Tempat yang tidak ada sampah adalah tempat yang dikunjungi oleh manusia, atau minimal yang tidak memiliki hubungan dengan manusia. Luar angkasa juga kini sudah mulai banyak terdapat sampah berupa bagian satelit yang melayang, apalagi yang di bumi.
Begitu juga tentang gunung dan sepanjang jalur pendakiannya, sampah bukanlah masalah akibat para pendaki “5cm”, namun sudak sejak jaman dahulu ketika manusia sudah mulai merambahnya. Ada banyak sampah yang bisa kita temui ketika di gunung, mulai dari sampah kertas hingga sampah plastik. Pada beberapa gunung sudah rutin dilakukan agenda bersih gunung, sebuah tindakan terpuji walaupun tidak bisa membesihkan gunung sampai bersih sekali dari sampah.
Coba baca ini: Saya Malu Disebut Pendaki Gunung
Cara paling efektif tentunya adalah dengan menutup gunung agar tidak ada manusia yang mendaki kemudian tanpa sengaja membuang sampah. Cara tersebut sudah terlambat dilakukan sekarang ini, karena gunung telah sejak lama dijamah manusia. Sebenarnya cara berikutnya adalah dengan mencegah manusia yang datang ke gunung untuk meninggalkan sampah ketika melakukan pendakian.
Ada beberapa cara yang sebenarnya bisa kita lakukan untuk mencegah munculnya sampah ketika di gunung, baik di sengaja atau tidak. Cara-cara berikut ini bisa dilakukan :
Pihak yang dimaksudkan di sini adalah dari pihak basecamp dan pemberi perijinan pendakian di suatu gunung seperti Perhutani atau sejenisnya.
Dari pihak pemangku kewenangan, tindakan yang dilakukan bisa berupa dengan pemberian peraturan tentang jadwal buka dan tutup jalur pendakian. Penggiatan kegiatan rutin untuk bersih gunung dengan menjalin kerjasama dengan berbagai komunitas pendaki gunung di sekitar gunung.
Dari pihak pengelola basecamp bisa melakukan pemeriksaan barang bawaan yang berpotensi menjadi sampah sebelum mengeluarkan ijin pendakian, kemudian melakukan pengecekan kembali saat turun pendakian. Apakah benda yang berpotensi menjadi sampah tersebut akan kembali dibawa turun kembali atau tidak.
Salah satu contohnya adalah Gunung Andong (Jawa Tengah) pernah menerapkan peraturan unik, yaitu penukaran satu trash bag penuh sampah dengan satu buah stiker. Trash bag juga disediakan oleh pihak pengelola basecamp.
Harusnya kamu baca ini juga: Foto Pendaki Gunung Menggendong Tumpukan Sampah Jadi Viral di Sosial Media
Pihak pengguna dimaksudkan adalah pendaki yang melakukan kegiatan di daerah pendakian. Pendaki adalah pihak yang paling mudah disalahkan tentang banyaknya sampah yang ada di gunung. Walaupun tidak semua pendaki membuang sampah di gunung, namun tetaplah nama pendaki yang dianggap pembuang sampah.
Ada beberapa cara yang bisa dilakukan untuk membuat pendaki tidak membuang sampah ketika di gunung.
Banyak sekali pendaki yang berasalan capek ketika harus membawa kembali sampahnya turun. Sampah bukanlah benda yang berat, namun perasaan malas membawanyalah yang menjadikan berat. Rasa malas di gunung muncul paling sering karena fisik yang telah kehabisan tenaga, sehingga jangankan untuk membawa sampah, membantu rekan mendirikan tenda saja rasanya sudah seperti mendapatkan pekerjaan berat.
Sampah sering sekali dibiarkan karena bentuknya terkadang tidak muat masuk ke dalam tas plastik yang di bawa. Sering juga ada kasus sampah yang tercecer karena trash bag yang terlalu tipis sehingga mudah untuk robek karean tersangkut atau tergesek. Trash bag yang baik akan memudahkan kita dalam mengelola sampah yang kita hasilkan selama di gunung.
