Pemuda Indonesia Pertama yang Sukses Keliling Dunia Hanya Modal Dengkul

Setelah lalui 6 tahun perjalanan, Sudjono akhirnya menjadi pemuda Indonesia pertama yang sukses keliling dunia dengan berjalan kaki.

SHARE :

Ditulis Oleh: Echi

Ada yang tahu siapakah pemuda Indonesia pertama yang sukses keliling dunia?

Sekitar 60 tahunan yang lalu, seorang pemuda asal Maluku, Rudolf Lawalata mengawali jejak kemunculan para petualang Indonesia yang berhasrat kelilingi dunia. Dia ingin memperkenalkan Indonesia kepada warga dunia. Pada tiap jengkal tanah tempatnya bertapak di negeri asing, dia akan tancapkan bendera merah putih.

Keinginannya untuk keliling dunia ternyata mendapatkan respon negatif dari orang-orang di sekitar. Banyak yang terperanjat dan menganggap Lawalata sudah gila. Saudara Lalawata bahkan bilang kalau impiannya tersebut akan membawanya pada kematian.

Respon negatif ditunjukkan orang sekitar Lawalata terdengar masuk akal. Mengingat saat Lawalata berniat menjalankan misinya, ia sudah beranak dua dan istri yang tengah hamil 7 bulan.

Sayangnya, Lawalata adalah sosok yang kerasa kepala. Benar-benar batu. Tekadnya keliling dunia pun sudah membulat. Keluarga Lawalata pun tak bisa berbuat banyak. Akhirnya ia direlakan pergi menjelajahi dunia.

Rudoff Lalawata ada di tengah. Foto dari Aneka

Robert Lawalata menjalani debut perdana keliling dunia pada 7 Oktober 1954. Jika sesuai perkiraan, Lawalata akan memakan waktu 10 tahun untuk menuntaskan misinya.

Dari kampung halamannya di Maluku, Lawalata kemudian terbang ke Makassar dan dilanjutkan ke Surabaya menggunakan kapal laut.

Akhir Oktober, Lawalata tiba di Surabaya. Di sana, ia meminta dukungan moril dan material dari sejumlah pejabat pemerintahan Surabaya. Peta, arahan, dan nasihat dari mereka menjadi bekal penting yang dia bawa.

Usai pertemuan Lawalata dengan para pejabat tersebut, media-media pun menyiarkan berita tersebut. Pejabat, warga, dan seluruh warga yang mendengar berita tersebut begitu kagum pada sosok Lawalata.

Bak seorang pahlawan yang menang di medan pertempuran, pria kelahiran 1930 tersebut dianggap menjadi simbol semangat Indonesia baru, mengingat kala itu Indonesia baru saja merdeka. Dengan menjelajah dunia, Lawalata dianggap bisa membawa Indonesia sejajar dengan bangsa lainnya yang telah dulu keliling dunia.

Sepanjang jalan dari Surabaya menuju Ibu Kota Jakarta, banyak warga yang menyambut dan mengelu-elukan namanya. Ia pun kerap mendapatkan berbagai pemberian dari warga. Namun dengan tegas, Lawalawat hanya mengambil barang kebutuhan perjalanannya, bukan uang.

Yang ia harapkan saat itu adalah bantuan kemudahan administrasi dan navigasi seperti visa, surat keterangan Presiden Soekarno yang akan diperlukan untuk melewari negara-negara tujuan.

Baca juga: Cerita pendiri Eiger, lulusan STM yang sukses menaungi empat perusahaan tas terbesar di Indonesia

Nama Rudolf Lawalata sebagai penjelajah Indonesia pertama yang akan keliling dunia ini pun sukses memantik semangat pemuda lain di penjuru negeri. Selain Lawalata, muncullah seorang wartawan asal Manado, Saleh Kamah. Ia pun ingin tahu apa sebenarnya yang ada di balik Paris, London, dan kota-kota besar dunia lainnya.

Tak berhenti pada kedua pemuda itu saja, beberapa pemuda lainnya pun menyusul Lawalata dan Saleh Kamah. Mereka adalah Damardjati, J. Rahasia, Sudjono, dan Abdullah Balbed. Lantas, mereka semua sepakat untuk memulai perjalanan keliling dunia dari Ibu Kota Jakarta.

Meskipun memiliki tujuan yang sama, namun cara yang ditempuh berbeda-beda. Saleh Kamah dan Damardjati bertekad menjelajah dunia dengan sepeda. Sedangkan Rudolf Lawalawat, Abdullah Balbed, dan Sudjono ingin jalan kaki.

Tibalah saat yang dinantikan. Pada 8 Januari 1955, lima pemuda itu bertemu Presiden Soekarno. Di hadapan Presiden, mereka mengungkapkan niat dan impian.

