Soto Daging Rahayu Malang, Soto Legendaris Sejak 1928

Jika Anda ke Malang, cobalah Soto Daging Rahayu Malang yang rasanya nendang dan terkenal legendaris karena sudah buka sejak tahun 1928.

SHARE :

Ditulis Oleh: Wike Sulistiarmi

Pernahkah Anda makan di kedai yang sudah ada sejak masa kolonial Belanda dan Jepang? Jika belum pernah, cobalah untuk sesekali mampir ke kedai bernama Soto Daging Rahayu Malang yang sudah buka sejak tahun 1928 di Kota Malang.

Seperti namanya, kedai ini memang khusus menjual soto daging. Rasanya yang gurih dan mantap menjadi alasan mengapa soto daging ini masih berdiri hingga kini dan dianggap paling legendaris di Kota Malang.

Baca juga: Soto Iga Goreng Keprabon, Hidangan Iga Masa Kini yang Patut Dicicipi

Ini dia tampilan soto daging rahayu yang lezat. Sumber foto

Awal mula Kedai Soto Daging Rahayu Malang berdiri

Pemilik usaha Soto Daging Rahayu, Tutik Astuti mengatakan usahanya itu didirikan oleh neneknya, Supiatun sekitar tahun 1928.

Bersama suami sang nenek, dagangannya dijual dengan cara dipikul di kawasan Kota Malang dan mulai menetap di Pasar Besar, Kota Malang setelah setahun berkeliling.

“Awal jualan di Pasar Besar mulai 1929, dulu lokasinya di depan toko Santoso depan Altara,” kata perempuan yang kini berusia 60 tahun tersebut dilansir dari Republika.co.id di Kota Malang, Rabu (25/4).

Porsi soto ini besar. Cocok untuk Anda yang ingin makan kenyang. Foto oleh Republika.co

Isian soto ini tak jauh beda dari soto daging biasanya. Isiannya terdiri dari bihun, daging yang diiris berbentuk persegi, toge, irisan seledri, kuah gurih, bawang goreng, sambal dan jeruk nipis. Yang membedakan dari soto daging biasa adalah tambahan telur tebus yang diiris dan ditaburkan di atas hidangan soto.

Baca juga: Tahu Lontong Lonceng Panca Budhi, Kuliner Legendaris Malang Rasanya Nendang

Awalnya hanya menyajikan soto tempe

Tampilan kedai Soto Daging Rahayu. Foto oleh Openrice.com

Tutik sering mendapatkan kisah pilu sang nenek dan kakek dalam berjualan. Awalnya, nenek dan kakeknya tidak diperbolehkan menjual soto daging, mereka hanya dapat menyajikan soto tempe. Hal tersebut karena pada masa kolonial daging susah ditemukan.

Awalnya keluarganya juga mengalami kesulitan saat berjualan. Sang nenek dan kakek bahkan harus sembunyi-sembunyi menjajakan dagangannya pada masyarakat.

“Zaman merdeka baru kita bisa menggunakan daging pada soto kita,” ujar Tutik.

Dari generasi pertama hingga saat ini, Pasar Besar menjadi lokasi tetap berjualan keluarganya. Namun karena kebakaran di tahun 2016 akhirnya mereka pindah ke Kedungkandang. Ditambah lagi jumlah pembeli di Pasar Besar lebih sedikit dibandingkan tahun-tahun sebelumnya.

Bu Tutik sedang menyajikan pesanan pelanggan. Foto oleh Republika.co

Setelah pindah lokasi, soto daging yang biasanya ia masak dengan arang kini diubah memakai gas. Meskipun begitu, ia menjamin rasa legendaris sotonya tak berubah sejak zaman dulu. Apalagi Tutik masih memasak nasi dengan cara tradisional yakni memakai dandang.

Pelanggan yang ingin mencicipi soto dagingnya cukup membayar Rp 10 ribu saja per porsi. Alamatnya ada di Gang 7, Mergosono, Kedungkandang, Kota Malang.

SHARE :



REKOMENDASI




ARTIKEL KEREN PALING BARU