Trash bag paling sering kita lihat dibawa dengan cara digantung atau diikat pada bagian belakang carrier. Cara seperti ini kurang baik, karena selain posisinya yang rentan terjatuh atau robek, gerak ayun dari trash bag tersebut bisa mengganggu keseimbangan kita ketika sedang melaju di medan yang sulit.
Sediakanlah ruang pada tas carrier kamu untuk memasukkan trash bag tersebut ke dalam tas carrier. Jika kamu memakai trash bag yang berkualitas, maka kamu tidak akan takut trash bag tersebut bocor ketika berada di dalam tas kamu.
Kamu harus tahu: Cara Packing Carrier yang Benar Untuk Naik Gunung
Sampah yang paling sering dianggap sepele adalah sampah kecil seperti bungkus permen atau segel botol air mineral. Biasanya sampah seperti ini dibuang karena sedang dalam posisi berjalan, sehingga tidak mudah untuk menjangkau trash bag.
Jika kamu memakai celana atau baju dengan saku yang banyak, pasti bukanlah sebuah hal yang berat untuk sementara menitipkan sampah tersebut sebelum memasukkanya ke dalam trash bag. Tas carrier yang menyematkan kantong kecil di sekitaran lingkar pinggang juga akan mempermudah untuk menitipkan sampah kecil saat sedang perjalanan ketika mendaki.
Bila kita perhatikan, semua yang menjadi sampah adalah jenis benda-benda instan. Instan yang dimaksudkan adalah benda yang tidak perlu proses lama dari membuka hingga menikmatinya. Seperti bungkus mie, botol air mineral, bungkus permen, bungkus tisu, serta sampah-sampah yang sering kita jumpai lainnya.
Kamu bisa memakai benda lainnya untuk membungkusnya ulang. Semisal mengganti botol kemasan air mineral bawaan dengan hydropack, atau memasukkan mie instan yang telah dikeluarkan dari bungkusnya ke dalam kotak makanan yang kedap udara. Cemilan semisal keripik atau kacang bisa dimasukkan pula ke dalam kotak plastik yang ada tutupnya.
Membawa piring dan gelas serta sendok dari bahan besi juga akan membuat kita akan selalu membawanya turun kembali. Bahkan kini sudah ada piring, gelas dan mangkuk llipat bagi yang sudah ingin beralih ke ultrallight hiking. Tempat air juga bisa diganti dengan jerigen plastik lipat sehingga tidak memakan ruang saat turun gunung.
Intinya adalah menggunakan benda-benda yang memiliki nilai rupiah yang hampir tidak mungkin kita tinggalkan di gunung. Cara ini lebih efektif dari pada kamu harus menyiapkan trash bag yang besar untuk menampung semua sampahmu dan sampah dari rombonganmu.
Terkadang sampah kertas di puncak berceceran ditinggal pemiliknya, tisu basah yang perlu lama waktu untuk hancur bertebaran di sudut semak belukar. Ada banyak perilaku-perlikaku yang sebenarnya bisa kita lakukan untuk mengurangi hal-hal semacam itu. Tidaklah begitu berguna plang “BAWA TURUN SAMPAHMU ATAU TELAN SAMPAHMU”, semua kembali kepada kita.
Sekarang ketika mengingatkan ketika ada pendaki lain yang membuang sampah sembarangan terkadang ada yang di balas senyum saja, terkadang ada yang membalas dengan senyum sinis, juga ada yang bilang kalau kita sok-sokan. Namun bila kita sesama pendaki yang tidak mengingatkan pendaki lain untuk menjaga kebersihan, tentunya gunung hanyalah berisi pendaki yang saling diam dan saling tak merasa.
****
Bila kamu memiliki pengalaman atau solusi tentang mengatasi produksi sampah ketika pendakian atau berkegiatan di alam bebas, bisa kamu bagikan dengan kami. Semoga akan muncul solusi-solusi lain yang lebih efektif untuk mengatasi “demam mdpl” akhir-akhir ini.
Kebersihan gunung bukanlah tanggung jawab pengelola dan pemangku kebijakan semata, namun juga menjadi tanggung jawab dan kewajiban besar bagi para penjamah gunung.
Cintailah gunung seperti rumahmu sendiri, karena hanya rumah lah yang membuat kita bisa kembali pulang.
Salam lestari