Mendengar hal itu, Sorkarno begitu bangga saat mengetahui bahwa lima pemuda Indonesia bertekad keliling dunia sembari kenalkan wajah Indonesia baru kepada dunia.

Bawalah Merah Putih ke seluruh penjuru dunia. Tepuklah dadamu dan katakanlah inilah Indonesia!” kata Soekarno kepada Saleh Kamah dan Damarjati, seperti diceritakan Saleh Kamah dalam memoarnya, Catatan Seorang Wartawan dilansir dari historia.id

Pesan serupa tertuju pula kepada Lawalata, Abdullah Balbed, dan Sudjono. “Anakku… Bawalah dirimu mengelilingi dunia, tapi tunjukanlah jiwamu tetap kepada Tuhan dan Indonesia,” pesan Soekarno.

Soekarno tidak hanya memompa semangat lima pemuda tersebut dengan pesan-pesan yang menggugah, namun juga membekali mereka dengan kamera Zeiss Icon, ransel, slide tentang Indonesia, baju batik, dan uang saku Rp50 atau setara dengan Rp700 ribu sekarang.

Tak lama, Lawalata dan Sudjono segera naik kapal dari Pelabuhan Tanjung Priok menuju Singapura. Sedangkan, Abdullah Balbed harus tinggal beberapa waktu di Jakarta karena urusan paspor. Mereka sepakat akan bertemu di Bangkok.

Kelompok pemuda pejalan kaki Lawalata, Sudjono, dan Abdullah Balbed tiba di Bangkok, Thailand

Saleh Kamah disambut dengan kalungan bunga. Foto dari Iwan Satyanegara Kamah, keponakan Saleh Kamah

Seperti yang sudah disepakati, Lawalata, Sudjono, dan Abdullah Balbed pun bertemu di Bangkok, Thailand. Mereka pun sepakat, rute perjalanan selanjutnya adalah Burma yang kini dikenal dengan nama Myanmar.

Perjalanan dari Bangkok ke Myanmar nampak begitu berat. Hujan turun terus menerus. Air menggenangi jalanan. Mereka pun mengalami kesulitan. Meski demkian, mereka bertiga tiba di Myanmar.

Dari Myanmar, perjalanan kemudian lanjut menuju India, wilayah negara Asia Barat, dan barulah Eropa.

Ada cerita menarik saat mereka bertiga tiba di Jerman Barat. Di sana, mereka menampilkan slide potret Indonesia masa itu. Warga Jerman Barat pun nampak tak percaya, Indonesia sudah mulai berkembang.

“Saya sungguh terkejut karena beberapa dari mereka mengira Indonesia masih hutan melulu. Belum ada kota dengan gedung bertingkat dan jalanan aspal penuh mobil,” kata Sudjono.

Sayangnya, Rudolf Lawalata, pemuda pertama yang mengobarkan semangat menjelajah dunia harus menghentikan langkahnya di Jerman Barat. Ia mengalami masalah administrasi dan biaya perjalanan. Mau tak mau ia pun kembali pulang.

Jauh sebelum Lawalata pulang, dua orang rekan seperjuangan, Saleh Kamah dan Damardjati, yang jelajah dunia gunakan sepeda dikabarkan kembali ke Indonesia setelah jumpai permasalahan administrasi di sana.

Meski Lawalata pulang, perjalanan tetap dilanjutkan. Sudjono dan Abdullah kemudian terbang ke Amerika Serikat. Di sana, mereka mengaku mendapatkan sepeda dari kuis berhadiah yang diikutinya. Mereka mengaku bahwa sepanjang perjalanan tak bisa selalu berjalan kaki. Ada kalanya naik kendaraan. Hal tersebut dikarenakan izin tinggal di suatu negara berbeda-beda. Maka, supaya lebih cepat mereka menggunakan kendaraan.

Usai jelajahi Amerika Serikat. Perjalanan kembali dilanjutkan ke Jepang. Namun, Abdullah Balbed memutuskan untuk menetap di Amerika Serikat dan hidup di sana. Sedangkan Sudjono pergi ke Jepang.

Baca juga: Sosok Anatoli Boukreev, pendaki Everest yang sukses bawa anggota Kopassus Indonesia ke puncak tertinggi dunia

Ongkos perjalanan Amerika Serikat Jepang sangat mahal. Sedangkan uang yang dimiliki Sudjono pun sudah tak lagi mencukupi. Ia pun bekerja keras di kapal yang mengantarkannya ke Jepang.

Setelah lalu perjalanan yang sangat panjang, Sudjono akhirnya tiba kembali di Indonesia setelah enam tahun berkeliling dunia. Dia turun dari kapal yang berlabuh di Tanjung Priok. Seperti saat berangkat, Sudjono kembali berjumpa dengan Presiden Soekarno.

SHARE :



REKOMENDASI




ARTIKEL KEREN PALING BARU