Terdapat empat pulau kecil yang menyusun Kepulauan Krakatau, yaitu Pulau Rakata, Pulau Anak Krakatau, Pulau Sertung, dan Pulau Panjang. Dari hasil kajian geologi, pulau-pulau ini dahulunya berasal dari sistem pegunungan tunggal di masa lalu. Konon karena erupsi Gunung Krakatau, Pulau Jawa dan Pulau Sumatera terpisah.

Nama ‘Gunung Krakatau’ merujuk pada puncak gunung api yang sudah hancur karena letusan kataklismik tanggal 26-27 Agustus 1883. Sejak saat itu, muncul kawah baru yang sekarang dikenal dengan ‘Anak Gunung Krakatau’. Erupsi tersebut merupakan salah satu letusan gunung berapi yang paling dahsyat. Awan panas dan tsunami yang diakibatkannya telah menewaskan lebih dari 36.000 korban jiwa.

Tidak hanya itu, suara Gunung Krakatau di tahun 1883 bahkan terdengar sampai di Alice Springs, Australia dan Pulau Rodrigues dekat Afrika, 4653 km. Daya ledakannya diperkirakan mencapai 30.000 kali lebih kuat dari bom atom yang meledak di Hiroshima dan Nagasaki di akhir Perang Dunia II. Iklim global berubah, dunia gelap selama dua setengah hari akibat debu vulkanis yang menutup atmosfer. Matahari redup setahun setelahnya.

Ilustrasi erupsi Gunung Krakatau 1883 (bbc.com).

Jika dibandingkan erupsi Gunung Toba atau Gunung Tambora, erupsi Gunung Krakatau di tahun 1883 memang masih kalah. Namun demikian, gunung-gunung tersebut meletus jauh pada saat dominasi populasi manusia di bumi masih sedikit. Sementara Gunung Krakatau erupsi ketika populasi manusia sudah padat, sains dan teknologi berkembang, telegraf sudah ditemukan, dan kabel bawah laut telah dipasang.

Dampak Erupsi Dahsyat Gunung Krakatau

Erupsi Gunung Krakatau adalah erupsi lateral yang dahsyat. Hujan abu telah membunuh ribuan orang, Guncangannya menyebabkan tsunami terbesar yang terdahsyat di kawasan Samudera Hindia hingga digeser tsunami Aceh di tahun 2004. Ribuan orang meninggal di Sumatera, dan hampir tidak ada korban yang selamat di Pulau Sabesi. Mayat-mayat mengambang di lautan selama berbulan-bulan.

Erupsi dahsyat sepanjang sejarah tersebut juga membuat pulau-pulau lain di Kepulauan Krakatau lenyap menyisakan tiga pulau di bagian selatan. Suhu udara mengalami penurunan 1.2 derajat celcius. Cuaca kacau, banyak panen gagal. Gas Sulfur Dioksida menyebabkan California dan Los Angels di Amerika Serikat yang beriklim kering mengalami peningkatan curah hujan. Bumi gelap gulita selama berhari-hari, matahari redup setahun setelahnya akibat tertutup abu vulkanik di langit.

Salah satu halaman di Syair Lampung Karam (bombastis.com).

Syair Lampung Karam

Syair Lampung Karam merupakan karya sastra klasik berbahasa Melayu logat Riau karya Muhammad Saleh yang menceritakan secara detail erupsi Gunung Krakatau di tahun 1883. Syair ini dapat disebut pula sebagai syair kewartawanan karena sangat menonjolkan nuansa jurnalistik. Syair Lampung Karam bercerita tentang musnahnya desa-desa dan kematian warga akibat letusan Gunung Krakatau yang menyebabkan tsunami.

Dikisahkan bahwa dalam bencana besar tersebut, orang-orang saling bahu membahu tolong-menolong sesama manusia. Baik dari kalangan orang Belanda dan masyarakat pribumi. Namun tidak sedikit juga yang mencari kesempatan untuk memperkaya diri sendiri dengan mencuri harta mereka yang terkena musibah. Syair Lampung Karam sangat detail menceritakan kondisi ekonomi, sosial, dan budaya masyarakat saat itu.

SHARE :



REKOMENDASI




ARTIKEL KEREN PALING BARU