Pembantaian paus, atau dikenal dengan istilah Grindadrap, sudah menjadi tradisi turun temurun yang mengakar di masyarakat Kepulauan Faroe, Denmark.
Dalam setahun ada sekitar 900 paus pilot (Globicephala melena) atau setara dengan 500 ton daging dan lemak paus yang dibantai secara legal di salah satu destinasi wisata Samudera Atlantik Utara tersebut.
Tradisi membantai paus tersebut dilakukan secara tradisional. Tradisi ini ditandai dengan lautan yang awalnya biru, mendadak merah merona ketika mendekati musim dingin di Kepulauan Faroe. Warna air tersebut menjadi pertanda jika tradisi penduduk sukses dilaksanakan.
Sebelum melakukan pembantaian, penduduk yang berprofesi sebagai nelayan mengecoh kawasan paus pilot yang tengah migrasi ke dekat pantai. Ketika sudah tak lagi leluasa berenang, baru nelayan ini membantai dengan berbagai senjata.
Sebagian besar nelayan menyeret paus yang lumpuh dengan tali ke daratan. Sementara warga yang berada di bibir pantai mulai membunuh paus dengan berbagai senjata mulai dari pisau tajam, kail, dan banyak lainnya.
Kegiatan yang dilakukan penduduk ini seperti tengah merayakan pesta besar. Pasalnya, tak hanya orang dewasa, tapi juga anak-anak kecil ikut menyeret bangkai paus ke daratan.
Kemudian daging paus yang sudah mati tidak akan dijual, tetapi akan dibagikan dan dikonsumsi oleh masyarakat setempat. Daging tersebut akan diawetkan dan disimpan sebagai stok persediaan makanan saat musim dingin tiba.
Seperti yang diketaui, Kepulauan Faroe memiliki iklim yang ekstrem ketika musim dingin tiba. Sehingga daging paus pilot inilah yang menjadi persediaan makanan mereka.
Meski merupakan tradisi adat, namun tak sedikit yang mengecam pembantaian ini. Aktivis pro lingkungan dari Sea Shepherd Conservation Society, mengatakan jika tradisi ini merupakan pembantaian paus dan lumba-lumba paling barbar dan tanpa belas kasihan.
Tradisi ini kabarnya telah dilangsungkan selama ratusan tahun. Bahkan tak hanya paus, namun di salah satu desa terbesar di Kepulauan Faroe, Hvalba, juga memburu kumba-lumba.
Tercatat bahwa 430 lumba-lumba sisi-putih Atlantik telah menjadi korban dalam pembantaian yang mengatasnamakan tradisi ini.
Beberapa grup konservasi, termasuk perkumpulan Sea Shepherd, telah meminta agar tradisi ini dihentikan. Mereka adalah perkumpulan yang memakai pendekatan sosial kepada masyarakat Kepulauan Faroe untuk menghentikan tradisi yang mencoreng kemanusiaan ini.