Beberapa waktu lalu, Deep Knowledge Group merilis daftar 100 negara paling aman di dunia dari pandemi Covid-19 yang disebabkan oleh infeksi virus corona. Peringkat pertama diduduki oleh Swiss, sedangkan Indonesia berada di posisi 97, tiga terbawah. Swiss berada di posisi puncak dengan skor kumulatif 752 dari 130 parameter kualitatif dan kuantitatif, serta lebih dari 11.400 titik data dalam berbagai kategori.
Alasan utama Swiss unggul adalah karena ketahanan ekonomi serta kehati-hatian dalam mengendurkan lockdown. Semua pertimbangan yang diambil oleh Pemerintah Swiss berlandaskan ilmu pengetahuan dan sains dengan tanpa mengorbankan kesehatan masyarakat. Dari semua negara di Benua Eropa, Swiss menjadi salah satu yang membuka ekonomi setelah kurva pandemi Covid-19 di negaranya terus mengalami penurunan.
Berdasarkan penuturan dari Duta Besar RI untuk Swiss, Liechtenstein Muliaman Hadad, setidaknya ada tiga hal yang dapat digaris bawahi dari upaya Pemerintah Swiss yang sukses menangani bencana pandemi Covid-19 dan membuka ekonomi.
Pertama, perbaikan kapasitas sistem kesehatan. Ini penting karena menjadi perisai pertama dalam upaya penanganan Covid-19. Ketika kapasitas sistem kesehatan mampu menampung dan memulihkan pasien Covid-19 maka langkah selanjutnya akan lebih mudah.
Kedua, ketika sistem kesehatan sedang bekerja, ekonomi seharusnya juga terus berputar dalam kemampuan maksimal, meskipun di tengah krisis sekalipun. Untuk mewujudkannya, Pemerintah Swiss memberikan stimulus berupa kucuran dana bagi warga dan dunia usaha. Sejauh ini Pemerintah Swiss telah menggelontorkan paket stimulus yang mencapai 62 miliar fanc, atau setara 9 persen dari economic output negara itu.
Ketiga, dukungan dari masyarakat. Semua upaya pemerintah dalam menangani bencana pandemi Covid-19 dapat berjalan jika masyarakat memberikan dukungan positif, berupa kedisiplinan dalam menerapkan physical distancing dan berbagai protokol kesehatan yang telah dibuat.
Tiga hal tersebut akan sangat mempengaruhi keberhasilan suatu negara dalam menata kembali struktur ekonomi setelah krisis. Krisis akibat Covid-19 ini berbeda dengan yang terjadi di tahun 2008 atau 1998. Krisis sebelumnya hanya menimpa sektor keungan, usaha kecil seperti UKM tidak terdampak dan menjadi lokomatif pemulihan ekonomi. Sedangkan krisis tahun ini, hampir semua sektor usaha terkena imbasnya.
Sebelum adanya rusuh virus corona, pada awal tahun ini Swiss juga berada peringkat pertama sebagai negara yang paling aman dikunjungi di tahun 2020. Peringkat tersebut disusun oleh Lonely Planet, sebuah perusahaan perjalanan, insurly, berdasarkan beberapa indikator seperti keselamatan di jalan, tingkat, kejahatan, terorisme, bencana alam, dan kulitas layanan kesehatan. Termasuk dalam penilaian, kualitas udara, sanitasi, dan risiko penyebaran penyakit.
Swiss mendapatkan skor tertinggi dengan rata-rata nilai 90 dari 100 poin kategori utama. Swiss memperoleh angka 98 untuk kategori ketersediaan transportasi, 90 dalam risiko kekerasan, dan 91 di bencana alam. Posisi kedua diisi Singapura, dan posisi ketiga Norwegia. Indonesia berada di urutan 81 dari 180 negara. Meskipun demikian, Indonesia berada di peringkat teratas selain Singapura untuk negara anggota ASEAN.